Tak ada yang dapat merendahkanmu tanpa persetujuanmu.
____________
Suasana kelas tampak ramai hari ini. Mereka semua asyik mengobrol dan bercanda ria. Dosen yang mengajarnya belum juga datang dan tak ada kabar sama sekali. Sebenarnya mereka sangat menikmatinya, terkecuali Anita.
Dia benci suasana seperti ini, ini sangat menganggu ketenangannya dan konsentrasinya. Dia benci kebisingan, percekcokkan antara manusia. Itu terlalu buang-buang waktu menurutnya.
"Ini terlalu berisik." Tanpa pikir panjang Anita segera mengambil airpods'nya dan memakainya dengan volume max. Ini cukup membuatnya tenang, alunan yang tersalur lewat airpods'nya membuat sudut bibirnya tertarik.
Karena terlalu lama menunggu Dosen, beberapa siswa pergi ke kantin. Mereka suka saat-saat seperti ini. Jam kosong begini tentu sudah menjadi kesukaannya sejak masih sekolah.
Pak Tua sialan ini, mau membuat kita menunggu sampai kapan?
Anita terus bergerutu dalam hatinya.
Karena ia kesal, ia menghubungi Dosennya untuk mengetahui kendalanya. Namun, saat Anita menghubunginya, emosinya lebih meningkat lagi. Pasalnya Dosennya itu memang tidak akan hadir hari ini dan lupa memberi kabar kepada mahasiswa yang mengikuti mata kuliahnya.
Anita berdecih lalu beranjak dari kursinya. Ia mengambil spidol dan menulis di papan tulis tentang ketidakhadiran Dosennya tersebut, setelah itu ia pergi dari kelas. Karena, kebetulan hari ini hanya ada satu mata kuliah.
Anita memiliki sifat introvert, dia tidak pemalu hanya saja dia memang malas bergaul. Dia lebih cenderung dengan perasaannya sendiri dibandingkan harus berinteraksi dengan orang lain. Penampilannya juga cukup simple, hanya menggunakan jeans dan memakai jaket, jangan lupa Anita selalu menutup kepalanya dengan penutup jaket tersebut.
Sebaiknya aku cepat pulang.
Sebelum pulang ke rumahnya, ia berniat untuk membeli minuman terlebih dahulu. Kakinya terus melangkah melewati koridor kampus yang tampak sepi. Mungkin karena ini masih pagi. Setibanya di kantin ia segera memesan minuman favoritnya yaitu es boba brown sugar. Cukup lama ia menunggu dan minumannya kini sudah ada di tangannya.
Ia bergegas pergi dari tempat tersebut dan menuju ke gerbang depan lalu pulang dengan taksi. Namun belum sampai di gerbang, seseorang menabraknya dari belakang. Anita langsung terjatuh, serangannya terlalu tiba-tiba, minuman yang barusan ia beli pun sudah pasti jatuh dan tumpah.
"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja." Orang itu sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya berniat untuk membantu Anita.
Anita menepis tangannya. "Shit!" umpatnya. Ia segera bangkit dan menatap tajam orang tersebut.
"Sepertinya aku membuatmu marah." Laki-laki itu terlihat benar-benar merasa bersalah.
"Ganti minumanku dan kau harus membersihkan lantai ini!" Anita menunjuk tumpahan minumannya.
"Tapi, aku sedang ada kelas hari ini. Aku harus cepat-cepat."
"Menurutmu siapa yang akan membersihkan ini? Untuk minumanku aku akan menagihmu besok."
Anita kesal pada laki-laki ini, setelah menabraknya dia tidak ingin bertanggung jawab. Dasar sampah, begitu pikirnya.
"Sepertinya di sini ada yang memiliki tugas bersih-bersih, untuk apa aku repot-repot?"
Anita cukup geram terhadapnya.
"Dan ini..." Laki-laki itu menyambar tangan Anita dan memberi uang selembar lima puluh ribu. Ia tersenyum lalu kembali berlari menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓
Romance𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 21+ •Scene at a Glance• 𝙎𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙪𝙡𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙜𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙂 𝙈𝙞𝙣𝙤𝙧 𝘽𝙖𝙘𝙝. Kemampuan jari-jarinya terhadap tuts Piano itulah yang paling Anita suka. Tapi, Ketertarik...