CHAPTER 28

69 7 2
                                    

"Makasih ya tadi lo udah nolongin gue" Rani tersenyum sambil mengelus pelan tangan kanannya Axel.

Axel membalas senyumannya sambil mengangguk. "Lo mau makan apa? " Ucap Rani.

"Sama aja kayak lo" Bola mata Axel memandang langit-langit kantin.

"Bakso? " Rani mengangguk ringan.

"Adik lo sama temen-temen lo di mana? Kok nggk ikut ke sini? "

"Lagi tidur di kamar"kalian taukan yang dimaksud kamar? Ruangan yang ada di sekolah itu.

Dua menit kemudian. Makanan yang di pesan sudah datang.

" Lo nggk makan? "Rani sudah memasukkan sendok ke dalam mulutnya. Tapi, ada yang aneh dengan cowok yang ada di sebelahnya itu.

" Tangan lo masih sakit? Kalau gitu gue suapin aja anggap aja sebagai balas budi gue karena lo udah nolong gue"Rani menarik mangkuk yang berisi bakso itu.

"Nggak usah. Lo makan aja. Nanti lo laper" Rani tersenyum dan menggeleng.

"Gue udah makan tadi jadi, perut gue nggak terlalu laper" Tangan Rani mengambil sendok dan memasukkannya ke dalam mulut Axel

Bola mata mereka saling bertatapan. Dunia seakan berhenti. Detak jantung keduanya berdetak tan terkendali. Tak ada kedipan yang menghilangkan pandangan mereka berdua. Hatinya begitu senang dan menjerit.

"Udah lo makan aja!" Axel menolak.

"Makan ya" Rani langsung memasukkan sendok itu langsung ke mulutnya Axel.

Axel hanya diam mematung. Menguyah makanan itu sambil melamun. Memandang Kiki dengan pandangan kosong.

"Tu enak kan?" Rani membuat lamunannya membuyar.

Axel langsung menggelengkan kepala. Dia tersadar dari lamunannya. "Gue suka sama lo" Tanpa Axel sadari dia telah mengucapkan kata-kata itu.

Rani menahan tawa dan mengerutkan keningnya."Axel sadar. Jangan melamun " Axel menahan malu.

"Emang gue tadi bilang apa?" Axel menggaruk kepalanya.

Rani tertawa kecil. "Tadi lo bilang kalau lo suka sama gue" Axel tertawa terbahak-bahak.

"Emang gue suka sama lo" Axel tersenyum dan mendekatkan wajahnya.

Telapak tangan Rani langusng mendorong wajah Billar. "Nggak enak kalau di lihat. Banyak orang" Rani selalu menolak.

"Biarin aja. Mereka pasti iri lihat gue sama lo. Mereka kan jelek jomblo lagi" Rani membulatkan mata.

"Nggak baik" Rani mengangkat sendoknya lagi dan memasukkan nya kedalam mulut Axel.

"Bentar lagi kan pulang. Lo mau nggak main ke ruangan gue?Nanti gue antar lo pulang" Rani hanya diam.

" Mau nggak?" Rani haya tetap diam.dia masih berfikir.

"Kalau nggak gue anterin lo pulang dulu. Nanti gue yang bilang sama nyokap lo"

"Nggak ngeropotin? " Axel langsung menggeleng cepat.

"Nanti lo tunggu gue di parkiran ya. Gue mau bilang dulu ke adik gue" Rani tersenyum.

"Sekarang lo makan"Rani memasukkan satu sendokan lagi.

" Udah gue kenyang" Axel mengambil sendok itu. Kini berbalik Axel memasukkan sendok itu kedalam mulut Rani.

Dia membuka mulut.mengunyah dengan pelan. Kepalanya menngok kesana dan ke sini. Axel merasa bingung setelah melihat temannya itu.

"Lo kenapa? Malu sama mereka?" Rani mengangguk.

"Udah deh lo itu pantes buat bahagia. Jadi lo nggak usah malu" Bener tu apa yang di omongin Axel.

"Tapi, gue itu nggak pede" Rani menundukkan kepala.

"Sekarang angkat kepala lo" Dia mengangkat nya perlahan. Menatap wajah Axel dengan datar.

"Dengerin gue ya" Axel memegang kedua pundak nya.

"Mulai sekarang lo nggak usah malu. Lo harus berani. Lo itu bukan perempuan lemah. Lo harus bahagia. Gue masih ingin lihat senyum lo. Jadi, gue harap kalau ada yang ngebili lo." Axel mengehela nafas. Lalu dia melanjutkan pembicaraan nya itu. "Kalau lo merasa di kucilkan lo jangan diam aja. Jangan takut sama mereka. Buktiin ke mereka kalau lo perempuan yang kuat dan nggak lemah.lo nggak pantes untuk di bili. Masa depan lo masih panjang"motifasi yang berguna!

Rani tersenyum dan mengangguk. " Apa gue cewek yang lemah?" Axel menggeleng.

"Lo nggak lemah.lo memiliki hati yang baik" Ya benar hatinya sangat baik.

"Apa gue jelek? Sehingga mereka nggak suka ngelihat gue? " Axel mempererat pegangannya itu.

"Lo nggak jelek dan lo nggak jahat. Mata mereka sudah di kuasai sama kegelapan. Mereka tidak menyadari betapa baik ya lo. Jadi lo nggak perlu mikir semua itu" Axel tersenyum. Dia memperlihatkan gigi putihnya itu.

"Tapi, kenapa mereka selalu jahatin gue? "

Axel menghela nafas. Semua ucapannya itu tidak cukup untuk meyakinkan nya. "Sekarang lo fokus sama gue.dengerin semua apa yang gue ucapin.lo nggak jahat, lo nggak buruk. Tapi, kenapa mereka jahatin lo? Mereka nggak sadar atas semua yang mereka lakuin ke elo. Mereka sudah di butakan sama kejelekan. Maka dari itu lo buktiin ke mereka semua kalau lo bisa. Buktiin ke mereka. Kalau perlu jatuhin mereka yang pernah jatuhin harga diri lo" Masih belum cukup semua penjelasan ini?

"Makasih atas semua nasihat lo" Axel tersenyum. Dia melepaskan genggaman nya itu.

           ******
          👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya!

Salam:natasha nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang