dua lima

2.2K 81 5
                                    

Vote nya bund:'

↓↓↓



Sepulangnya Ray, Rica langsung membantingkan tubuhnya ke ranjang dengan posisi tengkurap. Kedua tangannya menutup wajah saat merasakan panas pada pipinya.

Jantungnya seketika berdebar tidak karuan saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, kepalanya ia tindihi dengan bantal.

"Sial! Ada apa denganku?? Kenapa pipi ku terasa panas?? Dan jantungku berdebar??" batinnya terus bertanya.

Tidak lama Rica dalam posisi seperti itu, menetralisir detakan dan juga gejolak aneh dalam dirinya. Baru setelah itu memutuskan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka, memakai skincare malam baru setelah itu tidur.

Pipinya kembali terasa panas saat merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang, ingatan tentang kejadian di ruang tengah tadi muncul seketika di pikirannya.

Mungkin sekarang kedua pipinya sudah merah seperti kepiting rebus, menahan malu.

"Argghh!! Ada apa denganku?!!" geramnya.



...




Setelah melewati malam panjang akibat memikirkan kejadian itu semalaman, pada akhirnya Rica pun datang ke kantor dengan sedikit telat.

Berjalan terburu-buru memasuki lift kantor dengan tangan yang terus merapihkan pakaian.

Saat sudah di dalam lift, Rica bertemu dengan Van yang sedang memainkan ponselnya.

Merasa ada yang masuk, Van mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.

Senyumnya terukir saat melihat Rica berdiri di sampingnya, sedang merapihkan pakaian kantornya.

"Hai, morning." sapa Van, membuat Rica mendongak untuk menatapnya.

"Oh—hai, morning too Van." balas Rica tersenyum padanya.

"Kau terlihat sedang terburu-buru, ada apa??" tanya Van, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Ah–aku kesiangan, hehehe." Rica memamerkan cengirannya.

"Oh ya??" Van mengintip jam tangannya, sebelum kekehan kecil terdengar darinya."Benar, kau telat sepuluh menit. Tumben sekali?"

Rica menghela nafas."Semalam aku sulit tidur."

"Kenapa? Ada masalah?"

"Tidak kok."

"Lalu?"

"Emm–tidak ada, mungkin hanya kepikiran soal kantor." dustanya.

Van mengangguk-nganggukkan kepalanya paham."Ohh... Kalau gitu aku duluan, bye."

Bertepatan dengan itu pintu lift terbuka Setelah berpamitan dengan Rica, Van berjalan keluar meninggalkan Rica seorang diri di dalam lift.

Pintu lift kembali tertutup, naik menuju lantai terakhir gedung kantor ini.

Rica berjalan keluar dari dalam lift begitu pintunya terbuka, langkahnya kembali tergesa-gesa melewati lorong lantai terakhir yang ada di perusahaan GRW Crop.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang