CHAPTER 27

69 8 0
                                    

Hay semua!

Kali ini aku up setiap hari dua kali. Karena pondok ku insyaallah masuk bulan depan. Jadi, sebelum aku berangkat aku berharap cerita ku sudah selesai!

Terima kasih atas pengertiannya!
_____________________________________

Pagi hari yang sangat indah. Cuaca saat ini begitu sejuk. Sinar matahari dan angin menyapa kami dengan tampak malu.

"AYO BERANGKAT!" Suara Axel tampak nyaring terdengar di wilayah rumah yang besar itu.

"BANU BURUAN" jadi, dari tadi mereka bertetiak memanggil teman usilnya itu.

"IYA SEBENTAR"

"GUE TINGGAL YA? "

"udah" Axel berlari dari dalam rumah. Wajah nya tampak tak berdosa.

"Lama banget lo" Banu menggoyangkan badannya ke kanan dan kekiri.

Tiga puluh menit kemudian.

Sesampainya di dalam kelas. Para psikopat itu langsung berjalan dan duduk di tempat mereka masing-masing.

"Axel Axel" Cewek bertubuh kecil itu memecahkan keheningan. Sekarang dia sudah menjadi sorotan mata semua yang ada di kelas itu.

"Ha? "

Cewek itu mengatur nafas."Rani" Axel langsung berdiri ketika telinganya menangkap sosok nama itu.

"Kenapa? "

"Mendingan lo sekarang ke perpustakaan" Dia menunjukkan jarinya ke arah pintu.

Axel langsung berjalan dengan kedua yanganya yang di tenggelamkan ke dalam saku. Langkah kaki nya begitu gusar. Wajahnya begitu panik. Para temannya itu juga ikut membuntuti Billar.

Sesampainya di depan pintu. Axel membulatkan mata dengan pandangan yang sangat kesal. Dengan sigap Axel langsung mendorong cowok yang telah menganggu Kiki itu.

"Apa apaan lo? " Nama cowok itu Rey. Dia adalah adik kelas yang tak punya adap.

"Lo yang apa apaan. Lo ngapain ganggu cewek gue? " Apa gue nggak salah denger? Barusan Axel manggil Rani dengan cewek.

Dia terkekeh kecil. "Cewek? "Tawa melepas seketika. perpustakaan yang selalu sunyi itu sekarang menjadi gaduh.

" Apa? Lo nggak suka? Kalau nggak suka nggak usah gangguin dia. Mendingan lo pergi sebelum gue ajar lo"Axel mengangkat alis bagian kanannya itu.

Rey berjalan memutari tubuh Axel
"Gue hera  sama lo. Lo itu keren masih ada jutaan cewek yang ingin milikin lo. Tapi, gue heran kenapa lo milih cewek seperti dia? "Dia nggam sadar. Sejak tadi kedua tangan Axel sudah mengepal. Tanganya sudah gatal .

Brakkk

Rey jatuh dan membentang ke dinding. Axel sudah menahan amarah sejak tadi. Tapi, akhirnya dia bisa mengeluarkan amarah itu semua.

"Buat yang ada di sini buka lebar telinga kalian" Axel memutar tubuh dan mengangkat jari telunjuknya itu. Dia menunjuk ke arah para siswa dan siswi yang ada di sekitarnya itu.

"Buat kalian. Mulai detik ini kalau ada yang gangguin cewek gue, gue akan hajar lo. Kalian semua tau gue kan? Gue ini psikopat jadi jangan pernah ada yang berani nguji amarah gue. Paham nggk? " Bulu kuduk mereka berdiri. Mereka takut atas semua apa yang mereka dengar.

"Jadi kalau ada yang nyakitin cewek gue. Jangan harap lo hidup" Axel tersenyum bangga.

Axel tersenyum ke arah Rani dengan cepat. Setelah itu dia memutar bola matanya. Pandangannya tertuju pada guru yang sangat dia benci itu.

"Ngapain pak guru di situ? Sini ikut gabung. Sekalian gue hancurin muka bapak itu" Imam. Ya guru itu bernama Imam. Guru sejarah yang tidak tau tentang asal usul sejarah.

Dia berjalan mendekati cowok yang sedang di landa dengan ke emosian itu. Semua murid memberi jalan kepada nya. Setelah sampai di depan Billar , Cowok itu langusng tersenyum.

"Mau marah? Marah aja. Tapi, asal bapak tau selama ini suara dan nasihat bapak hanya terbuang sia-sia" Axel tersenyum ejek.

"Bapak baru tau ada murid yang berani ngelawan gurunya"

"Iya lah bapak baru tau. Orang bapak di sini masih satu bulan. Sedangkan gue kan udah hampir tiga taun. Jadi bapak nggam usah jadi pahlawan" Axel mendekatkan wajahnya.

Imama menghela nafas panjang. "Emang ini sekolah nenek moyang lo?" Jadi lo gue sekarang.

Axel, Banu, Dinda dan Bella tertawa dengan bersamaan. "Eh Imam lo itu guru baru, udah tua, kurus lagi. Lo nggak tau kalau sekolah ini milik nenek kami? " Banu menerobos pembicaraan mereka.

Wajah nya mulai memucat. Dia kehabisan  kata-kata. "KALIAN DIEM" Bentakan itu nggak akan membuat nyali psikopat itu menurun.

"Eh tua, mendingan lo yang diem. Lama-lama lo mati di sini. Kena serangan jantung" Dinda ikut membela.

"Kurang ajar kamu"

"Gini ni kalau ngomong sama orang yang udah tua terasa ngomong sama anak kecil. Kalau di bilangin tetep aja ngeyel " Bella menatap wajah Imam dengan tajam.

"Terserah kalian deh" Guru ini adalah salah satu guru yang angkat tangan ketika berdebat dengan muridnya itu.

Merasa malu Imam langsung pergi dan meninggalkan perpustakaan. Wajahnya menerah. Seluruh wajahnya di basahi dengan keringat.

"Ngapain  kalian semua masih di sini. Mau gue hajar? " Bola matanya menampakan api yang berkobar.

"Aduh sok ngatur lo" Tampak nya makhluk ini tidak ada kapoknya.

"Sini maju! " Axel menggerakkan jari telunjuknya.

Dengan langusng Axel menendang perut Rey tampan ampun. Dia sudah tidak berdaya. Sakit seluruh tubuh.

"Gue ingetin sekali lagi ke elo semua yang ada di sini. Jangan pernah gangguin cewek gue. Bahkan jangan pernah coba-coba ngusik ketenangan gue" Tubuh mereka ber gemetar. Detak jantung tak terkendali. Mereka sangat takut dengan amarah cowok itu.

Axel mengambil nafas panjang. Membuangnya dengan perlahan. Dia memutar seluruh tubuhnya. Menetap cewek berkacamata itu. Dia sangat malu. Sejak tadi dia nggak mengangkat kepalanya. Cowok itu tersenyum. Alunan langkah kaki itu membuat gadis itu menatap wajahnya. Jarak mereka sangat dekat. Bahkan mereka berdua bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Tangan Axel yang masih di bungkus perban itu langsung menarik kedua pundak cewek itu. Pelukan yang sangat hangat.

Axel tersenyum. Begitu pula dengan cewek yang ada di pekukanya itu. Tatapan mereka langsung membuat siswi ternganga. Mereka hanya bisa memandang dang mematung di tempat. Senyuman Axel dan Rani adalah salah satu senyuman yang sangat bahagia. Jantung mereka berdetak kencang tak terkendali. Keringat bercucuran .

Ini adalah hari yang sangat bahagia bagi cewek itu. Seumur hidupnya dia nggak pernah nemuin Cowok sepeti temannya itu. Hatinya berjerit kencang. Dia hanya bisa menjerit dalam hati.

                             ******
                         👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan spam comment ya!

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang