CHAPTER 55

25 4 0
                                    

Kringgg kringgg kringgg

Bel pertanda istirahat telah berbunyi. Suara ini adalah suara yang paling di rindukan oleh semua siswa dan siswi yang ada di sini. Bunyi itu adalah bunyi yang menghilangkan rasa ngantuk seketika. Betul kan?

Semua siswa , siswi dan guru sudah keluar dari kelas Masing-masing. Mereka ibarat semut yang terpisah. Kantin, perpustakaan, taman langsung ramai seketika. Di penuhi oleh para semut itu.

"Yok ke rumah" Banu mengangkat bicara.

"Lo ikut! " Banu kenunjuk ke arah Rani.

"Hari ini gue akan bikin roti kesukaan kalian" Semua tersenyum .

Para psikopat berandal itu berjalan dengan langkah kaki yang sama. Ketambahan anggota baru. Semua memberi jalan kepada mereka semua. Gerumbulan seketika langsung bubar akan kedatangan mereka ber lima.

"Ada cewek tingil tu" Suara itu membuat mereka berhenti melangkahkan kaki.

Dengan kompak mereka semua memutar seluruh badan. Menatap tajam para cewek yang sedang mencari muka itu.

"Siapa yang bilang? " Tanpa basa-basi Bella langsung berjalan dan berdiri di hadapan mereka.

"Emang dia cewek tengil" Mulut nya minta di rusak ya?

"Dia? " Bella manunjuk ke arah Kiki.

"Iya dia cewek tengil yang suka cari muka " Bella ersenyum jahat.

"Ulangi lagi gue nggak denger! " Bella mendekatkan telinganya ke depan lima cewek itu.

"Dia cewek tengil yang suka buang muka" Bodoh nya dia!

"Lucu ya? Iya? Dia cewek tengil suka cari muka iya? Gitu? " Kelima cewek itu menatap Kiki dengan pandangan jijik.

Plakkkkk

Tangan kanan Bella dengan ringan menampar wajah cewek itu. Teman-teman nya yang melihatnya hanya mengangga.

"Apa -apa an lo? " Salah satu cewek berani ngebantah.

Plakkkkk

Satu tamparan kembali melayang di wajah yang sok cantik itu.

"Udah deh kalian itu jangan suka ngehina orang. Coba lihat wajah lo sendiri. Lo yang cari muka. Muka udah jelek. Jerawatan. Sok cantik aja songong. Gue hancurin tu muka sekalian" Bella menatap mereka berlima. Tampak nya nyali mereka itu kecil sangat kecil. Baru di gituin aja udah nundukin kepala.

Salah satu dari mereka memiliki nyali yang cukup besar. Mereka ber empat menundukkan kepala tapi, tidak dengan cewek yang berambut pendek itu.

"Apa lo lihat-lihat mau gue ancurin muka lo? " Jari-jari cewek itu langsung menjambak rambut pendek itu.

"Dengerin gue. Bukak telinga lo yang bau itu. Buka lebar-lebar. Sekali lagi lo cari masalah sama kita hancur lo " Bella mendorong cewek itu.

"Gue nggak cari masalah sama kalian" Masih aja ngebantah.

Plakkkk

Udah rambutnya sakit kejambak kena tampar juga kasihan kamu nak.

"Mau cari masalah lagi? " Dengan kompak mereka langsung menggelengkan kepala. Ternyata kecil juga nyali mereka.

"Bella! " Seseorang yang memakai kaca mata dengan membawa buku di tangannya itu memanggil dirinya.

Kini mereka beralih pandangan. Menatap cewek yang berperan sebagai guru itu.

"Apa mau marah? Iya? " Belum berkata apa-apa dia sudah di serangap sama muridnya sendiri.

"Apa yang sudah kamu lakuin ke anak saya?" Mereka berlima langsung berlari mendekati gurun itu.

"Mulut aja berani bicara. Baru di gituin doang aja takut. Mangkanya punya mulut jangan sok bener deh" Axel, Banu, Dinda dan Rani terkekeh kecil.

"Kamu itu_"

"Udah ya gue tau kalau lo mau marah sama gue. Udah hafal gue. Hafal banget. Daripada marahin gue nggak ada gunanya lo marahin aja anak lo yang sok cantik, sok betul dan sok pintar itu " Guru itu langsung membulatkan mata.

"Ibu sama anak sama aja. Melotot-melotot apa gunanya sih? Ha? Nggak akan takut gue" Bella menegaskan apa yang dia ucap kan.

"Eh lo mendingan lo itu jangan sok deh. Nggak usah cari masalah sama kita buang waktu aja. Lagian gue tau kok kalau lo itu cari muka biar Banu suka sama lo. Lo suka kan sama dia? " Axel menyahut pembicaraan mereka.

Guru itu langsung menatap tajam anak itu. Baru malu tu muka.

"Oke Terima kasih buat Rita.Makasih ya karena lo tangan gue udah nggak gatel. Permisi" Mereka melanjutkan perjalannnya kembali.

"Eh kalau ada yang ngehina lo mulai sekarang lo jangan diem ya. Lawan kayak gue tadi biar nggak kurang ajar tu orang" Rani tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Lo mau buatin kita apa? " Tanya Dinda setelah sampai di dalam rumah itu.

Banu merangkul pundak temannya itu. Memancarkan wajah yang sok manis. Banu tersenyum menjijikkan sedangkan Axel hanya memasang wajah datar.

"Lepasin gue! " Cowok itu merasa jijik dengan sikap temannya itu.

"Nggk mau" Banu memajukan mulutnya.

"Lepasin apa gue buat datar tu mulut lo?" Ke usilan Banu semakin menjadi-jadi. Cowok yang selalu usil itu memajukan mulut nya yang hampir menyentuh mulut sahabatnya itu.

"Hiiii lepasin gue" Axel langsung menutup bibir temannya itu dengan telapak tangannya.

"Nggk mau" Banu menggoyangkan seluruh tubuhnya.

"Lepasin gue bego" Telapak tangannya berhasil menjauhkan wajah sahabatnya itu.

"Sekarang lo masak bikinin gue mie " Perintah nya.

"Siap tuan" Banu hormat kepada temannya itu.

"Anggep aja ini rumah lo" Axel mendekati cewek berkacamata itu.

Sejak peristiwa tadi dia hanya diam dan melamun. Entah apa yang dia pikirkan sekarang.

"Lo masih mikirin masalah tadi? " Rani hanya tersenyum.

"Oke kan nanti lo ke rumah gue. Gue akan tunjukin lo sebuah drama. Tapi, lo harus janji jangan buang air mata lo" Rani mengerutkan keningnya.

"Udah lo nggak usah khawatir. Lo harus siapin mental yang kuat" Axel merangkul pundak cewek itu.

"Emang drama apa? " Rani memutar otot lehernya.

Axel tersenyum. Dia meraih kepala cewek itu supaya dia bersandar di pundaknya. Elusan halus yang dirasakan cewek itu membuat detak jantungnya berdetak dengan kencang.

"Udah pokok lo siapin mental lo aja udah cukup" Axel menyandarkan kepalanya di atas kepala cewek itu.

Cowok itu mengelus pundak cewek itu dengan lembut menjukkan rasa yang sangat sayang. Tangan mereka juga saliang menggenggam satu sama lain.

******
👋👋👋👋

Hay semua!

Jangan lupa tinggalin jejak ya, makasih:)

Kesan untuk bab ini ya!

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang