"lepaskan kami" teriak putri aukia
Tangan dan ekornya dililit rantai besi yang sangat kuat, bara api mengelilingi putri aukia. Jika ia berusaha memberontak, api dan tali itu akan siap menyiksanya. Leyka telah menyihir tali itu untuk patuh pada perintah nya.
Sedangkan putri Ailia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, Ia terbaring lemah dalam belenggu kekuatan Hitam leyka. Ailia sama sekali tidak mendapatkan pengobatan, suhu tubuhnya sangat dingin,wajahnya memucat seperti kapur, warna putih pada rambutnya Mulai menjalar. Menandakan seorang duyung tengah berada dalam kendali orang lain.
Aukia tetap meronta, berusaha melepaskan rantai besi dilingkaran tangannya.bukan nya semakin longgar, rantai besi itu malah mengerat pada pergelangan tangan aukia. Bara api yang mengelilingi nya juga semakin memanas.
Aukia tetap bertahan. Aukia tetap mengeluarkan suara untuk berteriak mengusik pendengaran leyka.
Leyka merasa terusik dengan jeritan aukia yang tetap memberontak.ia terus menerus berteriak,leyka mulai kesal mendengar suara nya.
Leyka menggerakkan tangannya keudara, lalu Tiba tiba aukia merasa ada lingkaran tangan dilehernya sedetik kemudian lingkaran itu semakin terasa panas. Leyka mencekik aukia tanpa melihat ekspresi kesakitan aukia.
"Argh,,," wajah aukia terangkat, ia tidak bisa menelan salivanya, aukia hampir kehilangan nafas.
"A__A__" cekikan itu semakin terasa panas dilehernya. Membuatnya tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Tak lama, aukia pingsan.
Leyka tersenyum miring, menampilkan wajah angkuhnya.
"Pangkola jika kau tidak datang dengan anak elemen itu akan aku cabi-cabi anak mu ini didepan mata kepala mu sendiri." Leyka melentikkan jarinya.
Selain dengan dirinya yang dipenuhi dengan dendam pada keluarga istana, ia membutuhkan anak elemen itu untuk diserap energinya dan menambah kekuatan jahatnya. Karena kekuatan pada elemen itu begitu dahsyat nya hingga tidak tertandingi meski dengan kekuatan Hitam pun.
"Aku hanya mau anak elemen itu!" leyka mengeluarkan wajah hancurnyayang dipenuhi dengan darah, kuku hitamnya berubah menjadi kuku tajam yang mengerikan. Tak lupa mata merah nya menyala.
***
"Apa tidak sebaiknya kami ikut bunda?"
Ratu arena mengalihkan pandangannya pada para putri nya yang berdampingan menatap dirinya dengan penuh kesedihan.
Ratu arena membuang nafas berat, memejamkan mata nya yang mulai terasa panas karena menahan air mata.
"Tidak! Kalian harus tetap diistana."
Aicia memutar bola matanya kesal,ia sudah menerka akan apa yang diucapkan ibunya, para putri pasti tidak akan diizinkan.
"Dan kau aicia__ jaga adik-adik mu dengan baik." Ratu arena berlalu tanpa menatap kearah putri aicia. Karena ratu arena tau, perasaan kesal pasti sedang menyelimuti dirinya.
Begitupun dengan aicia, merasa namanya di panggil ia tetap menampilkan wajah datar nya. Ia enggan melirik kearah ibunya.
Ratu arena sudah meninggal kan kamar para putri.
Para putri saling diam satu sama lain.
.
.
."Apa kita ini anak kecil??" Ungkap asika dengan menghempas kan tubuhnya pada ranjang tidur dan mendapat tatapan tajam dari para saudaranya.
"Apa karena satu kesalahan kita, ayah Benar'benar tidak memperbolehkan kita melakukan suatu pengorbanan untuk menolong saudara kita yang lain.yabg bahkan nyawanya sedang terancam saat ini." Asika mengepalkan tangannya.