lima belas

3.2K 95 1
                                    

Mobil Ray terparkir di basement apartment nya, sedangkan si pemilik tetap diam di dalam mobil. Malam ini Ray memilih untuk pulang ke apartment nya di banding pulang ke rumah nya.

"Sial! Apa yang kau pikirkan, Ray?!" Gerutunya ke diri sendiri.


Dugh!


Dugh!

Ray membanting-bantingkan kepalanya di stir mobil seperti orang bodoh. Perasaan nya kacau dan otak waras nya entah pergi kemana.

Selama tiga menit pria itu diam di dalam mobil sebelum akhirnya keluar dan berjalan menuju apartemen nya.

Apartment berada di lantai dua puluh sembilan, dimana lantai teratas sebelum lantai tiga puluh. Gedung apartment yang Ray tempati memiliki tiga puluh dua lantai, terhitung dengan basement dan rooftop.

Tut, tut, tut, tut, Ting!

Suara dentingan password di masukan terdengar sepenjuru lorong apartment yang sepi dan hanya ada lima rumah saja.

Ray masuk kedalam rumah dan langsung pergi ke kamarnya yang berada di ujung ruangan. Apartment nya cukup luas dan hanya memiliki dua kamar saja dengan masing-masing kamar mandi di dalamanya.

Walaupun sebelum pergi ke pesta dirinya sudah mandi, namun kini badannya kembali terasa panas yang mengharuskan dirinya untuk kembali mandi-di malam hari.

Perlahan Ray membuka pakaiannya dan celananya sampai tidak ada satu pun pakaian yang melekat dalam tubuhnya.

Ray menyalakan shower sampai airnya membasahi kepala dan tubuhnya dalam sekali siraman. Mata nya memejam menikmati dinginnya air di malam hari, seketika pikirannya membayangkan tubuh Rica yang berada di bawah nya tanpa busana sama sekali. Wajah seksi dan erangan kenikmatan yang bersumber dari wanita itu membuat pria di atas nya terus menekan miliknya—

"Hahhhh!" Ray membuka matanya lebar-lebar dan mulut nya ikut terbuka, tangannya mengusap wajahnya dengan sekali usapan.

"Apa yang kau pikirkan, sialan?!" Hardik nya ke diri sendiri.

Ingatannya berputar kembali di mana dirinya mendorong tubuh Rica di pintu mobil dan di mana tatapan mata wanita itu dan juga bibir tipis nya yang terlapisi lipstik merah tipis.

"Sial!"umpatnya kembali mengusap wajah frustasi.

Tubuhnya menegang begitu kembali membayangkan tubuh seksi Rica. Rasa sesak seketika menyerangnya, hasrat dan gairah nya muncul seketika. Ternyata miliknya yang berada di bawah telah menegang dan mengeras, Ray menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Tidak mungkin miliknya menegang hanya karena memikirkan tubuh polos Rica. Pasti dirinya sudah tidak waras!

Karena hasrat nya sudah di puncak dan keadaannya sangat tidak memungkinkan dirinya untuk memanggil wanita malam yang biasa menjadi partnernya. Ray tidak ada pilihan lain selain memuaskan dirinya sendiri dengan sabun, sekalin mandi juga.

Tangannya yang sudah di baluri sabun cair perlahan memegang miliknya yang sudah menegang dan mengeras. Pelan-pelan Ray mengocok miliknya dengan tempo lambat sampai cepat. Tangannya yang bebas bertumpu ke penghalang kaca yang tepat di depannya.

Fuck! Aku tidak pernah melakukan ini!—batinnya.

Pergerakan tangannya semakin cepat dan cepat sampai dirinya ingin segera keluar. Desahan nikmat keluar dari mulut nya, matanya terpejam rapat dengan kerutan di dahi mulus nya.

"D-damn you, Rica! Shh–ahhh." umpatannya di sambung dengan desahan nikmat penutup permainan yang dia lakukan sendiri.

Cepat-cepat Ray membersihkan dirinya yang mulai kedinginan akibat memakai air biasa, bukannya air hangat.







⚠⚠⚠






Setelah makan siang tadi, Rica memilih pergi dahulu ke dapur yang ada di lantai lima belas ruangan nya.

"Bikin kopi kayanya enak." gumam Rica.

Tangannya mengambil satu gelas dan satu buah bungkus kecil kopi dengan takaran gula rendah. Dengan lihai Rica membuat kopinya sendiri sampai harum khas dari kopi hitam tercium oleh indra penciumannya.

"Sedang apa?"

"Astaga!" Rica tersentak kaget sampai membuat gelas berisi kopi panas yang ada di genggamannya hampir terjatuh.

"Pak, bisa tidak jangan mengagetkan saya?" geram Rica begitu membalikkan badan dan berhadapan langsung dengan Bos nya.

Ray mengangkat bahunya tidak peduli, dengan tangannya yang sibuk menggulung lengan kemeja sampai siku."Buatkan aku kopi, gulanya jangan banyak-banyak." pintanya.

Rica melongo tidak percaya. Sebelum akhirnya bersikap acuh."Bapak bisa buat sendiri."

Wanita itu berjalan hendak kembali ke meja nya, tapi langkahnya tertahan oleh cekalan tangan Ray yang menahannya.

Rica membalikkan badannya, wajahnya berubah menjadi datar."Ada apa, pak?"

"Ck! Berhenti memanggilku seperti orang tua!" protesnya.

Rica memutar bola matanya, tangannya melepas cekalan tangan Ray di pergelangan tangannya."I don't care." ucap Rica.

"Cih!" decih Ray.

Tanpa memperdulikannya lagi Rica berjalan hendak pergi dari sana. Tapi tangannya di tarik paksa oleh Ray sampai membuat tubuh belakang Rica bertabrakkan dengan tembok.

Ray mengambil alih gelas berisi kopi yang di genggam Rica dan menyimpannya di meja yang ada di sebelah mereka.

"Apa yang anda lakukan?!" hardik Rica dengan mata yang menajam.

Pria itu tidak memperdulikan hardikkan wanita di hadapannya. Ray melangkah maju menghempit tubuh Rica, tangan kanannya ia taruh tepat di samping kepala Rica dan tangan kirinya bertumpu di pundak wanita di hadapannya yang secara langsung membuat Rica terkurung dan tidak bisa pergi kemana pun.

Tubuh Ray semakin menghempit sampai tubuh bagian bawahnya menyentuh tubuh Rica.

"Apa yang kau lakukan, Ray?!" Hardiknya kembali begitu merasakan benda keras yang menggesek tepat di bawah sana.

Ray tersenyum tipis, tangannya yang berada di pundak Rica berpindah ke sebelah kepala Rica. Kepalanya sedikit menunduk karena tubuh Rica lebih pendek darinya.

"Kau merasakannya, hm?" Bisik Ray tepat di sebelah telinga Rica.

"Ray, what are you doing?!" kata Rica dengan kedua tangannya yang menahan dada Ray agar tidak semakin menempel dengan tubuhnya.

Ray semakin menggesekkan miliknya tepat di milik Rica yang terbalut oleh rok span selututnya.

"Aku tersiksa karena ini, karena tubuh mu mengganggu pikiran ku." bisik nya lagi.

Kepalanya terangkat untuk menatap wajah Rica. Tangan kanannya memegang dagu Rica agar mendongak menatapnya. Dan tanpa ijin Ray mencium bibir tipis milik Rica yang sudah menggodanya.















-tbc.

Suttt!! Sorry dikit:v
Masih setandar belum maksimal. Anjay
Anggap pemanasan untuk selanjutnya:v

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang