[55] To be Better

59 10 0
                                    

Ucapan Om Siwon tentu membuat Lami sangat sakit hati, secara tidak langsung beliau mengatakan kalau Lami bukan anaknya kan? Bahkan aku bisa lihat dari sorot mata Lami kalau dia menahan emosinya daritadi. Dengan berlarinya Lami keluar secara tiba-tiba, membuat aku tambah yakin betapa sakitnya hati Lami.

Saat aku sudah ada didepan gerbang rumah Om Siwon, aku mencari kemana Lami berlari. Cepat juga ternyata dia perginya. Satu-satunya yang terlintas di kepalaku adalah halte bus. Entah kenapa aku berpikiran kalau Lami ada disana. Lantas aku langsung berlari menuju halte bus, dan benar saja. Aku melihat gadis perempuan sedang duduk dikursi halte bus sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku berlari menghampiri Lami, duduk disebelahnya kemudian mengusap punggungnya dengan perlahan.

"Jangan lama-lama nangisnya, kakak ada disini." Ucap ku kemudian mengusap rambut halus Lami.

Selama hampir 3 menit Lami menangis, dia akhirnya membuka wajahnya. Mengusap kedua matanya perlahan dan menatap kearahku. Aku tersenyum tipis kemudian membuka kedua tanganku untuk memberikannya pelukan hangat. Lami langsung memelukku dengan sangat erat.

"Kak, aku mau pulang aja, aku ga mau ketemu lagi sama orang itu." Ucapnya ditengah-tengah tangisnya.

Aku merasakan betapa perihnya setiap kata yang keluar dari mulut Lami. Ini pertama kalinya setelah sekian lama dia tidak bertemu dengan Sang papa, namun justru malah menjadi moment yang sangat tidak diharapkan seperti sebelumnya.

"Udah dong nangisnya, nanti aku ikut sedih." Balasku kemudian melepaskan pelukan kami. Aku membenarkan helaian rambut Lami yang berantakan. "Mau ketempat yang bikin hati kamu sedikit lebih tenang ga? Aku tau dimana."

Lami menghirup udara perlahan, "Dimana kak?"

Aku tersenyum kemudian menunggu taksi yang lewat. Untung saja masih banyak kendaraan yang lewat saat ini. Kami berdua pun menuju ke tempat biasa dimana bisa membuat perasaanku lebih tenang saat sedang kacau. Aku harap tempat itu juga bisa membuat suasana hati Lami sedikit membaik.

Sesampainya ditempat tujuan, aku langsung menggandeng tangan Lami dan berjalan kepinggir sungai. Kami berdua kini berdiri dipinggir pagar pembatas. "Aku suka deh kalau kesini dimalam hari." Ucapku dan membuat Lami menoleh, ia mengangguk.

Keadaan hening, aku membiarkan Lami terdiam dulu. Ia sepertinya menikmati suasana di Sungai Han malam ini. Sorot lampu yang menyinari, suasana yang tidak begitu ramai karena hanya beberapa orang yang ada disini, kemudian angin malam yang begitu sejuk. Membuat siapapun yang sedang dalam keadaan kacau, menjadi sedikit lebih tenang jika ada disini.

"Papah marahin kak Jaemin ga ya?" Gumam Lami dengan pandangan lurus kedepan.

Aku tersenyum tipis, "Kamu tau ga? Waktu aku merasa sedih, aku kesini naik sepeda. Nangis ditempat kita berdiri sekarang." Ucapanku membuat Lami langsung menoleh kearahku, "Waktu itu udah malem banget, tapi aku pengen kesini. Aku pikir, ga akan ada yang bisa dijadiin sandaran waktu itu. Tapi ternyata, Jaemin juga lagi ada disini."

"Kak Jaemin?"

Aku mengangguk, "Disaat aku sedih, Jaemin selalu ada disisi aku. Termasuk waktu itu, aku nangis dan dia yang nenangin aku. Dia yang minta aku untuk balik lagi ke rumah." Lanjutku.

Lami tersenyum menanggapinya, "Kalian berdua manis banget ya." Gumamnya kemudian kembali memandangi sungai dihadapan kami, "Kakak beruntung punya kak Jaemin, dan kak Jaemin beruntung punya kak Jira."

"Aku yang beruntung punya Jaemin." Balasku.

Kemudian Lami tersenyum tipis. Kami berdua sama-sama terdiam lagi, sementara aku ingin duduk dikursi yang tidak jauh dari tempat kami berdua berdiri. "Aku duduk disana ya?"

Melody || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang