CHAPTER 63

25 4 0
                                    

"Kalau sakit nggak usah masuk sekolah! " Rijal mengelus kening anak nya itu.

"Udah gue nggak papa! " Cowok itu bangun dari tempat duduknya . Dia sudah berpakaian sekolah dan sudah siap untuk berangkat. Tapi, sejak kemarin kepala nya semakin sakit.

"Sarapan dulu ya? Kalau nggak minum susu terus minim obat nya! " Bunda menghampiri anak dan suaminya itu. Dia membawa segelaa susu dan roti.

"Di mana obat kamu? "

"Ada di laci deket tempat tidur nomer tiga" Cowok itu berdiri di depan cermin yang  biasa nya dia singgahi itu.

"Minum dulu obat nya" Cowok yang berdiri di depan cermin itu menerima obat yang di ulurkan oleh perempuan itu.

"Yang lain udah berangkat bun? "

"Udah baru saja mereka berangkat! " Jawab nya.

"Papa anterin ya? " Meskipun Rijal dan anak nya itu selalu berdebat tapi, dia khawatir kalau sampek terjadi apa-apa pada anak nya itu.

"Nggak usah ! " Cowok itu keluar meninggalkan nyokap sama bokap nya.

"Mau naik apa? "Cowok itu berhenti dan memutar seluruh tubuhnya.

" Naik motor nya mang ujang"dia tersenyum dan menggerakkan kedua alisnya ke atas.

"Hati-hati di jalan" Cowok itu mengangkat jari jempolnya ke atas.

"Mang Ujang! Mang" Cowok itu sedang berdiri di depan rumah.

"Iya den ada apa? " Pria yang dia cari sudah menghampiri dirinya.

"Motornya mang ujang ada? " Dia mengangguk.

"Minjem mang buat sekolah! "

"Den nggak malu pakek motor mang Ujang?" Cowok itu menggelengkan kepala.

"Buat sensasi baru mang! " Dia mengulurkan tangan kanannya.

"Ini kuncinya den! Sekalian beliin bensin ya" Pria itu selalu terang-terangan sama majikannya itu.

"Makasih mang" Dia melangkahkan kaki menuju garasi. Menghampiri motor yang sudah tua dan warnanya sudah memudar.

~sesampai di sekolah~

Motor tua dan butut itu sudah memasuki area sekolah. Cowok itu pede dengan penampilannya sekarang. Dia juga nyaman dengan para mata yang menatapnya dengan rasa heran.

"Permisi! " Cowok itu memasuki kelas dengan sopan. Padahal di sana sudah ada guru yang masuk tiga menit yang lalu.

"Siapa yang suruh kamu masuk? " Imam memberhentikan penjelasannya.

"Mana gue tau? "

Semua murid yang ada di dalam ruangan itu menggelengkan kepala. Mereka sudah hafal dengan sifat mereka berdua. Mereka semua lebih senang apa bila cowok psikopat itu telat saat pelajaran sejarah. Mereka akan debat dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Jadi abaikan aja pelayaran nya.

"Kamu itu sudah saya peringatan tapi masih aja bandel! "

"Terserah gue dong. Ini hidup gue bukan hidup lo. Paham? "

"Saya itu guru. Saya itu orang tua kalian kedua yang membimbing kalian! "

"Ogah banget gue punya orang tua kayak lo! " Banu selalu murid yang kurang ajar itu menerobos pembicaraan mereka berdua.

"Diem kamu! " Imam menunjuk ke arah Arbani yang sedang merapikan rambutnya.

"Mulut gue juga! " Banu melotot.

"Semua guru tu heran sama kelas ini! "

"Kenapa pak? Iya di sini itu anak nya gantang-ganteng,  cantik-cantik, pinter-pinter, sekarang nurut sama guru lagi. Iya kan? " Anak yang duduk di belakang Billar itu menyahut sambil tersenyum bangga.

"Kesambet apa lo? Otak lo encer! " Axel memberi nya sebuah penghargaan.

"Gue kan emang pinter tapi, gue nggak sombong sama tu orang. Bilangnya bisa tentang sejarah tapi, giliran ada murid nanya aja nggk bisa! " Cowok itu bernama Lucky. Salah satu murid pendiam tapi, memiliki sifat yang luar biasa.

"Itu ma guru yang sangat baik! " Sahut cewek laknat yang duduk di ujung belakang sendiri. Biasa di panggil dengan preman kelas. Ya dia di tugaskan untuk menjadi bendahara kelas.

"Lanjut terus! " Bella mengibaskan kedua tangannya.

"Terserah kalian mau ngomong apa ! Pelajaran hari ini cukup sekian! " Waktu pelajaran masih tersisa sekitar sepuluh menit lagi tapi, telinga guru itu sudah memanas dengan semua perkataan para muridnya itu.

"Tu guru pms kali? " Banu mengacak rambutnya sendiri. Pembicaraan nya itu membuat seluruh kelas tertawa terbahak-bahak.

Axel menatap cewek yang asik dengan buku nya itu. Dia tidak terganggu dengan suara yang sangat gaduh di ruangan itu. Cowok itu mengusir seorang cewek yang duduk dengan Rani.

"Lo duduk di tempat gue dulu ! " Cowok itu membisik di telianga nya.

"Ran!" Cewek itu menutup bukunya dan menoleh sambil tersenyum.

"Iya? "

"Lo marah sama gue? "

"Buat? "

"Ya karna gue nggak jemput lo! "

"Ngapain gue marah? " Cewek itu tersenyum.

"Maap ya gue tadi ada urusan! " Cewek itu menganggukan kepala.

"O iya nanti gue mau keluar sama Banu lo nggak keberatan kan? "

Cowok itu menghela nafas kecewa. "Kemana? "

"Ke suatu tempat ! " Sudah bisa di tebak Axel cemburu meskipun mereka berdua tidak terkait dengan sebuah hubungan.

"Lo nggak marah kan? " Demi cewek itu Axel menggelengkan kepala.

"Nggak kok! "

"Emang yang ngajak keluar lo apa dia? "

Rani tersenyum malu. "Sebenarnya gue yang ngajak dia keluar! "

"O"

"Lo beneran nggak marah kan? " Cowok itu hanya diam dan menundukkan kepala.

"Xel lo kenapa? " Axel menggelengkan kepala.

Kepala cowok itu terasa semakin sakit. Seluruh badannya terasa dingin.

"Lo sakit? " Tanpa menjawab cowok itu langsung pergi keluar kelas. Dia berlari menuju kamar mandi rumahnya itu.

"Kenapa harus sekarang sih? " Cowok itu melihat kalau di dua lubang hidungnya keluar darah.

"Ni darah nggak ngerti apa kalau gue masih sekolah? Sial! " Darah itu semakin deras. Tapi, dia sudah bersihkan dengan tisue.

"Arghhhhh! Mana kepala gue sakit juga! Sial banget gue hari ini! "

Lima menit lamanya. Darah itu masih belum juga berhenti keluar dari kedua lubang hidung nya. Sudah banyak tisue yang ia gunakan. Tapi, darah itu belum kunjung berhenti juga.

"Ni darah lama-lama gue ilangin semua dari tubuh gue! Keluar nggak minta ijin dulu sama gue. Dasar darah nggak punya sopan santun! " Syukurlah darah itu sudah berhenti keluar.

"Bingung gue sama hidung gue! Keluar darah pas waktu kayak gini. Tapi, giliran di rumah aja nggak keluar ! "

                                     ******
                              👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk part ini!

Jangan lupa tinggalin vote dan comment ya, makasih:)

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang