" Ya udah bunda percaya kamu "
" Iya bun " kemudian Lintang masuk kekamarnya.
+-☀-+
Seperti biasa, Lintang mengunjungi Delia. Ia membawa Delia ketaman dekat lapangan basket. Tempat yang tepat untuk berbicara empat mata. Tak terlalu sepi, tak terlalu ramai.
Dimulai dari basa-basi kemudian membicarakan hal lain. Lintang tak enak hati, ia takut Delia akan sedih. Ia tak mau membuat gadis yang ia sayangi menangis.
Memang salahnya tak berfikir panjang dan mengikuti nafsunya.
" Matahari, aku mau bicara serius " tatapan Lintang menjadi serius, begitupun Delia. Rasa penasaran menyelimuti gadis cantik tersebut.
" Pertama, tolong maafin aku, maaf, maaf, sungguh aku mohon maaf " Delia heran. Untuk apa lelaki ini memohon maaf berkali-kali. Delia menaikan alisnya, bertanya menggunakan bahasa tubuh.
" Aku salah, telah mengajakmu mendekati zina. Aku salah, tidak menundukan pandanganku pada wanita. Aku salah, membuat orang yang kusayangi berdosa. Dan aku harus menebus kesalahan-kesalahan tersebut-- "
Delia makin heran, ucapan Lintang mengarah keperpisahan menurutnya. Tetapi Delia tak mau berfikir seperti itu. Ia tak mau secepat ini berpisah dari orang yang ia sayangi.
" Jadi, aku mau kita putus matahari " hal yang tak Delia inginkan menjadi kenyataan. Lintang terus menunduk tak mau melihat raut wajah Delia. Ia terlalu takut.
Sakit tetapi tak berdarah, itulah yang Delia rasakan. Apakah ini hanya khayalannya yang liar? atau ini adalah kenyataan? putus? hanya dalam 6 hari ia pacaran lalu putus?
Dada Delia terasa sesak, bukan asma maupun penyakit lain. Tetapi ia tak tahu bahwa rasa sakit itu adalah rasa sakit patah hati.
" Kamu ngeprank aku ya blackhole " ucap Delia pelan, matanya memerah. Ingin rasanya ia menangis. Tetapi ia bukanlah orang yang peka, ia tak tahu mengapa ia ingin menangis, ia tak tahu mengapa ia ingin marah.
" Gak matahari, aku bukan laki-laki yang baik. Lebih baik sekarang kita saling melupakan. Kamu lupain aku, kamu tidak perlu suka lagi sama aku, buang jauh-jauh rasa sukamu itu matahari.
Supaya kita gak terus-terus berbuat hal yang dilarang agama " Sama halnya seperti Delia, Lintang juga merasa sakit.
Delia mengangguk pelan. Ia percaya Lintang meminta putus bukan karena lelaki itu tak sayang dengannya. Ia percaya dengan blackholenya. Tetapi tetap saja, hatinya sakit.
Lintang berdiri, kemudian memanggil Delia. Dengan namanya.
" Makasih atas pengertiannya matahari, tidak, bukan matahari. Delia " katanya sembari tersenyum tipis
" Sama-sama Lintang " Delia membalas senyuman Lintang. Ini pertamakalinya mereka memanggil satu sama lain dengan nama asli.
Setelahnya Lintang pergi. Ia berjalan cepat kemudian berlari secepat mungkin keatap. Sepertinya ia ingin menenangkan diri. Lintang meninggalkan Delia yang masih mematung dikursi.
Akhirnya Lintang sampai di atap. Segera ia membuka pintu lalu menghirup udara segar diatas sana. Udara masih asri, ini masih tergolong pagi. Ia jongkok didepan pintu. Menundukan kepalanya.
Sebisa mungkin ia menahan rasa sedihnya. Mungkin karena terlalu sedih dan tak dapat berfikir jernih, ia lupa atap ini ada penghuninya.
Siapa lagi kalau bukan tiga gadis menyeramkan yang terlihat gila. Kini Lintang mendapat tatapan bingung dari para gadis tersebut.
Lintang merasa diperhatikan, kemudian ia menoleh ke kanan. Terlihatlah tiga sosok yang sedang bermain bekel sembari menatap Lintang.
Lintang menghela nafasnya. Mereka telah melihat wajah merah Lintang. Ia pun kembali menunduk, tak peduli dengan ketiga gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan MATAHARI ✔
Teen FictionDelia, seorang gadis cantik yang merasakan jatuh Cinta. Ia terlena oleh Cinta didasari nafsu dan berpacaran. Pacaran memang sudah dianggap hal yang wajar. Namun dalam islam, tak ada istilah tersebut. Terutama disaat lelaki dan wanita yang belum mah...