CHAPTER 37

42 5 0
                                    

"Kak lo itu sakit apa sih? " Seorang cewe sedang menemani kakak nya itu.

"Jangan sakit dong kak. Gue nggak mau lo kenapa-napa. Cepet sembuh ya" Cewek itu menyandarkan kepala di pundak cowok yang terlihat pucat itu.

"Besok lo kerumah sakit ya? " Cowok itu menggeleng cepat.

"Kalau gitu lo minum obat biar lo nggak sakit" Cowok itu menggeleng lagi.

"Gue nggak mau lo mati. Gue nggak mau kehilangan lo. Cuma lo yang gue punya" Dinda meneteskan air mata.

"Kakak nggak akan pergi. Gue akan jagain lo" Suaranya sangat pelan.

"Gue mau lo cepet sembuh" Cewek itu memegang tangannya kakak nya dengan erat.

"Gue nggak akan pergi. Gue di sini buat lo" Cowo itu sangat sayang pada cewek yang ada di sebelahnya itu.

"Janji ya kak? " Axel mengangguk.

"Emang papa sama bunda nggak pulang? Kakak kan lagi sakit"

"Biarin aja mereka pulang atau nggak. Mereka aja sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kita mau bilang aja pasti kita yang akan di salahin" Sungguh malang nasib kalian berdua! Wkwk

"Tapi, papa sama bunda nggak pernah nanyain keadaan kita.bahkan udah lima tahun mereka nggak pulang ke sini. Apa mereka udah lupa sama kita? " Axel langsung menatap adiknya itu dengan tajam. Wajahnya tampak sekali pucat.

Axel tersenyum. Dia nggak boleh rapuh dan jatuh. Hanya dia yang Dinda miliki sekarang. "Dengerin kakak" Axel memegang kedua pundak adiknya itu.

"Mereka nggak lupa sama kita. Mereka kerja buat kita. Mereka sayang sama kita" Axel meyakinkan adik kandungnya itu.

"Kita? " Axel mengangguk. "Papa sama bunda cuma sayang sama kakak. Mereka selalu beda-bedain aku sama kakak. Di mata mereka aku selalu salah" Axel mematung.

"Mereka hanya peduli sama kakak" Axel langsung memeluk adik nya itu.pelukan yang sangat erat dan penuh dengan kasih sayang.

"Jangan nangis. Kakak akan selalu di sini buat jagain lo. Sekarang hapus air mata lo" Axel memeluknya semakin erat. Seakan dia nggak akan pernah ngelepasin pelukan itu.

"Kakak janji kan? " Axel melepas pelukannya.

Dia menatap adik nya itu. Axel yang selalu merah itu kini di selimuti oleh awan yang putih. Wajahnya telihat sangat pucat.

"Kaka lo kenapa? " Suasana berubah menjadi suram. Dinda tampak bingung.

"Kak lo nggak kenapa-napa kan? "Dinda memeluk kakak nya itu.

"Kak? " Tak ada sahutan.

Cewek itu melepas pelukannya. Dia meneteskan air mata saat melihat kakak nya sudah tak sadarkan diri. Lebih sedihnya kedua lubang hidungnya mengeluarkan darah.

Dinda menyandarkan Axel di sofa. Dia berlari menuju ruangan bawah tanah. Dia mengambil sekotak obat. Di sana sudah lengkap.

Dinda membersihkan darah yang mengalir itu. Dia sangat khawatir sama kondisi kakak nya itu . Air matanya menetes dan membasahi wajah Axel yang sangat pucat itu.

******
👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment ya!

Nggk boleh boong , makasih:)

Salam:natasha Nur safitri

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang