38

174 11 0
                                    

Happy reading...
.
.
.
.

Rendi duduk di kursi yang terletak di samping ranjang.Menatap lembut Lisa yang tengah terbaring lemah di ranjang.Ia sebetulnya ingin memberi perhatian lebih.Tapi ia ingat kalau ia bukanlah siapa-siapanya lagi.

Ia pun sebetulnya benar-benar masih sayang kepada Lisa.Ia pernah berfikir.Mengapa hanya dengan 1 kesalahan saja ia tega memutuskan Lisa.Tapi tidak dengan Lisa.Sudah banyak kesalahan yang Rendi perbuat tetapi Lisa selalu saja memaafkan.Walaupun itu butuh waktu dan penjelasan.

Rendi benar-benar menyesal putus dengan Lisa.Apa yang ia putuskan ternyata malah membuat hidupnya hancur.Bahkan pikiran Rendi selalu penuh dengan nama LISA dan kenangannya bersama Lisa.Jujur saja ia ingin kembali bersama Lisa lagi.Tetapi ego nya mengatakan jangan.

Rendi memutuskan untuk pergi meninggalkan Lisa sendiri.Walaupun sebenarnya ia ingin menemaninya sampai ia siuman.Tapi ia terlalu malu untuk melakukan hal itu.Sebelum pergi Rendi menitipkan Lisa kepada petugas kesehatan sekolah.

Bel istirahat berbunyi.Semua murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.Tapi tidak dengan Rendi.Ia baru saja memasuki ruang kelasnya karena baru selesai melaksanakan hukuman dari kepala sekolah.

"Woy Ren,pulsek nanti latian basket," ujar Vian setelah menemukan Rendi yang baru saja duduk dikursi.Rendi mengangguk lemas tanda mengerti.

Vian,Didit,Doni yang melihat sahabatnya itu tidak seperti biasanya yang riang dan ceria.Wajahnya terlihat lemas.Mereka sudah pasti paham sebab dari hilangnya keceriaan Rendi.Siapa lagi kalau bukan karena perempuan.

*Kantin*

Seperti biasa Rendi dan kawan-kawannya memesan bakso di warung Mang Darman.

"Mang,biasa!!" teriak Doni sembari tunjuk tangan.

"Siap," sahut Mang Darman.

"Kenapa Ren,lemes amat kaya ngga makan satu bulan aja lo," tanya Didit.

"Heh,gue ngga makan 1 hari aja udah lemes banget,ini satu bulan,mati lah bisa-bisa," sewot Doni.

"Kan ini perumpamaan,lu kalo pelajaran Bahasa Indonesia molor mulu si,mentang-mentang gurunya ga liat," jelas Didit.

"Lu ngomongin Doni molor mulu,lah yang tadi pas di ajar Bu Tari molor siapa?" timpal Vian.

"Ck,brisik!" ketus Rendi.

"Wuii santay bro,gausah pake emosi,yang tenang yang tenang," ujar Didit.

Rendi memutar bola matanya.Ia benar-benar kagum pada ketiga temannya itu.Apa-apa dibahas,apa-apa di ributkan.Hal kecil saja bisa menjadi topik besar bagi mereka bertiga.

"Gini ya Ren,bukannya mau ikut campur urusan lo nih ya,kalo emang lo masih cinta dan sayang sama  Lisa,ngga bisa nglupain dia,lo kenapa ngga balikan aja? Namanya juga manusia bro,pasti punya salah.Manusia ngga ada yang sempurna.Dia baru nglakuin 1 kesalahan aja udah lo putusin aja,kalo gue jadi lo nih ya,gue coba maafin dulu untuk yang pertama kalinya,kasih dia kesempatan buat rubah semuanya yang menurut lo ngga suka.Karna sejatinya di dalam hubungan pasti ada pertengkaran,nah pertengkaran itu kita jadikan pelajaran dan waktu dimana kita harus intropeksi diri.Bukan malah pisah." ujar Vian menasehati.

"Sekarang gue tanya,lo masih cinta ngga sama Lisa?" lanjut Vian.

Rendi menatap Vian serius.Sesekali ia membuang muka dan rada gugup.Ia sebenarnya benar-benar masih sangat sangat cinta kepada Lisa.Ia terlalu malu untuk mengungkapkannya kepada teman-temannya.Bukan! sahabat lebih tepatnya.

"Ngga papa Ren,jujur aja,kalo emang iya,kita bakalan bantu kok cara nyatuin kalian berdua lagi," ujar Doni.

"Gue emang masih cinta sama dia," jawab Rendi singkat.

LISA DAN RENDI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang