CHAPTER 51

35 3 0
                                    

"Gimana kalau kita main ke rumah Rani dulu" Ujar cowok yang sedang menyetir itu.

"Boleh juga" Jawab seseorang yang duduk di sampingnya.

"Gue kangen sama dia" Cowok itu menarik handphone nya. Menatap layar yang ternyata menggambarkan foto cewek dengan kacamatanya.

"Ya elah baru berapa hari udah kangen. Katanya lo mau ikhlasin dia buat gue. Lo kan mau mati" Lancang bener mulutnya.

"Emang gue mau usahain ngasih dia ke elo. Tapi, nggak mudah untuk ngelupain dia. Jadi lo tunggu waktu sebentar. Sebentar aja setelah itu gue akan mulai jalankan rencana gue. Paham kan? " Cowok itu menganggukan kepala.

"Tapi, bener ya" Cowok ini seperti anak kecil. Kalau udah di bilangin masih aja nggak percaya.

"Ngeyel amat sih. Iya-iya gue kasih dia buat lo" Pandangan cowok itu masih sama. Menatap layar handphone nya.

"Tapi, kalau dia suka sama lo gimana? " Entah apa yang dia pikirkan.

"Ya gue akan usahain dia benci sama gue" Jawaban yang ringan.

"Terus setelah di benci sama lo? "

"Sekarang ambil buku sama pulpen di kursi belakang catet semua omongan gue" Mungkin cowok itu sudah kesal menjelaskan semua nya .

Cowok yang duduk di sebelahnya itu langsung menuruti apa yang temannya itu katakan. Dia membuka halaman per halaman buku itu. Mencari selembar kertas yang kosong.

"Gue punya tujuan misi. Misi itu cuma gue sama lo yang tau. Jadi sekarang lo catet semua misi gue! " Cowok yang sedang menyetir itu mengambil nafas yang sangat panjang. Lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Misi yang pertama. Untuk empat hari ke depan gue akan habisin waktu bersama Kiki. Dalam waktu ini gue akan lupain semua kebersamaan bersama nya" Cowok itu hanya perlu menyingkat pembicara nya.

"Misi ke dua. Gue akan usahain buat dia bahagia. Apapun akan gue lakuin" Dia menghela nafas.

"Misi ke tiga. Setelah hari ke empat gue akan bersifat di dingin kepadanya dan saat hari ke lima lo akan gue bantu supaya lo bisa deket sama dia" Cowok itu tersenyum lebar.

"Itu doang? " Axel menganggukan kepala.

"Gue juga akan pura-pura punya pacar. Agar dia bisa benci sama gue" Wajahnya tampak biasa saja. Tapi, hatinya sangat sakit. Sangat sakit sekali.

"Lo bener mau ngelakuin ini buat gue? " Axel menganggukan kepala sambil tersenyum. Dia harap temannya itu bisa bahagia.

"Makasih ya bro. Gue harap umur lo nggak panjang supaya Kiki cepet jadi milik gue" Ni mulut selalu tidak bisa di kondisikan.

"Dasar monyet"

"Di mana ada monyet? Ini kan jalan bukan ragunan . Emang barusan ada monyet yang ngomong? "

"Ada"

"Mana? " Cowok itu membuka kaca cendela. Memeriksa apakah ada monyet atau tidak.

"Mana? " Dia masih mengeluarkan sebagian kepalanya.

"Monyet nya itu sedang nyariin keluarganya. Dia mengeluarkan kepalanya dan mencari di mana monyet itu berada. Tapi, dia nggak sadar kalau dia monyet nya" Axel langsung tertawa sambil menegangi perutnya. Sedangkan tamannya itu hanya diam dan memasang wajah datar.

"Udah ketemu sama monyet nya? "

"Mana ada monyet? "

"Coba lo rapiin rambut lo. Jelek banget" Apa lagi yang akan mereka lakuin.

Banu langsung mengaca di kaca dalam mobil. Tangan nya menghela rambut hitam nya itu. Merapikan serapi mungkin.

"Ada nggak monyet nya? " Banu langsung menggeleng cepat.

"Coba lo tatap wajah lo dari pantulan kaca!" Dengan bodoh nya dia nggak sadar kalau dia telah di permainkan oleh temannya itu.

"Ada dua monyet saling bertatapan" Banu langsung menatap ke depan. Dia sudah tidak memandang wajahnya dari pantulan kaca.

"Nggak lucu" Setelah sadar dari usilan temannya itu dia memutuskan untuk tidur sebentar.

"Ngapain lo tidur? "

"Mau mimpiin calon istri " Axel langsung bersecak kesal.

"Bentar lagi nyampek ngapain lo tidur? " Hanya tinggal beberapa menit lagi.

"Apa lo kesepian nggak ada gue? Jangan-jangan lo nggak bisa tidur waktu ada di rumah sakit ya? Pasti lo kepikiran sama gue kan? Jawab" Banu menyandarkan kepala nya ke pundak temannya yang menyetir itu.

"Idih" Axel langsung menyingkirkan kepala temannya itu.

"Udah ngomong aja nggak usah malu.temen sendiri aja" Kalau masalah goda Banu lah jagonya.

"Nggak" Ujarnya sedikit keras.

"Apa lo kangen sama gue? Nggak yangka kalau lo bakalan kangen sama gue. Gue juga tau kalau selama ini mikirin gue. Nggak bisa tidur karena lagi mikirin gue kan? Iya kan? Sumpah gue nggak nyangka sama lo! " Ni orang dah kumat kali ya?

"Kuping lo buta? " Lah emang ada kuping buta? Baru tau gue.

"Nggak.kuping gue pilek" Emang ada?

"Menurut gue sekarang gue anterin lo ke dokter binatang deh. Buat kuping lo yang pilek itu bisa di chek! " Goda nya.

Tak lama kemudian mobil mereka berhenti di salah satu rumah yang sangat sederhana. Tapi, berhubung banyak sekali bunga membuat sekeliling rumahnya menjadi indah.

                              ******
                         👋👋👋👋

Hay semua!

Ada yang nunggu sama kelanjutan cerita ini nggk?

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa tinggalin jejak ya, makasih:)

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang