CHAPTER 35

49 3 0
                                    

Tinggalin berupa jejak ya. Aku udah usahain up setiap hari dia part. Kecuali kalau masih belum ada kuota. Itu aja kalau telat up aku selalu dobel up.

Jadi, jangan susah-susah ninggalin vote sama comment ya!

Makasih:)
________________________________

Krakkk

Suara pintu terbuka. Dibalik sana sudah ada Banu yang tampak lelah. Sudah sekitar lima menit dia membopong temannya itu. Apa lagi kalau di lihat dari postur Banu lebih kecil daripada temannya itu.

Buat Banu sabar ya:)

"Langsung di kamar aja. Lo di sini jagain dia. Anggep aja ini rumah lo. Nanti kalau lo mau pulang lo bisa telfon gue. Sekarang gue mau keluar sebentar" Banu menjelaskan dengan jelas.

"Jadi di sini cuma ada gue sama Axel?" Banu mengangguk.

"Anggap aja rumah lo. Dapur nya ada di sebelah kiri ruang tamu. Kamar mandinya juga ada di sana. Tapi, inget jangan masuk ke pintu sebelah cendela" Kedua alis cewek itu terangkat.

"Emang kenapa? "

"Udah pokoknya lo jangan kesana. Bahaya. Ada buaya sama ular besar. Jadi lo jangan masuk ke sana" Terpaksa dia harus berbohong.

"Yang bener? " Rani membulatkan mata.

"Iya.udah sekarang gue mau keluar. Jagain dia. Kalau nggak sadar-sadar siram aja pakai air kulkas" Banu tersenyum.

"Ngaco lo. Ya udah kalau mau pergi hati-hati di jalan. Tapi, lo janji kan nanti nganterin gue pulang? " Banu tersenyum dan mengangguk paham.dia berjalan keluar kamar.

Cewek berkacamata itu menaruh tas yang ada di pundaknya itu. Dia berjalan ke dapur untuk mengambil air. Dia mau mengompres temannya itu.

"Lo itu kan sakit ngapain sekolah" Cewek itu memeras kain yang dia bawa. Namun tidak ia pakai.

"Udah di bilangin minum obat nggak mau" Cewek itu menaruh kain itu di kening temannya itu.

Setelah itu dia berdiri dan menarik selimut. Selimut itu menutupi sebagian badan cowok yang sedang mengajamkan mata itu.

Cewek itu tersenyum sambil menatap Axel Entah apa yang membuatnya dia tersenyum. Apa dia udah jatuh cinta sama Axel?

"Aduh" Rani merintih kesakitan. Kaki kanannya menendang meja berukuran kecil. Dia menyandarkan tubuhnya ke badan sofa. Mengelus sambil meniup kakinya itu.

"Lagian gue sih nggak hati-hati" Dia menyalahkan diri sendiri. Setelah itu dia berdiri dan berjalan menuju sebuah meja yang agak besar. Disana ada beberapa buku yang tak tertata.

Rani memiringkan kepala nya ketika Melihat sebuah foto. "Ini keluarganya Axel?" Cewek itu mengambil poto itu. Melihatnya dengan sejenak setelah itu mengembalikan nya. Bukan tipe Rani. Baru ini Rani lancang memegang benda tanpa seijin tuan rumah.

"Ibunya cantik sama kayak Dinda. Sedangkan ayahnya keren kayak _" Dia berhenti tidak melanjutkan pembicaraan nya.

"Kayak gue" Seseorang menyambung pembicaraan nya itu. Rani langsung menoleh.

"Lo udah sadar? " Rani berjalan dan membantunya duduk. "Lo sakit apa sih? Badan lo panas banget. Besok-besok kalau sakit nggak usah masuk sekolah" Axel tersenyum kecil.

"Siapa yang bawa gue kesini? "

"Tadi waktu lo pingsan gue kebingungan. Trus gue nelfon Banu. Jadi, dia yang udah bawa lo kesini" Rani menjawab pertanyaan nya.

"Lo nunggim daritadi? " Rani menggeleng.

"Udah berapa lama gue nggak sadar? "

"Nggak sampai satu jam kok" Rani tersenyum.

"Ayah gue keren kan kayak gue? " Rani tersenyum dan mengangguk.

"Maaf tadi gue udah lancang. Tadi niat gue mau nge beresin meja lo tapi, lo udah sadar" Axelmengangguk.

"Lo mau pulang? " Rani mengangguk.

"Gue anter" Cowok itu langsung bangkit dari tempat tidurnya.

Rani langsung memegang lengan kanannya. "Lo istirahat dulu. Wajah lo masih pucat. Gue pulang sama Banu kok" Axel menuruti cewek itu. Dia kembali duduk di tempat tidurnya.

"Lo hati-hati ya. Kalau lo nggak sibuk besok lo mau kesini? " Rani tersenyum.

"Gue pasti ke sini kok. Gue udah ada niat untuk ke sini"

"Makasih ya lo udah nyempetin waktu"

"Iya " Rani tersenyum. "Sekarang lo ganti baju, minum obat setelah itu istirahat" Axel tersenyum dan mengangguk paham.

"Hati-hati di jalan ya" Tak peduli dengan kondisi nya sekarang. Dia nggak mikir soal kesehatan nya. Dia hanya memikirkan cewek berkacamata itu . Dia khawatir kalau dia kenapa-napa.

" Kalau gitu gue pergi dulu ya"dengan berat hati Axel menganggukan kepala. Dan setelah itu dia menghilang dia balik pintu.

                             *****
                       👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment ya. Makasih😁

Nggk boleh boong ya:)

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang