CHAPTER 4

502 27 2
                                    

Bel masuk sekolah sudah berbunyi dua menit yang lalu. Semua siswa sudah ada di tempat duduk mereka masing-masing. Kini hanya goresan pensil yang terdengar di seluruh kelas. Semua kelas hening dan damai. Tidak ada yang berbicara selain ada keperluan yang penting. Tapi sayangnya itu bukan kelas para berandal itu.

Hanya terbelah dua kelas. Kelas yang selalu di juluki dengan kelas Asia. Dimana kelas itu selalu ramai dan gaduh. Setiap jam kosong kelas 12 ips 2 ini selalu menggelar konser. Benda-benda di sekitarnya akan selalu berguna buat melengkapi konser itu. Meja sudah biasah dibuat menjadi pengganti gendang,sapu di ubah menjadi gitar, pulpen, pensil dan papan tulis di gunakan sebagai drum. Ya beginilah kondisi kelas ini untuk setiap harinya.

Kelas gue sih keadaannya seperti itu! Kalau kelas kalian gimana? Kira-kira sama nggk ya?

"KUINGIN ENGKAU MENGERTI BERTAPA KAU KU CINTA" Suara Banu sangat memicu di kelas itu. Semua siswa tertawa terbahak-bahak ketika melihat apa yang sedang ia lakukan.

Banu menyanyi sambil berlutut di hadapan Dinda Perlakuan nya sudah membuat kedua pipinya memerah dan jantungnya berdetak kencang. Seluruh kalas iri dengan gadis yang sedang menahan malu itu. Setiap ada waktu luang bani akan selalu melakukan hal yang sama seperti sekarang ini.

"Ngaco lo" Tangannya menonjol pelan kening cowok yang sedang berlutut di hadapannya itu. Cowok itu langsung terjungkal kebelakang. Tapi, dia tidak malau. Karena meskipun dia melakukan hal apa pun dia akan tetap menjadi perhatian para cewek.

"Berisik banget deh! Nggak usah deketin adik gue. Lagian dia nggak bakal mau sama lo! Mendingan lo sama dia aja! " Axel mulai terganggu dengan apa yang kini berlangsung. Tapi tunggu barusan Axel bilang kalau Banu cocok sama dia? Siapa?

Tangan Axel menunjuk kearah kursi bagian depan. Seorang cewek pemalu. Dia selalu membaca buku dengan menyandarkan kepalanya ke didin kelas. Cewek berambut pendek yang selalu dia urai. Kulit putih dan hidung kecil mancung. Dia adalah salah satu siswa yang kutu buku. Kacamata selalu menyangkut di kedua telinga nya. Dia adalah gadis yang pendiam dan juga pandai.

"Gue sama dia? Oke. Gue akan buktiin ke kalian! "Banu melangkahkan kaki mendekati cewek itu. Dia meraih kursi dan membawanya agar mereka saling berdekatan.

" Nggak bosen baca terus? "Dia mulai beraksi. Cewek itu memandangnya sambil menggelengkan kapala.

" Mending lihat muka gue yang ganteng!" Axel langsung berdehem.

Dia juga melangkahkan kaki menuju mereka berdua. Dia juga menarik kursi dan duduk langsung di hadapannya. Dia memandang cewek itu dengan memiringkan kepalanya. Cewek itu hanya melirik mereka berdua. Dia nggak tertarik dengan cowok yang sudah terdengar di telinga semua orang. Dia lebih tertarik dengan membaca daripada berbicara dengan dua orang yang ada di hadapannya ini. Nggak akan ada gunanya kalau ngeladenin mereka. Cuma buang-buang waktu. Inget buang-buang waktu.

"Lihat gue aja! " Axel menyahut buku yang sedang menghalangi wajah cantiknya itu. Mereka berdua memang sengaja mengusik ketenangannya.

Gadis itu sering di panggil dengan Rani. Dia adalah salah satu anak terdiam dari seluruh murid yang ada di sekolah ini. Gadis itu tidak pernah bicara kalau memang nggak penting. Tapi, kalau soal pelajaran jangan pernah main-main. Semua pelajaran dia suka. Apa yang dia nggak suka?

Kalau kalian suka sama mata pelajaran apa? Kalau gue sih nggak suka semuanya! Semua pelajaran harus mikir! Pusing ni kepala!

"Kalian bisa nggk sih nggak usah ganggu gue? " Nadanya dengan penuh harapan. Axel membuang buku gadis itu dengan sembarangan arah. Buku itu jatuh di kepala Dinda. Adik kandung nya.

Dinda langsung berjalan mendekati mereka bertiga. Dia menaruh buku itu di depan wajah Rani. Tatap tajam mengarah kepada Axel. Tangan kanan ya manapun kulit telinga. Axel merintih kesakitan. Adik kandungnya itu menarik telinganya menuju tempat duduknya.

"Duduk! " Axel menurut apa yang Dinda katakan. Adiknya mengambil buku yang ada di dalam tas yang bergambar tengkorak itu. Dinda membanting buku di depan kakak nya itu.

Dia mengambil nafas panjang. "Baca" Dinda membuka salah satu halaman buku itu. Setelah itu dia berjalan ke depan. "SEMUA KEMBALI KETEMPAT MASING-MASING! " dia berteriak sambil membawa sapu yang akan menjadi pengganti gitar.

Kalau sudah seperti ini jiwa psikopat nya sudah mulai menguasai dirinya. Semua merinding ketakukan. Mereka akan menuruti semua perintah para berandal itu. Setelah suara yang tinggi membuat kelas itu menjadi tenang. Kini giliran arbani. Dia masih menghina yuki.

"DINDA LEPASIN GUE! "  Dunda menarik telinganya. Dia juga menyeret Banu ke tempat duduknya.

Kedua tangannya di tepukkan. Senyum mengembang di wajah nya. Dia berjalan dan menghampiri yuki. Dia duduk di sebelahnya lalu tersenyum.

Dia mengambil nafas panjang. "Gue mau lihat lo senyum" Perkataan nya langsung membuat konsentris nya membuyar. Dia menurut buku yang sudah mempengaruhinya.

Rani menoleh ke arah Dinda . Dia tersenyum. Senyumannya begitu manis. "Lo lebih cantik ketika senyum! Jangan terlalu cuek. Semua yang ada disini ingin berteman sama lo. Gue tau di balik dinginnya lo pasti akan ada yang melelehkan itu! " Perkataan ya benar juga.

"Gue nggak pede" Rani menundukkan kepala. Dinda tersenyum.

"Gue nggak bohong! Lo lebih cantik kalau tersenyum! " Jari kelingking meluncur di depan wajahnya. Dia membalas jari itu.

Dia sudah berjanji kalau dia akan tersenyum. Mungkin dengan ini dia jadi akan memiliki banyak teman. Kalau yang mau sih menjadi lebih dari itu. Wkwkwk

*******
👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan spam comment sebanyak-banyaknya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang