CHAPTER 53

28 3 0
                                    

"Inget ya ini hari pertama lo" Cowok yang mengacak rambutnya dengan handuk itu memukul pelan pundak temannya itu.

"Iya -iya gue inget kok" Jawabnya sambil memasang sepatu di kaki kanannya.

"Kuy berangkat" Pagi ini anggota psikopat berandal itu sudah lengkap.

"Gue pakek motor mau jemput Rani" Ujar nya setelah sampai di depan pintu.

"Terserah lo deh"

"Bunda sama papa di mana? " Tanya Dinda sambil meramaikan rambut panjangnya.

"Lo sih tidur aja. Mereka itu udah dari setengah enam keluar. Katanya mau ke laut" Jawab Bella.

"Buset deh. Mereka itu udah tua masih aja mau kelaut. entar ke lelep lagi" Banu tertawa .

"Entar nikah sama ubur-ubur lagi" Sahut Axel.

Banu dan Axel langsung tertawa terbahak-bahak.

"Jam berapa sih? " Balla mengangkat kepalanya. Melihat ke langit yang indah.

"Jam enem kurang" Jawab Dinda sambil melirik jam yang melingkar di lengan tangannya.

"Berangkat sana katanya mau jemput Rani. Inget Rani anak yang baik jangan sampai dia telat berangkat ke sekolah" Bella mendorong tubuh saudaranya itu ke arah motor .

"Buset ngusir gue lo? " Bella menatap Axel dengan tajam.

"Eh lo itu kalau di bilangin nyeyel lagi" Jawab Bella sambil menjambak rambut cowok itu.

"Eh bocah gue udah ganteng kayak gini lo malah ngacak rambut gue. Bilang aja kalau lo suka sama gue" Ujar nya sambil merapikan rambutnya yang berantakan itu.

"Idih " Bella memutarkan bola mata.

"Udah bilang aja" Bella langsung menarik telinga cowok itu.

"Aduh aduh sakit. Woy lepasin sakit" Semakin Axel memprotes akan semakin sakit juga telinganya itu.

"Mendingan lo nggak usah punya telinga deh. Udah di bilangin buruan berangkat. K
Rani itu cewek baik-baik di sekolahan. Jangan sampai dia telat" Bella melepaskan telinga temanya itu.

Axel langsung membuang muka sambil menggosok-gosok telinga nya yang memerah.

"Oh gitu? " Bella langsung mengangkat satu kakinya dan menginjak sepatu cowok itu.

"Sensi banget sih? " Cowok itu sudah mulai jengkel.

"Berangkat sekarang atau gue patahin ke dua telinga lo? " Axelnggak mau badannya sakit apalagi sampai memerah. Dia memakai helm dan berangkat.

~di perjalanan~

Don't stay awake foto too long
Don't go to bed
I'll make a cup of coffe for your head
I'll get you up and going out of bad

Lagu berbahasa Inggris itu melantun di kedua telinga cowok yang menaiki motor itu. Motor itu berhanti di jalan karena lampu merah menyala. Dia sangat santai dengan alunan musik nya itu.

"Ni lampu merah lama banget sih. Nggak tau apa gue ke buru-buru" Baru tau ada orang yang memarahi lampu merah.

"Lama bener deh " Wajahnya tampak sekali kesal.

"Ni lama-lama gue copot tu lampu merah" Waduh?

"Lama bener. Apa gue besok bawa obeng sekalian ya? Biar copot tu lampu merah" Ni orang ngeceh mulu ya!

Tiga
Dua
Satu

Lampu hijau pun menyala. Cowok itu tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya itu. Meskipun wajahnya ter tutup oleh helm tapi, ke tampanannya nggak akan hilang. Dia langsung menjalankan kuda yang dia tumpangi sekarang.

~sesampainya~

Sesampainya di rumah Ranii dia langsung turun dari motornya. Tapi, dia merasa bersalah ternyata Rani udah nungguin dia dari tadi.

"Ibu adek berangkat dulu ya" Ujarnya sambil mencium telapak tangannya.

"Ayo berangkat" Rani tersenyum sambil memukul pelan pundak cowok itu.

"Udah nunggu dari tadi? " Tanya nya ketika mereka berdua sudah mau menjalankan motornya.

"Lumayan" Jawabnya.

"Maaf ya lo harus nungguin gue" Rani tersenyum sambil menatap wajah cowok itu dari pantulan spion.

"Tapi, kalau lo telat sekolah gara-gara gue terlambat jemput lo gimana? " Dengan sengaja Axel bertanya hal itu. Dia takut kalau hal itu akan terjadi.

"Kalau gue telat? Ya gue akan nungguin lo sampai lo dateng jemput gue. Kita bisa di hukum bersama " Nggak salah denger ni? Baru tau ada anak yang sepintar dia mau mengikuti cowok yang nakal itu?

"Gue nggak salah denger? " Mereka berdua bertatapan dari pantulan kaca spion.

Rani tersenyum dan menggeleng cepat. "Emang kenapa? " Rani sedikit mendekatkan wajahnya.

"Gue nggak nyangka aja kalau ada murid sepintar dan se diam lo bakal nurutin apa mau gue" Axel terkekeh.

"Emang salah? " Axel menggelengkan kepala.

"Terus kalau misal nya gue pergi? " Rani mengerutkan keningnya.

"Maksud lo? "

"Ya kalau tiba-tiba gue pergi nggak ada kabar gimana? "

"Gue akan nyari lo" Senyum mengembang di wajah cowok itu.

"Misalnya gue mati gimana? " Pertanyaan macam apa itu?

"Emang lo mau kemana? " Cewek itu merasa ada yang nggak beres atas semua pertanyaan itu.

"Nggak kemana-mana. Kan gue tanya misalnya" Cewek itu mengambil nafas panjang.

"Gue nggak suka sama pertanyaan lo" Cowok itu tersenyum.

"Iya maap" Rani menganggukan kepala.

"Oiya makasih ya bunga nya" Mereka berdua saliang tersenyum.

"Simpen itu jangan sampai hilang. Biar lo inget kalau lo pernah di sukai cowok se tampan gue" Rani dan Axel langsung terkekeh kecil.

"Akan gue simpen selamanya sampai gue akan jadi milik lo"

"Maksudnya? "

"Ya akan gue simpen bunga itu sampai gue akan jadi milik lo selamanya" Jantung Axel langsung berdetak dengan kencang.

Makasih ki atas semua ucapan mu. Tapi, maaf gue nggak bisa batinnya berkata.

"Emmmmm emang lo mau? " Rani menganggukan kepala.

"Hari ini lo jualan bunga nggak? " Rani menggelengkan kepala.

"Main yuk nanti gue anter lo pulang dulu setelah itu lo ganti pakaian lo. Nanti gue yang ijin sama nyokap lo"

"Boleh"

Axel tersenyum bahagia. Sangat bahagia. Dia berharap dalam eaktubempat hari dia bisa menghabiskan waktu bersama Rani.

******
👋👋👋👋

Hay semua!

Ada yang nunggu cerita ini nggak? Saya harap kalian suka ya:)

Jangan lupa tinggalin jejak, makasih:)

Salama:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang