[13] He doesn't want to be friends?

92 16 1
                                    

Kasih aku vote dan komen dong 👉👈Chapter ini sampai 1626 kata loh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih aku vote dan komen dong 👉👈Chapter ini sampai 1626 kata loh!

Happy Reading

🎹 🎹 🎹 🎹 🎹

Dengan seragam sekolahnya, Jaemin sudah rapih. Kini ia juga sudah berada diruang makan bersama dengan Sang papa. Sangat jarang baginya untuk makan bersama papa nya itu, tentu karena Sang papa yang lebih memilih kerja sampai lembur di kantor.

"Gimana hari-hari kamu Jaem?" Tanya Siwon- ayah kandung Jaemin tentunya.

Jaemin mengunyah makanannya sampai habis baru menjawab pertanyaan Siwon, tapi pandangannya tetap fokus pada piring di hadapannya. "Biasa aja"

"Sebentar lagi kamu ulangtahun, mau apa dari papa?"

Laki-laki itu hanya tersenyum miring, tentu ia hanya menginginkan satu hal dihidupnya. Dan tentu pula itu tidak akan pernah bisa diwujudkan oleh Sang papa.

"Boleh apa aja?" Tanya Jaemin dan dibalas anggukan oleh Siwon.

"Asal jangan hal tentang piano. Sekeras apapun usaha kamu buat jadi pianist, papa ga akan izinkan kamu jadi pianist Jaem"

Jaemin mengangguk sambil tersenyum remeh, "Tanpa papa kasih tau aku juga udah tau kali"

"Terus kamu mau apa?"

"Aku cuma mau ketemu sama mama dan Lami" Jawab Jaemin cepat kemudian keduanya saling berpandangan.

Siwon menghela nafasnya kasar kemudian meneguk segelas air sampai habis. Tidak ada jawaban darinya, ia meraih jas nya yang ia gantungkan dikursi sebelahnya kemudian mulai berjalan meninggalkan Jaemin sendirian di ruang makan.

"Percuma nanya mau apa kalau ga akan diwujudkan mah" Gumam Jaemin sambil tersenyum miris.

Setelah menghabiskan makanannya, Jaemin langsung memakai ranselnya dan meraih kunci motor yang sebelumnya ia simpan diatas meja makan. Kemudian berpamitan dengan bi Mirae.

Sambil berjalan kearah motornya, ia menatap layar handphone nya yang menampilkan sebuah notifikasi pesan dari seseorang yang ia gendong kemarin.

Jira
Kak Jae berangkat naik mobil.
Gue sama kak Jae aja

Walaupun begitu, tentu Jaemin tetap melajukan motornya menuju kerumah Jira. Ia sudah berniat ingin mengisi hati gadis itu dengan namanya. Jaemin ingin Jira bisa mencintainya.

"Lu bakal mempersilahkan gue ngisi hati lu ga ra?"

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Gapapa sih"

"Gue masih takut buat nerima siapapun saat ini Jaem"

"Gue paham"

"Tapi kalau boleh jujur, gue nyaman sama sikap lu hari ini"

Melody || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang