Happy reading <3
Saat memasuki rumah lidya, vena tercengang karena melihat semua barang2 persiapan, padahal menurut lidya ini hanya termasuk barang inti atau pribadinya saja, karena semua keperluan pernikahannya telah di urus oleh pihak gedung yang nantinya akan digunakan oleh pernikahannya dengan erfan.
Walaupun vena telah menikah tapi tetap vena belum memahami semua persiapannya. jelas, karena saat ia menikah dulu, vena hanya mengikut ngikut saja tanpa memerhatikan semua persiapannya.
Oh ayolah, vena malu membayangkan itu semua, membayangkan pertama kali pertemuannya dengan alvin, pertemuan antar keluarga, pernikahan, bulan madu ke pulau lombok dan---
Ah sudahlah.
"Dor!" Lidya menepuk pundak vena membuat vena terkejut.
"Apaansi lo" Ujar vena seraya mengelus pelan dadanya.
"Ngelamun mulu lo, lo sadar ga sekarang udah di kamar gue? Lo sadar ga siapa yang nuntun lo pas naik tangga tadi, anjir banget lo gue kaya bawa emak emak tau ga pegangin tangannya sama pegangin pundaknya, eh tapi emang emak emak deh" Lidya tertawa mengejek membuat vena mendengus.
"Lo juga nanti jadi emak emak" Sinis vena lalu melihat lihat kamar lidya, benar juga, vena baru sadar kalo sekarang ia telah duduk di kasur milik lidya, melamun sampai segitunya kah? Menaiki tangga saja vena tak merasa.
"Lo kenapa sih tadi senyum senyum?" Tanya lidya bergidik saat mengingat vena yang berjalan sambil tersenyum dengan tatapan kosong.
"Gapapa" Jawab vena tersenyum malu.
"Eh ajarin gue dong, kasi pelajaran apa kek gitu" Lidya merebahkan dirinya di kasur dekat vena.
Vena membulatkan matanya terkejut. Ah sial, kenapa lidya mengingatnya? Jangannya untuk menceritakan apa yang ia rasakan saat itu, mengingatnya saja sudah membuat pipi vena memerah.
"Eh lo beli ini dimana dah?" Vena bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah meja belajar lidya lalu mengambil barang asal.
"Gausah ngalihin pembicaraan gue, pake segala nanya nanya itu beli dimana lagi, lo lupa? Tempat pensil itu kan gue beli di gramedia bareng lo sama fresya" Lidya memutar bola matanya malas. Ah benar juga, vena bodoh.
"E-emang i-iya? Pas kapan sih? Gue lupa, ceritain kek" Ujar vena masih berusaha agar lidya melupakan pertanyaannya tadi.
"Bacot lo, masih aja ngalihin pembicaraan, gue pengen tau doang malam pertama itu kaya gimana sih aduh" Jika kalian melihat lidya sekarang, pasti kalian juga bergidik seperti vena karena lidya yang terus melompat dan berguling guling di kasurnya.
"Lo tuh---"
Tok! Tok! Tok!
"Woi lidya anjing, bukain kek pintu nya, daritadi gue manggil pake nada halus kaga dijawab jawab" Omel seseorang di balik pintu kamar lidya, ah sudah pasti itu fresya. Vena berterimakasih pada fresya yang berhasil mengalihkan topik pembicaraannya dengan lidya.
"Iye sabar bangsat" Lidya segera beranjak dari tempat tidurnya dan membuka kunci pintu kamarnya.
"lama bet lo sumpahh" Geram fresya saat memasuki kamar lidya.
"Bacot" Jawab lidya enteng lalu kembali merebahkan dirinya di kasur, sedangkan fresya menghampiri vena yang duduk di meja belajar lidya seraya tersenyum ke arahnya.
"Bumillll, gimana ponakan gue?" Tanya fresya seraya memeluk vena yang masih duduk.
"Baik ko" Vena tersenyum seraya mengelus perutnya diikuti fresya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE COLD BOY
Teen FictionMenjadi istri seorang most wanted sekolah? Rasanya mustahil, tapi bagaimana dengan vena?seorang gadis cantik yang di jodohkan dengan sang most wanted sekolah. "lo tuh kya es krim ya dingin tapi manis" ucap vena terkekeh lalu tanpa vena sadari lelaki...