[19] Nana

89 13 0
                                    

🎹 🎹 🎹 🎹 🎹

Kini aku sudah ada di dalam kamar ku. Setelah setengah hari menjaga Jaemin di apartement bang Yuta, dan walaupun juga sempat berdebat dengan Jaemin.

"KARENA GUE KHAWATIR SAMA LU JAEMIN!"

Kata-kata itu terus melintas di kepalaku. Kenapa mulut ku sangat sulit ditahan sih? Pasti Jaemin jadi kepedean sekarang.

Tapi sepertinya tidak, karena tadi dia malah menjawab, "Lu harus khawatirin diri lu sendiri, sebelum khawatir sama oranglain"

Dan setelah itu aku bungkam. Tidak menjawabnya lagi. Dia itu tidak punya perasaan atau gimana sih?

Saat sedang berperang dengan pikiranku dan juga emosiku terhadap laki-laki itu, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar. Aku langsung berjalan kearah pintu dan membukanya.

Mama.

Mama tersenyum, "Ada temen kamu dibawah, lagi diinterogasi sama papa kamu tuh" Ucapnya sambil melihat ke lantai bawah, "Diinterogasi sama kak Jaehyun juga"

Sontak aku mengerutkan dahiku heran, "Siapa ma?"

"Jaemin"

Gila. Ngapain dia datang kerumahku? Untung saja masih pukul 8 malam. Tapi kan jadi diinterogasi sama papa dulu.

Aku langsung turun ke lantai bawah meninggalkan mama yang masih berdiri didepan kamar ku. Semua langsung menatap kehadiranku.

"Jaemin?"

Papa langsung berdiri kemudian mengusap kepalaku lembut, "Papa tinggal dulu ya"

Aku mengangguk kemudian kak Jaehyun juga ikut berjalan dibelakang mama. Dia sempat menatapku dengan tatapan-- aku tidak bisa menyimpulkannya.

Tanpa ada niat untuk duduk, aku hanya menatap laki-laki itu. "Udah malam, kenapa kesini? Luka lu juga belum sembuh tuh. Udah dipakein salep kan?"

Jaemin langsung berdiri dan menghampiriku, "Mau keluar ga? Ngobrol di taman"

Dengan cepat aku menggeleng. Kenapa selama berteman dengan Jaemin --dan, entahlah aku menaruh perasaan padanya atau tidak-- aku jadi lebih mudah marah. Aku hanya tidak suka Jaemin kenapa-napa, itu lebih tepatnya. Apa lagi jika mengingat wajah kak Jaehyun yang babak belur sehabis ikut balap motor. Bukan hanya kak Jaehyun, beberapa anggota geng motornya juga pernah.

"Gue mau ngerjain tugas Jaem, lu tau kan tadi gue ga sekolah dah harus jagain lu?"

"Gue ga minta lu jagain gue, Jira" Aku tertegun ketika mendengar jawabannya. Benar-benar tidak habis pikir.

"Tapi gue sangat berterimakasih" Lanjut Jaemin.

Aku tersenyum tipis, "Sama-sama. Tapi gue minta sekarang lu pulang ya?"

"Kenapa? Masih marah karena omongan gue?"

Karena lelah berdebat sambil berdiri, aku pun duduk diatas sofa. Bersamaan dengan itu, Jaemin juga ikut duduk di hadapan ku.

"Gue baru tau kalau lu emang ga suka orang yang ngebentak lu, dan gue ga tau juga kalau omongan gue tadi itu termasuk ngebentak lu"

"No, lu ga ngebentak gue. Gue cuma ngerasa tersindir dengan ucapan lu Jaem" Jawab ku cepat, "Kenapa lu ga bisa lihat situasi sih Jaem? Lu ga seneng ada yang khawatir sama lu? Iya? Dan apa perilaku gue ke lu itu bikin lu ga nyaman? Bilang aja Jaem, dengan baik-baik"

Jaemin menghela nafasnya perlahan kemudian menatap kedua manik mata ku dengan dalam. "Gue cuma ga mau salah tangkap atas apa yang lu lakuin ke gue"

Melody || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang