dua tiga

2.1K 73 0
                                    

Rica membereskan barang-barangnya di atas meja dan merapihkannya. Sekarang sudah jam makan siang, dan Rica bersiap untuk makan siang bersama teman-teman kantornya.

Begitu selesai merapihkan semuanya dan mengambil dompet dan juga ponselnya, Rica bersiap berjalan meninggalkan meja kerjanya.

Tepat saat kakinya hendak melangkah, saat itu juga Ray keluar dari ruangan dan menghentikan Rica.

"Mau kemana?"

Rica menengok ke arah Ray."Makan siang."

Ray melangkah maju menghampirinya."Makan siang bareng saya."

Langsung saja Rica menggeleng menolak."Tidak, terimakasih."

"Saya tidak butuh penolakan. Karena setelah makan siang kita ada pertemuan dengan klien." ucap Ray.

"Ya bapak bisa panggil saya, lagian pertemuannya selesai makan siang, kan?" ujar Rica. Terdengar tidak sopan memang, tapi memang keinginan Rica agar tidak berbicara lebih sopan jika sedang berdua saja.

Bukan apa-apa, ia hanya takut kalau Ray akan memanfaatkannya. Maka dari itu Rica memutuskan agar bersikap cuek dan lebih bodo amat, jika tidak berhubungan dengan pekerjaan.

"Saya tidak ingin cape dua kali buat manggil kamu, maka dari itu saya mengajak kamu untuk makan siang bareng saya. Biar setelahnya kita langsung membicarakan soal pekerjaan bersama klien." ucap Ray memperjelas, tapi lebih tidak ingin di bantah.

Rica diam beberapa saat, matanya menelisik kebohongan yang ada di dalam sorot mata Ray.

Ia harus berjaga-jaga, karena tidak ada yang tau kalau mengajaknya bertemu klien hanya iming-iming saja agar Rica mau di bawa pergi oleh Ray.

Oke, mungkin terlalu berlebihan kalau pria itu mau menculik Rica.

Tapi kita harus tetap berhati-hati pada seseorang yang tidak cukup dekat dengan diri kita.

Dan Ray termasuk orang yang tidak dekat dengan Rica, setelah lulus sekolah menengah.

"Baiklah." final nya.

Ray mengangguk, lalu berjalan mendahului nya. Yang membuat Rica mendengus kesal karena di tinggal begitu saja.

Mereka berjalan melewati beberapa karyawan yang sesekali menyapa mereka atau hanya setengah membungkuk sebagai hormat.

Untung saja Rica berjalan di belakangnya, jadi tidak begitu menimbulkan gosip seperti waktu itu.

Mereka berjalan melewati lobby hingga pintu utama kantor, kening Rica mengerut heran. Dirinya merasa bingung dengan tujuan yang akan menjadi tempat makan siang mereka dan juga bertemu klien.

Karena biasanya jika ada pertemuan, pasti Ray atau dari pihak klien nya akan memilih restoran berbintang atau terkenal yang cukup jauh dari kantornya.

Tapi kali ini sepertinya berbeda, karena Ray tetap mengajak Rica berjalan menelusuri trotoar jalan di siang bolong tanpa menunjukkan kalau mereka akan memakai kendaraan.

Begitu sampai di depan zebra cross yang sudah di penuhi banyak orang yang akan menyebrang, Rica pun mengambil kesempatan untuk bertanya pada sang bos.

"Em-pak," Ray yang merasa di panggil pun menengok ke arah Rica yang sudah berdiri di sebelahnya."Kita mau kemana?"

Ray mengangkat sebelah alisnya, menatap Rica tanpa ekspresi sama seperti biasanya."Restoran dekat kantor, saya tidak ingin berpergian jauh-jauh."

Mendengar jawaban dari Ray yang cukup jelas, Rica pun mengangguk paham dan kembali menatap jalanan di hadapannya yang cukup ramai oleh kendaraan beroda empat. Tanpa berniat bertanya lebih.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang