CHAPTER 13

149 11 0
                                    

"Kalian mau makan apa?" Bella siap untuk memesan makanan.

"Sama in aja semua" Banu menjawab.

"Kakak lo mana? " Bella  yang sedang menunggu Axel tak kunjung datang.

Dinda baru sadar kalau sejak tadi kakaknya itu tidak ada bersama mereka. Entah kemana perginya psikopat itu? Kira-kira kemana ya billar? Penasaran gue. Kalian penasaran nggak?

Axel.

Dia sedang ada di dalam kelas. Menatap sosok gadis yang membuat hatinya terasa adem. Kalian pasti tau kan?

"Xel lo nggak baik bicara seperti itu sama bu Eli! " Rani mengembalikan buku yang sudah dia pinjam. Tapi lebih tepatnya di pinjamkan kepada dirinya.

"Gue kan baik! " Dia menjawab dengan bangga.

"Tapi, nggak baik bicara seperti itu, nggak sopan! " Rani berbicara dengan sangat halus.

"Udah deh bukunya kamu bawa aja. Nanti kalau udah baru balikin ke aku" Axel menyodor buku LKS nya.

"Kan udah selesai" Ranj juga menyodorkan LKS itu.

"Kalau bukunya nggak ketemu di rumah gimana? Kan lo nggak bisa belajar" Rani terdiam. "Bukunya lo bawa. Nanti kalau udah ketemu lo main ke rumah gue. Balikin buku gue. Kalau perlu gue jemput! " Axel memasukkan LKS itu ke dalam tas yang bermotif bunga itu. Tas nya Rani .

"Emang lo tau rumah gue? " Dia merasa heran. Kenapa Axel bisa tau alamat rumah nya. Sebelumnya dia nggak pernah ngasih alamat rumahnya ke siapapun.

Axel terkekeh. "Rumah lo ada di pinggir jalan.dan nyokap lo jualan bunga. Betul kan? " Rani tercengang.

"Lo pasti mikir darimana gue tau alamat rumah lo kan? Udah ngomong aja! " Dia mengangguk. "Lo nggak perlu tau gue tau darimana alamat rumah lo. Yang pasti gue udah tau rumah lo" Tanganya merangkul pundak mungilnya itu.

"Jangan seperti ini gue nggak enak sama yang lain! " Rani merasa risih pada teman-temannya. Dia ngerasa nggak enak sama meraka.

"Takut sama yang ada di cendela? " Dia mengangguk. Rangkulan itu di lepas  Axel berjalan menuju pintu dan seluar. Saat keluar jeritan para siswi membuat telinganya panas.

"Ngapain kalian? " Axel bertanya dengan wajah dingin.

"Ganteng banget! "

"Gue juga pingin kali di gituin! "Mulut mereka memang sudah tidak suci lagi. Dengan lancang mereka sudah berkata seperti itu.

" Pergi lo sekarang!" Axel tersenyum miring. "KALIAN PERGI ATAU NGGAK GUE AKAN BAKAR LO! " siswi itu berdecak kesal. Dengan mulut di lipat mereka dengan beratnya harus pergi.

Setelah semua beres Axel berjalan memasuki kelas. Dia kembali duduk bersebelahan dengan kiki.

"Jangan kasar-kasar sama mereka. Nanti mereka akan salah paham! " Sudah beberapa kali Axel mengingatkan hal itu.

"Biarin aja. Yang penting lo ada di sini buat gue! " Rani langsung menundukkan kepala. Baru kali ini kiki berbicara dengan siswa. Rani tak akan bicara kalau tidak penting.

"Lo nggak ke kantin? " Axel menggeleng. "Nggak leper? "

"Gue nahan laper supaya gue bisa berduaan sama lo! " Axel menjawab dengan sepenuh hati.

Rani berjalan menuju tempat duduk nya. Dia mengambil kotak makan dan membawanya ke tempat nya.

"Ini makan berdua sama gue ya!" Dia membuka kotak makan itu.

"Makan aja. Biar lo cepet gemuk! " Axel menolak dengan halus.

"Gue nggak suka badan gue terlalu gemuk. Gue nggak pede! " Dia menyodorkan sendok ke mulutnya Axel. Axel hanya diam dan Rani memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

"Enak kan? " Rani nggak akan pernah tau kalau kini jantung cowok yang ada di sampingnya itu berdetak dengan kencang. Axel menatap kiki dengan tajam.

"Xel? " Rani menggerakkan tangan kirinya di depan wajahnya.

Axel langsung terbunyar dari lamunannya. Dia tersenyum juga menahan malu. "Gue nggak pandang lo gemuk atau kurus. Tetapi gue mandang lo itu tulus dari hati gue.gue nggak peduli semua orang bicara apa. Yang penting gue bisa milikin lo! " Hati Rani langsung meleleh. Perkataannya langsung membuat kedua pipinya memerah. Dia hanya tercengang mendengarkan semua perkataan nya.

"Makan lagi? " Rani mengabaikan pembicaraan. Dia merasa malu dan langsung memasukkan makanan kedalam mulutnya.

Axel mengambil sendok yang sedang Rani bawa. dia membalikkan sendok itu kepada mulutnya Rani. Axel memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

"Lo makan aja. Gue udah nggak lapar!" Axel tersenyum. "Makan yang banyak biar lo nggak kecapean. Dan ini alamat rumah gue!" Axel menyodorkan kartu namanya.

"Nanti sore gue tunggu lo di rumah! " Axel tersenyum. Berharap dengan penuh supaya dia bisa menyempatkan waktu untuk datang ke rumahnya.

"Gue akan sempatin waktu untuk ke rumah lo. Tapi, gue nggak janji! " Rani memasukkan kartu nama itu kedalam kantong bajunya itu.

"Tapi, gue harap lo bisa datang! " Axel tetap saja memohon.

"Lo kenapa sih pingin banget gue ke rumah lo? Gue kan nggak penting! " Dia merasa heran.

"Siapa bilang lo nggak penting bagi gue? Gue sayang sama lo! " Dengan gampangnya kata itu keluar dari mulutnya. Rani langsung mengalihkan pandangan. Dia nggak kuat dengan semua perlatan nya. Hatinya terlalu lemah untuk menerima ini semua.

                          ******
                      👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang