[21] Not Strong

78 12 3
                                    

Akhirnya aku memutuskan untuk update lagi ehehe

Ditunggu vote dan komen dari kalian ya guys ^^

🎹 🎹 🎹 🎹 🎹

Tugas sekolah yang sangat menumpuk membuat Jeno dibuat sangat pusing. Apa lagi beberapa hari ini ia tidak mengikuti jam pelajaran karena harus ikut latihan untuk tanding basket yang akan dilaksanakan dua hari lagi.

Ia menuruni tangga untuk mencari Sang mama, namun langkahnya terhenti karena melihat pintu ruang kerja Sang papa yang sedikit terbuka. Biasanya pintu itu sangat tertutup rapat, Donghae- Sang papa sangat tidak suka jika ada yang mengganggunya saat sedang bekerja.

"Siwon itu keras kepala, dia ga akan dengerin apa kata oranglain dan tetap pada pendiriannya. Tapi aku jadi kasihan sama Jaemin, anak itu baik dan punya cita-cita sendiri tapi Siwon tetap maksa supaya Jaemin ikuti apa kemauannya"

Suara Sang papa dari dalam ruang kerja membuat Jeno mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Ia dapat melihat sedikit dari luar jika ada Sang mama juga didalam ruang kerja tersebut.

"Jeno pernah bilang, Jaemin itu pengen jadi pianist, tapi papanya ga ngebolehin itu. Soalnya dulu mendiang kakeknya Jaemin juga seorang pianist, tapi karena makin kesini anak-anak jaman sekarang ga begitu suka alat musik jadinya mendiang kakeknya pensiun. Ga ada panggilan untuk manggung main piano lagi." Jelas Jessica.

"Iya, Siwon pernah cerita gitu ke aku. Dia mau Jaemin jadi penerus dia di perusahaannya"

"Dan itu salah satu alasan dia bawa Jaemin pergi dan ga mau ngurusin Lami anak perempuannya kan?" Tanya Jessica yang sudah menahan emosinya.

"Tapi setahuku, Siwon masih transfer uang untuk kebutuhan hidup Yoona dan Lami. Mereka kan belum cerai, emang Siwon nya aja egois, ga mau cerai dan cuma ngurusin perusahaannya"

Ruang kerja Sang papa sempat hening seketika. Jeno memijat pelipisnya karena merasa pusing mendengar percakapan kedua orangtuanya.

Karena setelah menunggu beberapa menit dan tidak ada suara lagi, Jeno pun memilih untuk kembali kedalam kamarnya. Dengan pikirannya yang terus dipenuhi oleh penjelasan dari Sang papa dan Sang mama. Ia jadi merasa sangat kasihan pada Jaemin.

Dan Jeno merasa bodoh karena sebagai sepupu sekaligus sahabat, ia baru mengetahui alasan mengapa papanya Jaemin itu melarang anaknya untuk menjadi pianist. Sikap Jaemin yang sangat tertutup membuat Jeno tidak tahu apa-apa.

~~~~~

"Jaemin" Panggil Renjun kepada sahabatnya yang sedang menggulung kabel mikrofon. Jaemin menoleh kearah Renjun sembari mengangkat alisnya bertanya.

"Kenapa?"

Renjun sangat ragu untuk mengatakannya, namun ia juga tidak bisa berbohong. Dan Jaemin perlu tahu kalimat apa yang akan keluar dari mulut Renjun.

"Sebelumnya gue mau minta maaf" Ucapan Renjun menggantung sebentar, membuat Jaemin mengerutkan dahinya heran. "Keyboard ini kan bukan punya gue, tapi punya kakak ipar gue. Dan dia butuh keyboard ini karena ya harus dipakai"

Jaemin sudah paham maksud dari laki-laki dihadapannya itu, tapi ia masih menunggu Renjun menjelaskan semuanya.

"Jadi, malam ini terakhir kita cari uang disini ya Jaem? Lu pasti paham kan? Dan gue bener-bener minta maaf karena ga bisa bantu lu lagi." Lanjut Renjun merasa sangat bersalah.

Sebuah tangan terulur dibahu lebar Renjun, kemudian tangannya menepuk-nepuk bahu laki-laki itu. "Ooo oke gue paham. Gapapa kok, gue makasih banget karena lu udah mau bantuin gue dan bahkan nemenin gue cari uang sampai saat ini juga"

Jaemin melanjutkan kegiatannya yang sedang menggulung kabel, "Makasih ya Renjun."

"Tapi lu nanti ngapain kalau bukan tampil disini lagi? Kursus piano lu gimana? Bayarnya gimana?"

"Gampang itu mah"

"Jangan sampai lu ikut taruhan balap motor ya Jaem, bahaya." Ujar Renjun dan mendapat anggukan dari Jaemin.

Setelah selesai merapihkan semuanya, kedua laki-laki itu mulai menaiki motor Jaemin. Saatnya untuk pulang.

Jaemin harus mengantarkan sahabatnya dulu sampai kerumahnya. Baru lah ia pulang kerumah milik Siwon. Namun Jaemin mengurungkan niat untuk pulang kerumah yang baginya tidak ada kehidupan didalam sana, ia lebih memilih untuk melajukan motornya menuju Sungai Han.

Sesampainya ditempat itu, Jaemin menghela nafasnya lega. Karena keadaan tempatnya saat ini tidak begitu ramai, jadi ia bisa menenangkan pikirannya sejenak.

Langkah Jaemin berjalan menyusuri jalan dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya. Kemudian langkahnya terhenti setelah mendapatkan tempat yang pas untuk benar-benar menenangkan pikirannya. Jaemin menatap kearah air yang ada dihadapannya.

Tanpa disadari, kedua mata Jaemin mengeluarkan beberapa bulir air bening. Jaemin benci itu. Tapi itulah kenyataannya, seolah dunia menentang kata 'Kuat' dalam diri Jaemin.

Ia sangat merindukan sosok mamanya, dan juga Sang adik yang bahkan Jaemin sama sekali tidak ingat wajahnya.

Pikirannya sangat kacau sekarang. Ia rindu Sang mama, sangat ingin jumpa dengan adiknya, dan memikirkan bagaimana cara supaya ia bisa membayar kursus piano.

Jaemin mengusap wajahnya yang telah dibasahi oleh air mata. Kemudian ia menengokan kepalanya kesamping ketika mendengar suara perempuan menangis. Tubuhnya seketika membeku, ia takut jika itu bukan manusia. Dimalam hari, sepi, seorang perempuan menangis, tidak heran kan jika Jaemin berpikir itu hantu?

Namun Jaemin memberanikan dirinya menghampiri perempuan tersebut, "H-hei?"

Kepala perempuan tersebut mendongak sedikit untuk bisa menatap Jaemin. "Jira?"

🎹 🎹 🎹 🎹 🎹

Melody || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang