CHAPTER 19

89 9 0
                                    

Hanya sekedar info:
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saya akan up cerita kelanjutan ini tiga hari sekali!

Saya juga akan target buat pembaca dan comment: untuk sekarang ini saya akan target minimal 50 pembaca, 50 vote dan minimal 25 spam chat comment!

Jadi kalau kalian penasaran sama kelanjutan cerita ini jangan lupa vote dan spam chat comment sebanyak-banyaknya!
_________________________

Bel masuk sudah berbunyi. Tapi, kenapa cewek berkacamata itu belum juga masuk ke kelas. Ini bukan tipe cewek itu. Dia akan selalu masuk dengan tepat.

Cowok yang memainkan pena itu masih khwatir dengan cewek itu. Dia takut terjadi apapun pada cewek itu. Dia begitu khawatir sampai dia tidak fokus untuk mendengarkan penjelasan guru yang ada di depannya itu. Dia sibuk dengan pikirannya.

"Assalamu'alaikum" Tak lama kemudian cewek yang dia tunggu sudah dayang dengan nafas yang tak teratur. Dia menjadi sorotan semua yang ada di kelas itu.

Siska guru killer itu langsung menatapnya dengan tajam. "Dari mana saja kamu? " Axel tau kalau cewek berkacamata itu Bergidik ngeri.

Rani mengambil nafas panjang. "Tadi waktu saya mau ganti baju, baju saya nggak ada di almari saya. Terus saya cari sampai ketemu! " Siska tersenyum.

"Di sini nggak ada ceritanya baju bisa hilang dan jalan-jalan! " Rani hanya menundukkan kepala.

"Ada kok bu! " Suara itu membuat dirinya sebagai sorotan mata.

Axel berdiri dan berjalan menuju depan. Dia merangkul gadis berkacamata itu. "Lo duduk sekarang!" Rani hanya terdiam.

"Siapa yang nyuruh kamu ke depan?" Guru ini sangat di takuti oleh semua kelas. Kecuali dengan satu cowok tampan ini.

"Yang nyuruh saya kasini itu hati saya. Emang kenapa? Lo nggak suka?"sadar Axel itu guru lo. Ngapain lo panggil dia lo? Lo mau berantem sama dia?

" Beraninya kamu sama saya! "Seisi kelas layaknya malihat sinetron. Mereka menatap aktor-aktor yang ada di depan itu.

Axel tersenyum. " Sekarang lo duduk!"tanganya mengacak rambut cewek itu.

"Siapa juga yang nyuruh kamu duduk? " Saat Rani melangkahkan kaki suara itu membuat nya terhenti.

"Udah duduk aja! " Pahlawan ini selalu ada di saat dia meiliki masalah.

"Kurang ajar banget kamu sama saya!" Tanganya hampir membuat bekas merah di pipinya. Tapi dengan sigap tangan itu langsung di tangkis oleh Billar.

"Rani maju kedepan dan sit up sepulu kali" Rani hendak berdiri tapi di larang oleh Axel.

"Duduk aja! " Siska membulatkan mata. Sejak kapan ada murid yang berani ngatur.

"Mau berapa? Lima puluh sepuluh? Atau seratus? Ibu tinggal pilih angka yang saya sebutkan? "

"Lima puluh kali! " Dengan senang hati Axel langsung melakukan hal itu.

Semua menjadi terdiam ketika melihat apa yang terjadi di kelas mereka.

"Rani sama ibu mau tau nggak siapa yang ngumpetin baju lo? " Setelah selesai dia langsung berdiri dan mengibas-ngbaskan tangan nya itu.

Apa lagi yang akan dia bicarakan? Sudah cukup dia membuat naik darah guru itu. Sekarang mau apa lagi coba?

"Mau bicara apa lagi kamu? " Kedua alisnya terangkat dengan bersamaan.

Axel tersenyum dan mengamati teman sekelasnya itu. Dia menatap merek dengan tajam. Sampai akhirnya dia mengetahui dalang di balik semua ini.

"Steven lo maju! " Tangan tertuju pada cowok yang sok keren itu. Dilihat dari wajahnya saja sudah ketauan kalau dia adalah pelakunya. Dasar bodoh!

Dia berjalan dengan wajah yang suram. "Sekarang lo jujur atau gue akan habisin lo sekarang juga!" Seluruh tubuhnya ber gemetar mendengar ucapan temannya itu.

"Jangan sok deh lo! " Tamparan keras melayang ke pipi kananya.

"Sekarang lo ngaku atau gue akan retakin semua tulang-tulang lo itu?" Dasar manusia berwajah dua.kalau di belakang aja sok banget. Giliran sekarang di depan hanya diem!

"lo masih nggak mau ngaku juga? " Dengan geram Axel menarik rambut cowok ber muka dua itu.

"GUE INGETIN SEKALI LAGI LO NGAKU APA GUE AKAN HANCURIN TUBUH LO YANG LEMAH INI? " buruan jawab! Axel masih ada di posisi tengah ni. Lo mau kalau lo mati sebelum nikah?

Steven menganggukan kepala. Dia menundukkan kepala. "I.. Iya sebenarnya gue yang sudah ngerjain Rani! " Gitu kek dari tadi. Kalau lo bilang pasti lo nggak akan kayak gini!

"Sekarang lo duduk" Tangan Axel yang kuat itu mendorong Steven yang masih menahan sakit itu.

Dia berjalan dengan membungkukkan tubuhnya. Sekuat tenaga dia berjalan menuju tempat duduknya. Mangkanya kalau nggak jago nggak usah bikin ulah. Tau kan sekarang akibatnya?

"Sekarang ibu tau kan siapa yang salah? " Siska hanya diam. Menatapnya dengan sorot mata yang membara.

"Sekarang kamu duduk! " Axel melangkahkan kaki dengan santai. Seakan tidak terjadi apa pun.

Siska mengambil nafas panjang. Menenangkan diri dari hal yang barusan terjadi. "Baik untuk pelajaran kali ini sampai di sini dulu!sekian dari saya dan terimakasih! " Dia keluar. Serentak anak-anak menghela nafas tenang.

                            ******
                        👋👋👋👋
Hay semua!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya!

Tolong di ingat pesan saya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang