tiga belas

3.4K 83 1
                                    

Seorang wanita muda berjalan santai di koridor-koridor dengan cat warna putih bersih. Sepanjang jalan dirinya tidak henti-henti untuk tersenyum, senyuman yang sangat manis dan terserat ke bahagian di baliknya yang pasti membuat siapa pun orang yang melihatnya akan ikut tersenyum. Contohnya wanita yang tidak sengaja bertemu dengannya.

"Selamat malam, sudah lama sekali tidak ke sini. Nona Rica?" Sapa suster cantik dengan senyumannya, mungkin umurnya sudah di atas tiga puluhan tapi masih terlihat muda.

Rica membalas senyumannya lebih merekah, kini dirinya berdiri tepat di depan pintu kamar pasien. Benar, Rica sedang di rumah sakit.

"Ahh, maafkan aku sus. Akhir-akhir ini aku sibuk, dan susah meluangkan waktu untuk kemari." jawab Rica ramah.

"Ohh, ku dengar kamu sudah bekerja sebagai sekertaris CEO GRW Crop. Pasti pekerjaannya sangat melelahkan, mengingat itu perusahaan terkaya di kota kita." Sahut suster itu.

"Ahhaha, tidak juga kok. Walau cukup sibuk, tapi aku tidak pernah merasa lelah." Jawab Rica tersenyum hangat.

"Kamu memang gadis pekerja keras, pasti ibu mu bangga." ucap suster itu lembut.

Rica tersenyum mendengarnya."oh ya, bagaimana keadaan mama sus?" tanya Rica begitu ingat dengan tujuannya kemari.

Suster itu melebarkan senyumannya."Semakin membaik, dan terlihat lebih bugar dari sebelum-sebelumnya." jawabnya.

"Syukurlah, kalau gitu aku boleh masuk?" ujar Rica sedikit menyengir.

Suster itu terkekeh."tentu. Maaf aku jadi mencegat mu di sini, aku lupa kalau kamu ingin bertemu dengan ibumu." ucap suster.

"It's okay, aku senang bisa mengobrol dengan mu."kata Rica hangat."kalau begitu aku permisi masuk."

Suster itu mengangguk dan mempersilahkan Rica untuk masuk ke dalam ruangan. Suster yang baru saja mengobrol dengannya itu adalah suster yang menjaga ibunya dan juga merawat ibunya jika Rica tidak datang ke rumah sakit.

Ibu Rica di rawat di rumah sakit sudah hampir tiga bulan, beliau menderita penyakit kanker dan juga serangan jantung. Waktu Rica menangis di tangga darurat dan ingin sekali bertemu dengan ibunya tetapi dia mengurungkan niat karena takut ibunya ikut menangis dan khawatir ketika melihat anaknya sedang kacau.

Maka dari itu baru hari ini Rica baru bisa meluangkan waktunya untuk bisa menjenguk sang ibu sepulang dari kantor.

Rica mendudukan bokong nya di kursi samping kasur pasien yang di tiduri oleh ibunya. Rica mengelus puncak kepala sang ibu yang kini sedang tertidur pulas.

"Mom, how are you today?? I miss you so bad." Gumam Rica pelan dengan tangan yang terus mengelus kepala ibunya.

"Mah...cepet sembuh ya?? Rica kangen masak bareng mama di rumah."ucapnya lembut."Oh ya, hari ini Rica bawain roti kesukaan mama. Sesuai yang mama pinta kemarin, Rica bawain roti selai kacang favorit mama."

"Cepet sembuh ya, mah. Rica kangen mama." Monolognya.

Air mata nya keluar membasahi pipinya. Rasa sakit dan sedih begitu melihat sang ibu terkulai lemah di atas ranjang rumah sakit dengan jarum impusan yang menusuk di punggung tangannya. Dulu ibunya yang sering merawat pasien, tapi sekarang semuanya terbalik—sang ibu lah yang di rawat di rumah sakit oleh para dokter dan suster.

"Rica." panggil ibunya dengan suara lemah.

Cepat-cepar Rica mengusap pipinya untuk menghilangkan jejak air mata. Karena dia tau, sang ibu benci melihat anak semata wayangnya menangis, apalagi kalau itu karenanya.

"Mama udah bangun?" ucap Rica lembut, sedikit menyedot ingusnya akibat menangis.

Ibu Rica mengangguk lemah, Rica membantu ibunya yang berusaha untuk duduk dan bersender di kepala ranjang dengan bantal di belakangnya.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang