tiga sembilan

1.8K 73 5
                                    

halloooo long time no see in my story satu ini ( ̄︶ ̄)
masih pada setia nunggu cerita abal abal ini?? Atau udh males karena aku ngilang??
huhu sori ya gk sempet update cerita ini T_T

klo msih setia nunggu coba komen hadir dong di sini →→

klo rame lgi aku bakal lnjutin cerita ini , tpi klo sepi .... maybe tetep next juga :)

happy reading kawan ♡

⇩⇩⇩

Satu jam lalu Ray sudah sadarkan diri dari efek obat, dan sepuluh menit yang lalu Wendy— ibu Ray memutuskan untuk pulang karena urusan pekerjaan. Dan Wendy menitipkan Ray kepadanya, yang mau tidak mau Rica menuruti perkataan dari ibu bos nya itu.

Dan kini mereka berdua sedang sibuk dalam pikirannya masing-masing tanpa berniat membuka pembicaraan.

Rica yang duduk di sofa hanya memandang lurus, entah apa yang sedang wanita itu pikirkan. Sedangkan Ray, pria yang belum lama tersadar dari tidurnya sedang memandang lekat wajah mempesona milik Rica. Tidak ada bosan-bosannya Ray memandang wajah Rica, entah di kantor ataupun seperti sekarang ini.

Sampai suara deringan ponsel milik Rica memecahkan keheningan di dalam ruangan pasien tersebut.

Sang pemilik ponsel sedikit tersentak begitu deringan panjang di iringi nada dering musik kesukaannya, yaitu 'lowkey' milik Niki terdengar di tengah keheningan.

Tangannya langsung saja mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut sambil melirik canggung pada Ray, yang tidak mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ekhm! H–halo?" sapa Rica, begitu panggilan telah tersambung.

"Rica? Kau tidak ke rumah sakit?? Mamah merindukkan mu." sahut seseorang dari sebrang sana dengan suara sedikit merajuk.

Rica tertawa kecil begitu tau siapa orang yang sedang menelpon dengannya.

"Sorry, mom aku lupa. Nanti sepulang bekerja aku akan ke rumah sakit, kau mau menitip sesuatu??"

"Tidak ada, mamah cuma menitip kamu datang dengan keadaan baik-baik saja, okey??"

Rica lagi-lagi tertawa kecil, ibu nya memang sedikit possessive dan kuno. "Iya, mamah... Rica pasti datang dengan keadaan lengkap."

"Great, mamah tidak mau kau kenapa-napa di jalan."

"Tidak usah khawatir, hm? Mamah harus fokus sama pengobatan yang sedang mamah jalani, jangan memikirkan aku. Aku pasti baik-baik saja."

"Iya, sayang. Yasudah mamah tutup dulu, pasti mamah mengganggu pekerjaan mu."

Rica tersenyum tipis begitu matanya bertemu dengan mata tajam Ray, lalu kembali menyahuti ibunya di sebrang sana.

"Hmm, bye ma..."

"Bye, honey..."

Tut.

Sambungan pun di matikan. Rica menghela nafas, menyimpan ponselnya di atas meja depan sofa yang tersedia di dalam ruangan itu. Karena kebetulan ruangan Ray VIP.

"Ibu mu?" tanya Ray tiba-tiba, masih dengan suara kecil namun tidak terdengar lirih.

Rica menoleh ke arah ranjang rumah sakit, dan mengangguk. "Iya. Em.. Ada yang mau ku bantu??"

Ray menjawabnya dengan gelengan kepala, dagunya mengedik seperti memberi isyarat pada Rica untuk mendekatinya.

Rica yang paham pun menghampiri ranjang rumah sakit yang di tempati Ray, berdiri di sebelahnya dengan tatapan bertanya.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang