CHAPTER 21

87 8 0
                                    

jangan lupa tinggalin jejak ya!

Vote dan spam Comment saya tunggu!
________________________________

Seusai mengantarkan Rani pulang Axel mengendarai sepeda motornya dengan kencang. Kali ini para psikopat itu akan mulai bekerja lagi. Mencari makan dan memakannya dengan sangat kasar.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah. Hanya beberapa menit. Dia memikirkan sepeda motornya dan melepas helm. Setelah itu di berjalan dengan langkah yang gusa. Dia langsung berjalan menuju ruangan kusus. Dimana ruangan itu yang akan berguna bagi para psikopat berandak itu.

Jari-jarinya mengetik di atas layar handphone. Menyandarkan kepala dan semua anggota tubuh di kursi berwarna hitam. Keringatnya bercucuran tak membuat ketampanan nya hilang meninggalkan dirinya.

Dia menaruh handphone nya. Dia mulai melacak identitas seseorang. Diamana seseorang itu akan menjadi buronan para berandal itu. Matanya membuat sempurna. Memandangi setiap kalimat dan angka di layar sana.

Hal seperti ini sudah sangat mudah bagi mereka. Melacak alamat rumah, keberadaan mangsa, nomer HP dan lain sebagainya mereka bisa melakukan dengan waktu yang cukup banyak.

"Lo ngapain kak? " Suara itu membuat matanya berputar. Axel memutar kursi yang menyangga tubuhnya itu. Dia hanya memasang wajah datar.

"Gue punya kabar bagus buat kalian semua. Dimana Bella sama si tikus itu?"

Tanggu! Si tikus? Mereka punya teman baru? Kok gue nggk tau ya!

Dinda mengerutkan kedua alisnya. "Emang kakak punya teman baru? " Axel tertawa.

"Kagak lah"

"La trus siapa yang lo panggil tikus?"

"Banu lah, siapa lagi coba? "

"Sejak kapan dia ganti nama? "

"Sejak ku mencintai mu!"

Dinda memasang wajah datar. "Apa sih kak? Nggk jelas lo. Bisa-bisa gue gila kayak lo" Dind mendorong pantat Axel yang telah mendapatkan posisi nyaman itu.

"Kakak gendut ya? "Dinda mengetikkan jarinya di atas layar handphone kakak nya itu.

" Ngaco. Lo kali yang gendut! "Jarinya juga mengetik di atas handphone adik nya itu.

"Dinda kecil kak. Apa jangan-jangan kurainya yang kurus? "

"Mungkin"

Ni dia orang kurang kerjaan banget sih. Udah kursi di dudukin berdua masih pakek di omongin lagi!

"AXEL MANA PESANAN GUE?" Banu berteriak ketika dia melihat motor temannya itu sudah ada di depan pintu.

Billar berdecak kesal. "Nggk ada melon nya. Yang jualan udah mati!" Lancang bener mulut lo!

Banu dan Bella berjalan menghampiri kami berdua. "Emang kenapa orang nya bisa mati? " Otak lo yang cerdas di mana sih? Lo itu di kerjain ama temen lo!

"Mati.dia kebanyakan makan melon  nya sendiri"

"Emang bener? " Masih belum nyadar!

"Lo jggk percaya? Gue aja habis ngelayat di rumahnya! "

"Emang lo tau rumahnya? "

"Kagak"

Semua sudah berkumpul di ruangan kusus itu. Menyusun rencana dengan mudah.

"Jadi ini pembunuh yang udah bunuh calon mertua gue? " Axel memandangnya dengan kesal.

"Ngaco lo! " Tanganya mengacak rambut temannya itu.

"Ngomong aja kalau lo iri! "

"Udah deh kalian itu! " Bella mulai angkat bicara.

Dua cewek yang ada di samping mereka itu sudah mulai bosan. Mereka memutuskan untuk pergi. Besar du cowok gila itu yang mengurus semua pekerjaan yang kecil itu.

"Ni orang kayak nggak asing deh" Banu mendekatkan wajahnya dengan layar laptop itu.

Axel merasa kan hal yang sama. Dia juga nggak asing sama wajah yang ada di depan layar itu.

"Eh.coba lo cari di komputer lo kayaknya punya deh foto kayak wajah ni orang! " Axel melaksanakan apa yang temannya perintah itu.

Axel membulatkan mata seketika. "Ni orang adalah musuh kita"

"Orang ini kan dulu pernah dateng ke rumah lo! " Axel kenganggukan kepala.

"Nggak bisa di biarin ni! " Jarinya mengetik dengan cepat.

Beberapa menit kemudian. Axel dan Banu  sudah menemukan lokasi orang itu berada.

"Besok pulang sekolah lo sama gue dateng ke rumah ni orang! " Axel mulai merancang stategis.

"Oke lah itu ma urusan gampang. Udah nggak sabar gue. Ni tangan gue udah nggak pernah olahraga" Kedua tanganya di satukan dan menggesek nya dengan bersamaan.

"Emang lo doang? Gue juga kali udah beberapa hari nggak ngehabisin nyawa orang" Jadi tangan mereka gatal? Mereka merasa nggk nyaman kalau nggak ngebunuh orang. Keren banget.
   
                         ******
                     👋👋👋👋
Hay semua!

Ada yang nunggu cerita nggk?

Maaf up nya nggak memenuhi target.

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan spam comment ya!

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang