Akhirnya Delia sampai digumuk pasir. Indahnya, seperti padang pasir. Setelah tadi seperti keliling dunia, kini Delia merasa dirinya ada didubai, atau di saudi arabia? entahlah
Tak hanya berfoto, Delia dan teman-teman juga mencoba sandboarding. Sulit sekali. Berkali-kali ia terjatuh.
" Yang kalah bawa board yang lain ke atas! " tantang Shifa.
Gadis-gadis menatap Shifa tak percaya. Berat sekali, ide buruk wahai Shifa! tetapi mereka setuju. Toh ada untungnya juga.
Mereka pun berdoa dengan serius agar tak jatuh atau pelan saat sedang meluncur. Mereka tidak seperti berselancar, karena sulit berdiri, mereka pun duduk diatas boardnya.
Bersedia, siap, berhenti! mulai!
Seharusnya Kiky dan Dini melaju dengan cepat, badan mereka kecil. Tetapi karena kekuatan dorongan mereka diawal tak maksimal, membuatnya tak terlalu cepat. Jadi, siapa yang kalah?
Syawal dan April kalah, dari awal mereka menolak keras perlombaan berujung hukuman ini. Mereka hanya ingin menikmati berseluncur.
Sebelumnya yang kalah hanya satu, tetapi gadis-gadis ada banyak. Dan akhirnya dua orang terakhir lah mendapat gelar 'si kalah'. Sabar ya kawan,
+-☀-+
" Kocak bet dia "
" Eh, jina mata lo tang! "
" Astaghfirullah lupa, maaf maaf " Gilang menatap Lintang malas
" Eh! ayo balapan juga, yang kalah lepas sendal biar kepanasan tuh kaki " ucap Lintang semangat kemudian ia langsung berseluncur.
Gilang membelalakan matanya, ia segera meluncur. Pada akhirnya Lintang lah yang kalah. Salah sekali kau Lintang, kau kan tahu bahwa Gilang hobi bermain skateboard.
" Haha rasain noh kaki!! melepuh kau melepuh!! matahari tambahlah panass!! ya Allah semoga matahari tambah panas ya Allah.. " Gilang sangat semangat meledek temannya tersebut.
Lintang berkali-kali mengatakan 'aw'. Walaupun waktu telah tergolong sore, tetapi pasirnya masih panas. Gilang tertawa diatas penderitaan Lintang.
Inilah yang dikatakan senjata makan tuan. Tingkah Lintang diperhatikan murid lain, otomatis mereka pun tertawa.
Belum lagi, murid-murid yang melihat Lintang rata-rata mengenalnya. Jadi, itu semakin lucu. Delia juga melihatnya. Lintang selalu terlihat mencolok dimanapun ia berada.
" Lintang mencolok banget, heran aku, dulu kok kamu kasih nama blackhole " tiba-tiba Shifa membicarakan Lintang.
" Eits, jangan bahas Lintang-lintangan " Delia menolak membicarakan Lintang. Gadis lain tertawa kecil. Lucunya Delia berbicara seperti itu.
Setelah berseluncur, bermain-main dihamparan pasir, melihat taman bunga matahari, rombongan pergi kepantai parangtritis.
Beberapa dari mereka bermain air pantai. Sayangnya mereka tidak diperbolehkan berenang oleh para guru. Tetapi berjalan ditepi pantai sudah cukup menyenangkan bagi mereka.
Membuat istana pasir sembari menikmati langit yang perlahan oranye. Menunggangi kuda atau menaiki delman kemudian pergi mengikuti matahari terbenam.
Sungguh, pemandangan yang sangat indah.
" Sekolah kita pas banget sih milih kapan karyawisatanya " Delia
" Iya, Juli gak awal banget. Sekolah-sekolah rata-rata udah pada masuk, yang kerja juga jadi sepi " Kiky
" Alhamdullilahnya, kuliah masuknya gak sama kayak sma,smp,sd ahah " Syawal
" Sunsetnya bagus banget ya Allah, jadi pengen naik kuda " Fira
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan MATAHARI ✔
Teen FictionDelia, seorang gadis cantik yang merasakan jatuh Cinta. Ia terlena oleh Cinta didasari nafsu dan berpacaran. Pacaran memang sudah dianggap hal yang wajar. Namun dalam islam, tak ada istilah tersebut. Terutama disaat lelaki dan wanita yang belum mah...