tiga tujuh

1.4K 51 4
                                    

cuman mau kasih saran, bacanya pelan-pelan ya, di nikmatin biar kerasa wk

↓↓↓





Sebuah mobil hitam mengkilat melaju di tengah ramainya kota New York, membelah jalanan kota yang tidak pernah tidur itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Emosinya seketika memuncak mengingat kejadian beberapa menit lalu sebelum dirinya memilih pergi dari sana.

Mata tajamnya menatap lekat jalanan yang dia lewati tanpa melirik ke arah lain. Tiga kancing kemeja nya telah lepas, menampilkan dada bidangnya yang sedikit memerah. Kerutan dalam keningnya terlihat jelas, kalau pria itu sedang menahan emosi. Dan kini tujuan utamanya hanya rumah, Rica.

Pria itu harus meluruskan semuanya, meminta maaf dan menjadikan wanita itu menjadi milik satu-satunya malam ini.

Mobil hitam itu berhenti tepat di depan rumah minimalis, setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih sepuluh menit. Pria itu keluar dari dalam mobil, berjalan dengan langkah cepat menuju pintu rumah di hadapannya.

Ding dong!

Jarinya menekan tombol bel rumah, mengeluarkan suara nyaring di heningnya perkomplekan rumah di malam hari.

Selama beberapa menit akhirnya pintu di buka dari dalam, menampilkan wajah seseorang dengan pakaian dress tidurnya.

"Maaf, men— R–ray?!" kaget wanita itu setelah melihat siapa yang bertamu. Masih dengan keterkejutannya, Rica kembali bersuara. "Apa yang kau lakukan kemari?!"

Pria itu, Ray— tidak langsung menjawab. Matanya fokus pada manik mata cantik Rica, yang entah mengapa jika sudah malam pasti akan terlihat lebih cantik dan berwarna. Tidak terbayang jika tatapan wanita itu akan berubah menjadi gairah jika sudah di ranjang.

"Lebih baik kau pulang, tidak baik jika ada yang melihatmu di rumah wanita yang tinggal sendiri." Rica hendak menutup pintunya kembali, tapi tepian pintu kayu itu lebih dulu di tahan kuat oleh Ray.

Mata mereka bertemu, tanpa mengucapkan apapun Ray mendorong pelan pintu itu dan masuk ke dalam sana. Pintunya langsung di tutup olehnya, lalu di kunci dari dalam tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Rica.

Rica membolakan matanya begitu Ray menarik pinggang rampingnya, dan merubah posisi menjadi bersandar pada pintu dengan Ray di hadapan, mengurungnya.

Satu tangan Ray memeluk pinggang Rica, dan satu lainnya bertumpu pada pintu yang berada di belakang Rica.

Jantung Rica seakan berhenti berdetak saat merasakan hembusan lembut menerpa wajahnya, aroma mint yang maskulin masuk ke dalam indra penciumannya.

Ray mendekatkan wajahnya sampai kening mereka saling bersentuhan. Rica benar-benar menahan nafas begitu tidak ada jarak di antara mereka. Argh! Apa yang Ray lakukan?! Dia bisa membuat Rica gila jika di posisi seperti ini!

"Sorry, i'm so sorry for today. Aku salah telah menuduhmu yang tidak-tidak, aku mohon maafkan aku. Aku tidak tahan jika kau mendiamkan ku." Ray berbicara dengan posisi sedekat itu, dengan suara rendah tidak ada jarak di antara mereka.

Bahkan bibir Ray hampir menyentuh bibir Rica saat berbicara, bau mulutnya saja menyeruak masuk ke dalam hidung Rica, aroma mint yang memabukkan.

Tanpa mengucapkan apapun lagi Ray menyatukan bibirnya dengan bibir Rica, berhasil membuat wanita itu terkejut bukan main. Kedua tangan Rica memukul dada Ray, meminta Ray untuk melepas ciumannya. Namun, Ray tidak menghiraukannya. Tangannya yang bertumpu pada tembok pindah ke tengkuk Rica, menekannya untuk semakin memperdalam ciuman mereka.

what's wrong with Mr. Walker ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang