tiga delapan

1.5K 55 4
                                    

Baru saja selesai makan siang dan belum sempat mendudukkan bokongnya di atas kursi kerja, Rica sudah di minta untuk menemui Ailee di kantin kantornya sekarang.

Tanpa membuang waktunya yang sangat padat ini, Rica langsung meluncur menuju kantin kantor.

Saat keluar dari lift lantai satu, Rica tidak sengaja bertatap muka dengan Marry, yang menatapnya dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Em.. Bukankah setiap bertemu, wanita itu selalu memberinya tatapan kebencian?

Tidak ingin memperdulikannya, Rica melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti setelah memberi senyuman ramah pada Marry. Jangan lupakan, Rica tetap ramah dan sopan pada semua orang.

Begitu sampai di kantin kantor yang tidak terlalu ramai, Rica dengan mudah bisa menemukan sahabatnya itu, sedang duduk di ujung kantin dengan kepala menunduk.

Langsung saja Rica menghampirinya, mengambil tempat duduk di hadapan Ailee dengan meja sebagai perantara.

"Hey." panggil Rica, membuat Ailee tersadar dan mengangkat kepala.

"Eh? Sudah sampai ternyata." Ailee memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Ada apa?? Tumben sekali kau minta ketemu di sini??" tanya Rica, membuka pembicaraan.

"Oh iya, aku sampai lupa tujuanku." Ailee mengambil sesuatu dari dalam tas nya, dan di sodorkan pada Rica. "Undangan pernikahan ku."

Kening Rica mengerut, menatap secarik surat cantik dengan tali coklat aesthetic yang mengikatnya.

"Surat undangan pernikahanmu?? Kau mau menikah?! Dengan siapa?!" seru Rica dengan heboh, bola matanya membulat sempurna.

"Siapa lagi??" Ailee mengangkat bahunya, tersenyum lebar yang semakin membuat Rica membolakan matanya.

"Lucas?! Oh my god!! Akhirnya!!" seru Rica lebih heboh setelah membuka surat undangan itu. "Wow! Aku benar-benar tidak menyangka kau akan menikah secepat ini. Kapan acaranya di mulai??"

"Besok lusa."

"What?! Besok lusa?! Hey! Kenapa kau baru memberi tahu ku sekarang?! Apa aku saja yang di beritahu terakhir?! Jahat!" rajuk Rica, melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibirnya yang mengerucut.

Ailee terkekeh kecil, dan mengangguk. "Hm, hanya kau saja. Actually, semalam aku ingin memberikan surat ini ke rumah mu. Tapi tidak ku lakukan."

"Kenapa??"

"Karena ada mobil Ray di sana, yang sudah pasti dia sedang ada di rumah mu." ucap Ailee, menatap menggoda pada Rica. "Dan aku takut menganggu kalian."

Rica salah tingkah. "A–apa?? Kami tidak melakukan apa-apa, kenapa merasa seperti itu??"

Ailee memicingkan matanya, menggoda Rica yang semakin membuat sahabatnya itu salah tingkah.

"Heyy.. Kita bukan anak kecil lagi, dan kalian berdua sama-sama orang dewasa. Tidak mungkin tidak ada yang terjadi di dalam rumah dengan keadaan hanya berdua saja." ujarnya, berkedip jail pada Rica di hadapannya.

"A–apaan sih! K–kita tidak melakukan apapun!" bohong Rica, memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Jangan munafik Rica, aku mengetahuinya." mendengarnya itu, Rica langsung kembali menatap Ailee di hadapannya.

"Y–ya ya! Yasudah, kau membuatku malu." gumam Rica dengan suara kecil, yang masih terdengar oleh Ailee.

"Setelah aku menikah, akan ku tunggu surat undangan pernikahan kalian berdua." Ailee kembali menggodanya, mengedipkan sebelah matanya.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang