CHAPTER 76

26 1 0
                                    

"Detak jantung lo udah norma" Ujarnya.

"Emang detak jantung gue lagi dandutan? " Dokter itu hanya memutar bola mata.

"Lo tau nggak? "

"Nggak"

"Ya nggak tau lah orang gue belum ngomong ke elo"

"Cerewet banget sih lo? " Baru kali ini ada seorang cewek yang berani menginjak-injak harga dirinya. Memperlakukan dirinya sepeti boneka. Di sudah ke sana dan ke sini. Untung saja cewek itu adalah cewek yang masih membarinya detak jantung. Jadi Billar harus sabar, sabar dan sabar.

"Banu udah jadian sama Rani!"

"Terus? "

"Ya lo seharusnya kaget dong. Masak lo bisanya saja sih? "

"Ya apa bubungannya sama gue? "

Tanpa mereka berdua sadari di belakang mereka sudah ada orang yang kini telah mereka bicarakan. Mereka sudah berdiri sekitar dua menit yang lalu. Banu hendak akan memanggil mereka tapi, di larang oleh cewek yang ada di sampingnya itu. Karena apa? Karena dia kenal dengan cewek itu.

Tapi, Rani merasa heran dengannya. Kenapa kini dirinya memakai seragam sejenis dokter. Dan Rani hafal kalau itu seragam rumah sakit yang agak dekat dari rumahnya itu.

"Ya gue seneng aja mereka bisa bahagia"

"Lo nggak cemburu? "

"Gue cemburu? " Cowok itu tersenyum. "Pasti lah" Jawabnya dengan wajah memelas.

"Kenapa lo nggak tarus terang sama siap tu cewek lo? Gue lupa namanya" Pikiran Rani kini semakin menjadi-jadi. Ada apa sebanarnya. Sedangkan cowok yang berdiri di sampingnya itu hanya bisa pasrah ketika cewek nya tau kalau ada sesuatu yang dia sembunyikan dari dirinya.

"Kalau gue terus terang sama dia , dia akan sedih"

"Pede amat lo"

"Lo itu ngeselin banget sih? "

"Terus sampai kapan lo harus sembunyiin ini semua dari dirinya. Percuma tau suatu hari nanti pasti dia akan tau. Dia akan lebih sedih kalau tau hidup lo nggak lama lagi" Kiki semakin bingung dengan percakapan mereka berdua. Apa maksud dari kata hidupnya nggak akan panjang lagi? Ada apa sebenarnya?

"Tapi, gue nggak siap dan gue tau kalau dia juga nggak akan siap"

"Gue janji sama lo kalau gue akan berusaha semampu gue buat sembuhi lo" Cewek itu tersenyum.

Rani mengerutkan keningnya. Bukannya itu cewek ya? Tapi, kenapa kok sikap mereka berdua bukan seperti orang yang berpacaran. Ada apa ini?

"Terserah lo deh"

" Lo sayang banget sama dia? "

"Gua sayang banget sama dia. Gue rela jika gue berhenti jadi psikopat  demi bisa hidup dengan dirinya. Tapi, gue nggak yakin bakal berhenti jadi seorang pembunuh"

"Emang ribet ya jalan hidup lo"

"Besok gue ada acara. Lo harus mau jadi pacar pura-pura gue" Rani menatap wajah Banu . Sedangkan cowok itu hanya bisa pasrah untuk mendengar ini semua.

"Ogah! "

"Nggak nerima penolakan! "

"Emang ada acara apa sih? Sok subur tau nggak"

"Emang gue orang nya sibuk" Dia tersenyum bangga.

"Besok gue ada jadwal"

"Besok Rani ulang tahun. Gue mau lo jadi pacar gue boongan kayak dulu lagi"

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang