tiga

5.7K 136 0
                                    

vote sama komennya yg banyak-banyak!!

happy reading guys~

↓↓↓





Ray menatap intens wanita di luar ruangannya melalui kaca ruangan yang tidak terhalang, bahkan omongan demi omongan yang Jun lontarkan tidak ia gubris sama sekali, karena Ray fokus memperhatikan wanita yang sibuk pada laptopnya.

"Ray! Sialan, kau tidak mendengarkanku??"  kesal Jun, sudah menjelaskan panjang lebar sampai mulutnya berbusa, tapi orang di hadapannya sama sekali tidak memperhatikan. Sampai tidak peduli memanggil nama pria itu tanpa embel-embel 'pak'.

Ray menoleh malas pada Jun."Intinya saja apa, kau terlalu banyak bicara."

Kening Jun mengerut kesal, hembusan nafas keluar darinya."Ck, aku sudah menjelaskan dengan rinci tapi kau hanya meminta intinya saja?? Wah, menyebalkan sekali dirimu ini."

Ray mengerlingkan mata."Tidak ada yang ingin kau katakan lagi? Keluar sekarang, dan panggil Rica."

Jun berdecak sebal."Ya ya Rica saja terus! Aku tidak akan mengulangi penjelasanku tadi, pokoknya kau harus paham dengan apa yang ku katakan."

Setelah berucap seperti itu, Jun melangkah pergi meninggalkan ruangan Ray dengan kaki yang sengaja di hentakan keras. Tidak usah bingung, Jun salah satu teman lamanya namun tidak begitu dekat karena ke sibukan masing-masing, padahl masih satu kantor.

Dan mereka jarang sekali berbicara non formal, karena sudah terbiasa berbicara formal, walaupun Ray lebih muda darinya.

Tidak lama keluarnya Jun dari ruangan, pintu di hadapannya kembali di buka, menampilkan seorang wanita yang dari tadi mengalihkan fokusnya.

Ray menatap datar Rica yang berjalan menghampirinya, padahal detak jantungnya sudah tidak normal lagi. Ray bisa saja di buat gila oleh Rica, namun Ray menutupi ketertarikannya pada Rica demi menjaga image.

"Selamat siang, pak. Ada apa memanggil saya?" sapa Rica sopan, dengan senyum yang mengembang. Memang kali ini Rica berusaha agar terlihat sopan dan ramah pada bosnya, dan juga karyawan.

Ray menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Tidak ada."

Rica menatap bingung bos nya itu."Bapak hanya gabut memanggil saya??"

Ray mengangguk tanpa ragu, berhasil membuat Rica menganga. Kurang kerjaan sekali, sudah tau wanita itu sedang banyak kerjaan, tapi seenaknya Ray membuang waktunya.

"Kalau begitu saya permisi, pekerjaan saya masih banyak." Rica menunduk beberapa saat, lalu berbalik badan untuk berjalan menuju pintu.

Tapi sayang, Ray lebih dulu menghentikan langkahnya dengan suara tegas namun menyebalkan di telinga Rica.

"Siapa yang menyuruhmu pergi??"

Dengan berat hati Rica kembali membalikkan badan, menghadap sang bos. Memasang senyum lebar dan terpaksa.

"Bapak jika tidak ada kerjaan lebih baik membantu saya, pekerjaan saya sedang menumpuk." tekannya pada akhir kata.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang