CHAPTER 48

36 3 0
                                    

"Heh dasar punya mantu nggk ada akhlak" Nenek tua yang hampir mati itu mengoceh sendiri.

"Apa sih buk? "Cowok bertubuh tinggi dan memiliki suara besar itu tampan kesal.

" Udah jangan berisik" Kakek tua ini ikut menyahut.

"Ni juga mertua banyak omong"

"Bilangin tu sama suami kamu jangan pernah ngelawan sama mertua"

"Bilangin aja sendiri"

Kami semua berkumpul di rumah sakit. Setelah masuk ruang oprasi cowok itu langsung di sambut hangat dengan keluarganya. Dia sangat gembira.

"Kalian semua di sini mau jenguk gue apa mau lomba adu mulut sih? " Cowok yang sedang berbaring kelihatan tampak pucat itu mengangkat bicara.

"Mau adu mulut sama si tua bangke" Ujar pria bertubuh tinggi dan memiliki suara besar itu.

"Nonton bioskop? Rame bener? " Banu, Bella dan Dinda datang dengan bersamaan. Mereka masih memakai seragam sekolah.

"Hay semua" Banu melambaikan kedua tangannya.

"Eh para bocil nggak ada akhlak datang" Ujar kakek sambil tersenyum.

"Eh ada kakek sama nenek. Kalau di lihat-lihat mereka berdua udah nggak lama lagi mati deh" Bella menatap mereka berdua dengan tajam.

"Cucu kurang ajar" Ujar nenek sambil tertawa.

"Adek nggak kangen sama bunda? " Dinda tersenyum.

"Nggak usah takut sini bunda peluk" Dinda tersenyum lebar. Dia langsung memeluk orang yang iya cintai itu. Baru ini dia bisa memeluk bundanya. Sebelumnya mereka di penuhi dengan kebencian.

"Maafin bunda sama papa selama ini kami selalu membedakan adek sama kakak" Dinda tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Mana om oleh-oleh nya? " Banu memecahkan suasana.

"Khusus buat kamu oleh-oleh nya ketinggalan di pesawat" Banu langsung menampakkan wajah kesal.

"Punya om pelit amat" Ujar nya cukup lirih. Tapi, masih bisa di dengar oleh semua orang yang ada di ruangan itu.

"Punya ponakan bisanya nyindir" Ni mereka mulai adu mulut!

"Kayak ada yang ngomong ya? " Semua yang ada di ruangan itu tertawa terbahak-bahak.

"Bener-bener nggak ada ahklak" Tawa mereka semakin meledak.

"Permisi" Semua menoleh ke sumber suara.

"Dokter" Bunda tersenyum.

"Gimana keadaan cucu sayang yang tampan, pintar dan nggak ada akhlak ini dok? " Pria tersenyum.

"Nggak usah di dengerin ni tua bengkek emang ngeselin" Ujar Axel sambil tersenyum.

"Cuci darah nya berjalan dengan lancar. Rasa sakit dan luka nya sudah mulai membaik. Jadi kata profesor cuci darah nya cukup satu kali dan besok boleh di bawa pulang" Semua tersenyum bahagia.

"Makasih ya dokter" Dokter cantik itu tersenyum sambil menganggukan kepala.

"Kalau gitu saya permisi dulu"

"Itu dokter yang ngerawat kamu? " Tanya kakek mencurigakan.

"Iya.cantik ya? " Goda Axel.

"Cantik banget nggak kayak nenek lo" Nenek langsung menatap kakek dengan tajam.

"Nikah aja sana sekalian bawa semua barang lo ketempat istri lo yang baru. Udah tua mau sekarat aja masih mikirin nikah. Inget umur . Umur lo itu nggak akan panjang lagi" Oceh nenek dengan nada tinggi.

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang