sembilan

4.2K 87 4
                                    

"Ah! Sial!" umpat Ray."why can?! Kenapa dia tidak menerima kerjasama ku?! Apa yang kurang dengan perusahaan ku??!!!"

Dengan kasar Ray melepas Jas hitam miliknya, lalu di lempar sembarangan ke arah sofa yang ada di dalam ruangan.

Rica menundukkan kepalanya dalam-dalam begitu mendengar teriakan Ray yang marah besar. Perusahaan mereka baru saja di tolak kerja sama oleh DW Crop, perusahaan tersukses setelah GRW Crop. Ajakan kerja sama Ray baru saja di tolak mentah-mentah oleh Daniel Willie—CEO DW Crop. Baru kali ini perusahaannya di tolak mentah-mentah oleh perusahaan lain. Biasanya tidak pernah ada yang menolak ajakan kerja sama dari Ray, tapi kali ini dia malah di tolak dengan mentah-mentah.

"Sial! Awas saja kau Daniel!!" geram Ray, kedua tangannya mengepal dengan kuat menahan amarah.

"Pak, memangnya kenapa jika di tolak? Ini hanya satu perusahaan saja yang menolak kerjasama bapak." tanya Rica, sedikit muak. Menurutnya hanya satu kerjasama saja yang di tolak bukan beribu-ribu, tapi kenapa harus semarah ini.

"Cih!! Kamu tidak tau sebarapa untungnya jika kita bisa bekerjasama dengan Daniel keparat itu!!" ucap Ray dengan amarah yang terpendam.

Benar, yang menolak kerjasama Ray hanya satu. Tapi masalahnya, perusahaan yang menolaknya itu sangat berarti dan jika saja mereka bekerja sama di proyek Ray kali ini, di pastikan perusahaan Ray akan mendapatkan keuntungan banyak.

"Yaudah sih, kan bisa minta kerjasama lagi di rayu lagi." sahut Rica seenak jidat.

"Ck! Otak mu tidak di pakai??? Mau taruh di mana muka perusahaan ku ini, sialan?!" ucap Ray semakin geram.

Rica memutar bola mata malas dan memilih untuk keluar dari dalam ruangan bos nya itu tanpa menyahuti.

"Kau tidak punya sopan santun di depan atasan?! hm???" Tanya Ray dengan suara serak dan geraman tertahan.

Langkah kaki Rica yang sedikit lagi mendekati pintu tiba-tiba saja di buat berhenti oleh suara Ray yang notabene nya Boss sendiri.

"Kau tidak di ajari sopan santun saat sekolah, Hm??" Tanyanya lagi, kali ini nadanya lebih tajam. Kedua tangan Ray terlipat di depan dada.

Tanpa takut Rica membalikkan badan dengan kepala yang sedikit mengangkat."untuk apa aku memakai sopan santun di depan mu??" Bukannya menjawab melainkan Rica balik bertanya dengan nada menantang.

Ray sedikit melongo, tapi wajah nya masih tetap sama—tenang dan datar. Kakinya mulai melangkah maju mendekati sang sekertaris yang masih diam dengan wajah berani.

"Kau tau aku ini atasan mu, bos mu." Ujar Ray tanpa memberhentikan langkahnya yang semakin dekat dengan Rica.

Reflek kaki Rica melangkah mundur begitu Ray berjalan semakin dekat dengannya. Punggungnya menabrak pintu ruangan yang tepat kini di belakangnya, perasaan nya semakin tidak enak saat Ray semakin dekat dengannya.

Langkah kaki Ray berhenti tepat di depan Rica sang sekertatis. Masih dengan wajah tenang dan datar, Ray memajukan wajahnya sampai di depan wajah rica yang mulai takut dan menegang.

Klak!

Suara kunci pintu di putar terdengar sepenjuru ruangan besar khusus bos itu. Kedua mata Rica melotot begitu menyadari kalau suara kunci di putar itu berasal dari pintu yang ada di belakangnya.

Was-was Rica membalikkan badannya untuk mengecek kalau pintunya tidak terkunci dari dalam. Namun nihil, ternyata pintunya sudah terkunci dan pelaku yang mengunci pintu adalah bos nya sendiri.

Prank!

Suara benda terjatuh namun dengan cara di lempar terdengar sepenjuru ruangan, wajah Rica melongo dengan mata yang terbuka lebar dan mulut yang sedikit menganga begitu tau apa yang di lempar oleh pria di hadapannya itu—kunci pintu.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang