34

175 11 16
                                    


Lanjut guys:)


















***

"Udah dong Lis,jangan nangis lagi,yang ada kalo lo nangis gini nanti lo malah jadi sakit,ketambahan lo belum makan,mendingan sekarang lo hapus air mata lo terus kita makan,ya?" ujar Devi.

Tak ada sepatah kata pun keluar dari bibir Lisa.Hanya isakan tangis yang terdengar beriringan dengan sesegukan yang terdengar berulang kali.

"Gue paham kok perasaan lo,gue tau lo pasti sedih dan kecewa,tapi lo ngga boleh lupa sama diri lo sendiri,jangan cuma karna Rendi lo jadi lupa sama diri lo yang harus lo jaga,lo juga harus utamain kesehatan lo Lis,gue ngga mau lo sakit cuma gara-gara mikiran orang lain."

Hati Lisa seketika tersentak.Ia pun mendongkakkan wajahnya.Menatap Devi yang juga menatapnya dengan rasa khawatir.

"Makasih ya Dev,lo emang sahabat gue yang paling baik dan pengertian,lo selalu ngertiin apa yang gue rasain."

"Udah jadi tugas gue kali sebagai sahabat lo buat selalu ada disaat lo senang ataupun susah,gue juga udah anggep lo kaya sodara gue sendiri kok,sekarang mending lo hapus air mata lo,kita makan dulu,ibu gue udah masakin spesial buat lo katanya."

Lisa tersenyum menghapus air mata.
"Makasih ya Dev."

"Iya sama sama,yaudah yuk ngga usah sedih lagi,nanti pasti Rendi juga bakalan tau sendiri mana yang bener dan mana yang salah kok,dan gue juga bakalan bantu buat ungkapin itu semua,oke?"

Lisa mengangguk pelan."Makasih banget ya Dev lo udah banyak bantu gue." Ini ketiga kalinya Lisa mengucapkan terimakasih kepada Devi.

Mereka beranjak keluar dari kamar Devi untuk makan malam.Sebelum itu Lisa sudah izin kepada ibunya untuk menginap semalam di rumah Devi.Karena esok adalah hari libur maka ibunya mengizinkannya.

***

Malam itu,Vian,Doni,Didit menginap di rumah Rendi.Karena besoknya adalah hari libur.Saat itu mereka sedang makan malam bersama.

"Ren? lo waras kan?" ujar Didit.

"Apaan si,ya waras lah."

"Makan sop pake piso lo bilang waras?"

"Oiya,lupa gue."

"Lo lagi kenapa si Ren,kok salfok gitu,banyak pikiran lu ya? mikirin utang lu?" ujar Vian.

"Heh lu tolol apa gimana si,ya kali anak sultan mikirin utang,emang lu hah yang utangnya segunung?" sahut Doni.

"Iya Ren,ada apa? crita aja napa si? kaya sama siapa," ujar Didit.

"Tar gue critain di kamar,mending abisin aja dulu makanannya."

"Siap bos," ujar Vian.

***

Pukul 22.00 Lisa belum juga tidur.Padahal Devi sudah tidur sejam yang lalu.Tentu saja Rendi yang memenuhi pikirannya hingga ia mengurungkan niatnya untuk tidur.

"Telfon,ngga,telfon,ngga,telfon,ngga," ujar Lisa dengan jari yang ditekuk satu persatu layaknya orang berhitung.

"Telfon ngga ya? kalo ditelfon takutnya ngga diangkat,kalo ngga telfon masalah ngga selesai selesai,Rendi juga bakalan marah terus sama gue,aduh bingung bingung bingung bingung," sambung Lisa sesekali menepuk kepalanya karena saking bingungnya.

"Telfon aja lah," ujar Lisa dan mulai mengutak atik layar ponselnya.

Lisa mulai menempelkan ponselnya di telinga kanannya.

Tut tut tut

"Tuh kan ngga diangkat,coba satu kali lagi deh."

Tut tut tut

"Ck,kayanya Rendi bener-bener marah sama gue,gimana ya caranya biar Rendi tau yang sebenernya,kalaupun gue cerita pasti dia ngga bakalan percaya,emang kayaknya ini saatnya gue buat move on dari Rendi."

Lisa membaringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya dan tak butuh waktu lama Lisa sudah terlarut ke dalam dunia mimpi.





















Sorry baru update lg hhe:)
Maaf juga part nya pendek:v
Jan lupa vote dan komen ya;)
Maapkan kalo ada typo:v

LISA DAN RENDI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang