CHAPTER 34

53 3 0
                                    

Pandangan seorang cowok bertubuh tinggi itu tiba-tiba berubah menjadi kabur. Semua terlihat menjadi dua bagian. Kepala terasa berat dan terasa dingin. Cowok bertubuh tinggi itu melangkah demi langkah dengan merambat ke dinding. Di sana sudah tidak ada siapapun. Kecuali cewek berkacamata itu. Dia masih sibuk dengan bukunya.

Sekuat tenaga Axel berjalan menuju perpustakaan. Dia berniat untuk menghampiri gadis cantik itu. Melangkah dengan pelan. Kedua tangannya merambat ke dinding. Pandangan nya semakin lama semakin tidak karuan. Semua tempat sampah dan benda lainnya yang di lewati nya berantakan.

Brakkkk

Suara itu membuat gadis yang sedang membaca itu kaget. Fokus nya sudah membuyar setelah mendengar suara tadi. Dia berdiri dan menutup buku itu. Memasukkannya kedalam tas nya. Berjalan menghampiri sumber suara.

Kedua matanya membulat seketika. Dia berlari kecil menghampiri cowok yang sedang jatuh tengkurap itu.

"Xel. Lo kenapa? " Sekuat tenaga dia memindahkan tubuh cowok itu. Lengan kaki nya di buat untuk menumpu kepala cowok itu.

"Xel bangun lo kenapa? " Gadis itu tampak khawatir dan panik. Keringatnya bercucuran dan detak jantungnya berdetak dengan kencang.

Rani menepuk-nepuk kedua pipinya. Berharap dia akan segera sadar. "Axel lo jangan bikin gue khawatir" Cewek itu meneteskan air mata.

Tanpa berfikir panjang dia langsung menelfon temannya itu.

Iya ada apa?

Suara orang dari sebrang sana.
 
"Banu cepet ke perpustakaan" Suara Rani begitu panik.

Lo kenapa?

"Buruan ke sini! Axel pingsan"

Apa? Yang bener?

"Buruan"

Percakapan pun berakhir.

Air matanya itu menetes ke wajah cowok itu. Rani tampak khawatir dan begitu cemas. Wajahnya memucat. Rambut panjangnya berantakan tersapu angin. Keringat bercpur air mata menampakkan wajah yang sangat khawatir.

"Axel bangun dong. Jangan bikin gue khawatir. Kan udah gue bilang lo minum obat. Tapi lo ngeyel. Bangun dong" Rani menepuk-nepuk pipi nya agak kencang.

"Axel. Jangan becanda. Gue nggak mau lo kenala-napa" Air matanya semakin deras.

"Gue khawatir sama lo" Bangun-bangun kasian tu temen lo!

"Axel bangun dong" Rani terlihat begitu sangat panik.

Dua menit kemudian. Banu datang dengan nafas yang tak beraturan.

"Dia kenapa? " Rani menggeleng.

"Tadi gue sama dia janjian kalau mau ke perpustakaan. Trus gue tunggu. Tapi, pas gue baca buku gue denger suara. Dan waktu gue keluar gue lihat Axel udah pingsan" Penjelasan yang cukup.

Sekuat tenaga Banu menggendong tubuh temannya itu. "Ni orang berat banget sih. Makan berapa kilo tadi? " Masih aja becanda.

"Nggak sampek satu kilo. Tadi cuma makan nasi soto sama teh satu gelas. Udah itu aja" Dengan polos nya Rani menjawab pertanyaan yang tak bermanfaat itu.

"Lo bawa tas nya ya" Rani mengangguk paham.

"Langsung di bawa ke rumah sakit aja" Sarannya.

"Nggak usah"

"Nanti kenapa-napa lagi"

"Udah nggak usah khawatir. Mungkin dia kecapean. Nanti juga bangun sendiri" Bahkan temannya pun membiarkan! Wkwkwk

"Lo yakin? "Banu mengangguk.

" Tapi, gue takut kalau dia kenapa-napa. Gimana nanti dia nggak sadar. Trus dia kenapa-napa. Lo juga kan yang repot"baru kali ini Rani mengoceh sepanjang jalan.

"Langsung bawa ke rumah sakit ya" Banu menggeleng kan kepala.

"Udah ? Baru tau gue kalau lo banyak omong. Setau gue lo itu cewek yang diem dan nggak bawel"

"Gue nggak akan bicara panjang lebar kalau situasinya seperti ini" Rani berdecak kesal.

"Khawatir banget lo sama Axel"

"Nggk terlalu"

"Lo suka sama dia? Dia kan juga suka sama lo. Gue juga sama kayak Axel. Gue juga suka sama lo" Dengan terang-tetangan dia menyatakan itu semua.

Rani menahan malu. "Udah deh diem lo. Banyak omong juga lo. Sekarang buruan jalannya. Kasian ni temen lo" Bener tu!

"Berat.lo sih nggk mau bantu"

"Emang yang lain kemana? "

"Keluar.gue juga udah bilang sama mereka kalau Axel pingsan. Tapi mereka nggak peduli. Sebenarnya gue juga nggak peduli sih tapi, lo yang minta ya udah gue jadi peduli sama ni orang" Jadi nolong dengan maksud tertentu.

"Jahat banget lo" Rani menepuk-nepuk punggung cowok itu menggunakan tas yang iya bawa.

"Sakit"

"Ayo buruan" Rani berjalan dulu meyakinkan cowok yang sedang membopong temannya yang sedang pingsan itu.

"Bantuin dulu" Tidak menghiraukan perkataan Banu. Rani langsung berjalan dengan cepat dan meninggalkan cowok itu.

"Ni orang berat juga ternyata. Kayak nggak pernah makan banyak tapi berat banget. Kayak gajah. Mana gue di tinggal lagi. Dasar punya temen gini amat" Banu mengoceh sendiri.

"Rani juga. Gue kira dia pendiam ternyata banyak omong juga tu orang. Apa selama ini dia diam untuk ngumpulin tenaga buat ngoceh lagi. Haduh gawat juga" Banu tersenyum miring.

"Tapi, meskipun cerewet masih cantik kok. Dan gue tetep buka hati gue buat dia" Banu dan temannya itu memang sedang memperebutkan cewek berkacamata itu.

"Tapi gue harus bersaing sama ni orang"
Banu menetap wajah Axel yang pucat itu.

                              ******
                         👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini ya!

Jangan lupa tinggalin jejak berupa vote dan spam comment Sebanyak-banyaknya

Janji ya. Nggak boleh boong:)

Makasih😁

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang