CHAPTER 24

66 8 0
                                    

"LO ITU COWOK APA CEWEK SIH? DARI TADI GUE YANG NYERANG LO. DASAR LEMAH! " Axel mengacak rambutnya yang sudah di penuhi oleh keringat.

"Kalau nggak nggak bisa kelahi ngapain lo bikin geng yang nggak jelas ini? " Axel terkekeh kecil.

"Ini yang di namakan ketua? Iyh. Ha? Udah kayak gini masih di pertahanin lagi! "Axel memegang erat pinggang nya itu.

" Banyak omong juga ni orang ya!"perkelahian di mulai.

Brakkk

Roni terjatuh saat Axel menendang tubuhnya dengan kencang. Tubuh Roni membentur tong kosong. Ya persis kayak omongan dia.cuma berani ngomong.

Keningnya mengeluarkan darah. Dengan mudahnya dia mengusap dengan santai. Sekuat tenaga Roni menahan sakit. Setelah beberapa detik dia mengumpulkan energi dia langsung berdiri dan siap untuk bertarung.

"Udah lo nyerah aja" Axel mengulurkan pisau kecil.

"Mau main mati? Gue juga bawa" Begitu pula dengan Roni dia juga mengulurkan pisau yang sudah di simpan di dalam saku celananya itu.

Roni berlari mendekati Axel. Dengan tangan yang terulut dan pisau yang menjalar itu . Axel juuga melakukan hal yang sama. Dia juga berlari sambil mengulurkan pisau yang tampak kilau itu.

Jrattttt

Darah mengalir di tangan mereka berdua. Pisau itu menggores lembut tangan kedua cowok itu. Mereka saling bertatapan dan tersenyum sinis.

"Udah nyerah aja" Sudah berkali-kali Axel memperingatinya. Tapi, begitulah orang yang kertas kepala. Susah di atur.

"Lo takut? "

"Gue nggak akan takut untuk ngelawan lo banci. Gue cuma mau ngingetin kalau sebentar lagi polisi dateng. Gue kan baik jadi sebelum gue nge habisin lo gue nawarin hal yang sangat berharga. Daripada nanti udah masuk penjara nahan sakit lagi" Axel memainkan pisau nya itu.

"Banyak omong juga lo"

"O"

"Cuek juga lo"

"Y"

Ni jadi berantem nggk sih? Mereka berdua malah pidato. Wkwk

Tak menunggu waktu lama . Axel berjalan dengan santai. Berdiri tepat di depan Roni. Dia menggigit pisau kecilnya itu. Kedua tanganya menarik jaket yang ia pakai. Darah yang menjulur di tanganya itu langsung terhapus oleh gesekan kecil itu.

"Sini lo maju" Axel menjambak rambut gondrong nya itu.

Brakkkk

Axel terjugkal ke belakang. Tubuh dan kepalanya membentur tanah. Akibat itu dadanya terasa sesak. Tapi, bukan masalah.

Plakkkkk

Roni menampar wajah Axel yang kotor di penuhi dengan debu itu. Ke dua matanya agak buram akibat ada kotoran yang masuk di sana .

Brukkk

Satu serangan telah membuat Roni terjatuh. Mereka saling bertatapan. Kini mereka akan meneruskan perkelahian dengan pisau.

Tesss

Darah mengalir deras di kening bagian katanya itu.setiap serangan yang mereka berikan selalu tepat dan mengenai sasaran yang sama.

"Omg wajah ganteng gue"Axel mengusap darah yang menjulur ke bagian pipinya itu.

" Wajah ganteng? Burik lo"

"Apa iri? Gue tau kalau gue itu ganteng. Dan pastinya lo iri kan sama ketampanan gue? "

Roni menatapnya dengan jijik. "Masih tampanan gue" Dia mengacak rambutnya sendiri.

Axel berjalan mendekatinya. "Wajah lo itu lebih tampan kalau di ancurin" Satu goresan membuat dara lolos dari dalam. Pisau itu menyentuh dengan lembut pipi kenannya itu.

"Akkkhhhh"Roni sudah tampak kesal.

" KURANG AJAR LO ANJIR"dia juga membuat goresan di bagian tangan kirinya.

Axel langsung menendang tangan yang masih memegang erat pisau kecil itu. Tendangan itu membuat pisau itu terlempar entah kemana.

"Berani lo sama gue? " Roni memeluk tubuh Axel dengan kuat. Sekuat tenaga Axel memberontak agar dirinya bisa terlepas dari mahkluk ini. Tapi, tenaganya lebih besar. Karena ini dia meminta bantuan kepada polisi.

Bukannya nggak berani. Tapi, kasihan sama posisinya. Masak dia nggak kerja sih. Kan lumayan tu dapet buronan satu.
  
                            *******
                          👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan spam comment sebanyak-banyaknya!

Ada yang nunggu kelanjutan cerita ini nggak ya?

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang