21.☀

14 8 0
                                    

Kini garasi rumah Cecile dipenuhi suara tawa. Selain adik Cecile menghitung jumlah kata terlarang yang di sebut, ia juga memukul kepala dengan palu mainan.

Kata terlarang milik Delia adalah 'aku'. Gadis-gadis sangat kejam, itu kata yang sering ia katakan. Delia bahkan tak sadar bahwa ia menyebutkan kata terlarangnya. 

Sehingga ketika kepalanya dipukul palu mainan, ia mengeluh sakit dan menunjukan ekspresi bingung. 

" Apa sih? kok tiap aku ngomong dipukul?? " ia dipukul lagi. Gadis-gadis tertawa terbahak-bahak. 

" Eh Vier! kamu gak sopan ya mukul-mukul aku terus! " ucapnya marah, kemudian Vier adik Cecile kembali mengetok kepala Delia.

Gadis-gadis tertawa, bahkan Vier tak memiliki cukup kekuatan untuk memukul karena ia tertawa juga.

" Dah la aku gak mau ngomong lagi " 

'Takk' Delia kembali dipukul. Kini wajahnya menunjukan eskpresi kesal, ia juga menatap Vier dengan seram. 

Vier hanya tertawa. Gadis-gadis tambah tertawa. Ini sangat menggelikan.

Pada akhirnya Delialah yang kalah. Semua tertawa melihat wajah Delia yang ketakutan. Sungguh malu harus mengetuk pintu orang yang tak dikenal.

" Ketok aja kan? " tanya Delia meyakinkan

" Ampe keluar del orangnya " Nabila. Wah, wah..

Delia membulatkan matanya. Sampai keluar? Cecile bilang hanya mengetuk. Ia pun menyanggah perkataan Nabila.

Tetapi gadis lain membela Nabila. 

Delia pun berjalan kerumah sebelah. Dari kejauhan, gadis-gadis memperhatikannya. Delia mulai mengetuk gerbang, ia sangat gugup apa yang harus ia lakukan ketika ditanya?

Mengatakan bahwa ia sedang menjalani hukuman? tidak, Mengatakan bahwa ia adalah teman dari tetangga sebelah? tidak mungkin, Meminta sembako? aneh saja.

Delia juga mengucapkan salam. Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Delia sangat gelisah, ia menoleh kearah teman-teman yang sedang menertawakan Delia.

Delia menggeleng pada teman-temanya. Hal itu membuat teman-temannya makin tertawa.

'Kejam kalian sama aku' batin Delia menangis  

Dari belakang gerbang terdengar suara jawaban salam, kemudian terdengar suara kunci yang terbuka. Lalu terbukalah gerbang.

" Iya kenapa? " tanya lelaki yang tinggal dirumah tersebut.

" Alhamdulillah, untung aja. Gak,, cuman hukuman hehe " jawab Delia tenang.

Dari kejauhan, gadis-gadis terkejut melihat manusia yang keluar dari rumah tersebut. Terkecuali Cecile.

Delia kembali dengan tenang. 

" Gak bilang! " protes Delia

" Kalo bilang gak seru dong ahahah " bela Cecile

" Kita kan sering kesini, kok gak pernah liat si joshua ya? " tanya Kiky

" Anak rumahan " jawab Shifa. Cecile mengangguk.

" Pantesan putih, kulitnya kek cewe " Syawal. Gadis lain tertawa renyah.   

+-☀-+

Setelah bermain di hari terakhir ujian-ujian. Delia dan temannya menjalani hari seperti biasa. Sedikit menyulitkan, karena Delia kembali berlatih drama.

Ia harus bertemu dengan Lintang lagi. Setidaknya hanya saat itu ia bertemu dengan Lintang.

Hari-hari terus berlangsung sama. Hanya cuaca yang berbeda. Tak ada yang spesial setiap harinya. Belajar lebih serius, menentukan universitas dan jurusannya dengan yakin.

Bukan MATAHARI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang