[25] Promise

64 10 0
                                    

Tadi nya chapter ini sampai 1900 lebih kata, tapi aku hapus sebagian dan ada di next chapter biar ga kepanjangan. Ehehe.

Jangan lupa vote dan komen

Happy Reading

🎹 🎹 🎹 🎹 🎹

"Gue suka sama lu dari dulu, dan gue sayang sama lu bukan sebagai sahabat gue."

Jaemin bilang apa?

Dia menyukaiku?

Tidak salah?

Aku ini hanyalah kentang, bahkan jika dibandingkan dengan mama Irene, wajah mama jauh lebih cantik dari aku.

Tapi kenapa Jaemin..??

"Ga usah bengong dong" Ekspresi Jaemin yang tadi sangat serius kini berubah menjadi kembali cerah. Raut wajahnya berubah lagi menjadi, manis.

"Maksud lu apa Jaem? Lu suka sama gue? Lu sayang sama gue bukan sebagai sahabat? Terus sebagai apa? Adik perempuan lu?"

Aku mengatakan itu karena tidak mau kepedean ya! Rasanya sangat tidak mungkin Jaemin menyukaiku. Dan soal perasaanku pada Hyunjin, itu sudah tidak ada samasekali. Aku tidak peduli lagi dengan orang itu. Dan aku hanya ingin peduli pada Jaemin.

Tapi untuk mengubah status kita menjadi pacaran, rasanya aku masih belum siap.

"Perkataan gue susah lu cerna ya?" Tanya Jaemin sambil menggaruk kepalanya. Pandangannya juga malah mengedar ke sekitar ruang tengah ini.

Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku sambil terkekeh. "Lu ngajak gue pacaran? Gitu maksudnya?"

Jaemin mengangguk kaku. Kemudian aku menghela napasku perlahan. "Gue mohon sama lu Jaem, jangan pernah tanyain lagi gimana perasaan gue ke Hyunjin. Gue udah ga ada perasaan apa-apa lagi ke dia. Dan, kalau gue cuma khawatir sama lu sebagai teman atau sahabat, kenapa juga gue sampai mau nemenin lu di apartemennya bang Yuta? Gue tulus. Gue khawatir sama lu, gue sayang sama lu, gue ga mau lu kenapa-napa."

Jika kalian bisa melihat bagaimana ekspresi Jaemin saat ini, dia malah tersenyum tipis. Aku jadi kasihan, sepertinya dia kecewa dengan jawabanku.

"Jadi, gue ga bertepuk sebelah tangan?"

Sontak aku langsung tertawa terbahak-bahak, membuat Jaemin menyipitkan matanya dan menatapku dengan heran. Habisnya, suasana sekitar jadi sangat tegang dan aku tidak suka itu ya! Lebih baik aku tertawa saja.

"Kok ketawa?"

"Muka lu serius banget Jaemin!" Jawabku kemudian terkekeh.

Jaemin mendengus kesal, "Orang lagi serius juga."

"Iya sorry.." Gumamku, "Tapi Jaem, lu mau jawaban apa dari gue? Iya atau engga?"

"Kenapa nanya gue? Itu hak lu untuk nerima ataupun nolak" Jawab Jaemin dengan cepat. Kedua matanya tidak henti menatapku dengan sangat lekat.

Aku memegang lengan Jaemin, membuat dia langsung menatap tanganku yang memegang lengannya. "Gue masih takut Jaem, lu tau kan maksudnya?"

Kemudian Jaemin menatapku lurus, tangan kanannya ia gerakan untuk mengusap kepalaku dengan lembut. Tak lupa senyuman manis diwajahnya.

"Gapapa kok, ga usah jawab sekarang" Ucap Jaemin kemudian menyelipkan beberapa helai rambutku kebelakang telinga, "Gue tau lu masih butuh waktu, dan gue akan tunggu jawaban lu, Jira."

Tangan kanan Jaemin kembali ke posisi semula. Aku mengangguk kemudian tersenyum lebar. "Makasih ya Jaem"

"Ga usah bilang makasih, harusnya gue yang bilang makasih ke lu. Karena banyak yang berubah dihidup gue setelah deket sama lu."

Aku menyipitkan mataku dan menatap Jaemin heran, "Berubah gimana?"

"Salah satu nya, kepala gue jadi sering pusing karena keseringan denger bacotan lu, telinga gue akhir-akhir ini jadi sakit karena sering denger lu teriak, mata gue jadi perih karena setiap hari liat lu mulu, terus-"

"Na Jaemin.." Jaemin langsung menghentikan ocehannya dan mengangkat sebelah alisnya.

"Itu bukan salah satu, itu banyak ya anjir lu!" Aku langsung memukuli lengannya dengan sangat kencang. Jaemin hanya tertawa sambil mencoba menghindari pukulanku.

Sepertinya itu tidak akan sakit bagi Jaemin, dia pasti sering dipukul lebih parah dengan lawan balap motornya yang menyimpan dendam.

"Jaemin"

Jaemin yang kini sudah berdiri pun menatapku bertanya, "Kenapa?"

"Bisa janji sama gue ga?" Tanyaku takut, "Ga, ini janji kita berdua.."

Jaemin merubah posisi berdirinya menjadi sedikit membungkuk agar bisa menatapku lurus, karena posisiku masih duduk diatas kursi. "Apa?"

"Jangan ikut balap motor lagi" Ucapku.

Sontak Jaemin menegakkan tubuhnya dan mencoba agar tidak bertatap dengan ku. "Ke bawah yuk? Gue laper nih"

Aku mengikuti Jaemin yang melangkahkan kakinya kearah tangga. "Na Jaemin"

Langkah Jaemin terhenti, kemudian ia membalikkan tubuhnya agar berhadapan denganku. "Ga bisa ya?"

Jaemin tersenyum tipis kemudian berjalan menghampiriku yang beberapa langkah ada dihadapannya. Tangannya bergerak untuk merangkul bahuku. "Kenapa ga bisa? Ya bisa lah!"

"Serius?"

Dia mengangguk kemudian menampakkan jari kelingkingnya, "Iya"

Aku langsung menautkan jari kelingking ku dengan Jaemin, "Janji."

🎹 🎹 🎹 🎹 🎹

Melody || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang