CHAPTER 32

52 3 0
                                    

Kringg kringg kringg

Suara alaram menyapa cowok yang sedang tertidur lelap itu. Dia terbangun akibat suara yang menyapa dengan langsung itu.

Cowok itu mengacak rambutnya sendiri sambil menguap. Tangan kanannya meraih alaram yang masih berbunyi itu. Dia masih duduk dengan sedikit membungkuk di atas tempat tidur. Dia mengedil-ngedipkan matanya. Menahan rasa ngantuk yang masih menyelimutinya itu.

"Huaaaaa" Cowok itu beranjak dari tempat tidur. Dia membuka gorden dan cendela. Wajahnya langsung di sapa oleh sinar matahari yang sangat indah.

Axel menggerakkan otot lehernya ke kanan dan kekiri. Di ikuti dengan kedua kakinya. Dia berlari kecil keluar dari kamar dan berjalan menuju halaman rumah.

"Den" Mang ujang tersenyum. "Den Axel sakit? " Memang sejak bangun tidur tadi kepala nya agak pusing.

Axel tersenyum dan menggeleng. "Nggk mang" Mang ujang menganggukan kepala.

"Tapi, wajah den kok pucat"

"Mungkin aku belum cuci muka.bentar lagi kan sekolah jadi sekalian sama mandi"

"Kalau gitu buruan mandi nanti telat den" Axel mengangguk dan berlari kecil menuju kamar mandi.

Langkah kaki Axel terhenti saat pandangannya mulai kabur. Dia menyandarkan kepala nya di depan pintu.

"Xel lo kenapa? " Banu bertanya sambil menggosok rambutnya itu.

Axel hanya diam. Dia masih bingung apa yang terjadi pada di rinya itu. "Kepala gue tiba-tiba pusing" Axel menjawab dengan nada rendah.

Banu melangkahkan kaki mendekatinya. "Wajah lo pucet" Banu mengatakan hal yang sama seperti mang ujang.

"Mungkin efek bangun tidur. Tapi,wajah gue masih ganteng kan? " Axel mulai deh!

"Monyet" Banu melempar handuknya tepat di meja belajar. "Gue kira lo sakit. Kalau gue tau lo nggk sakit nggak akan gue nanya kayak tadi" Axel tersenyum saat pandangannya mulai kembali.

"Udah deh gue mau mandi" Tangan Axel  gatal kalau nggak ngusik temennya itu.

Axel berlari kecil. Dia membuka pintu kamarnya. Mengambil handuk lalu berkaca sebentar. Itulah kebiasaan Billar sebelum mandi. Dia merapikan rambutnya itu. Tapi, dia memandang wajahnya sebentar. Dia ngerasa kalau ada yang aneh.

"Apaan ni? " Jari telunjuknya mengusap hidungnya. "Darah? " Axel langsung mengambil tisue.

"Pantesan kepala gue pusing. Tapi, kenapa ya? Apa gue kecapean" Dia mengusap dan menghapus serah itu dengan perlahan.

"Apa jangan-jangan gue mau mati" Mulutnya.

"Tuhan dosa gue bayak. Gue masih mau hidup. Masih mau bikin rumah buat masa depan gue sama Kiki. Jadi kalau mau yabut nyawa gue jangan sekarang ya" What? Pakek nawar ni orang!

"Gue masih ingin bahagia sama Rani. Pengen rasanya gendong anak" Axel tertawa lirih.

"Gue masih mau hidup tua sama Rani"Seberapa kuat anak ini ngerayu Tuhan.

" Selesai"darah nya sudah berhenti.

Axel tersenyum menatap dirinya sendiri. Mengacak rambutnya dan pergi menuju kamar mandi.

                             ******
                        👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya ya!

Makasih😁

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang