Elemen air yang sesungguhnya telah terlacak keberadaan nya pada leyka, elemen yang bisa membuatnya hidup abadi, menjadi yang terkuat, dan membalaskan dendam nya pada keluarga istana.
Tanpa mengetahui fungsi dari terompet yang ia bunyikan, Alisa telah memberi sinyal pada bangsa duyung tentang keberadaan nya
***
Alisa menurunkan terompet itu, lalu menatapnya lekat seperti sedang menemukan sesuatu dibagian terompet itu.
"Hah? Simbol ini___ simbol ini seperti kalungku." Alisa membatin lalu melirik sejenak kalungnya yang berada disayap merpati. Alisa mengusap bagian itu, memperjelas simbol yang berada pada bagian samping terompet itu.
Peri aksahi mendekati Alisa. Menatap heran atas apa yang sedang ia lakukan.
"Ada apa!?"
Alisa menoleh sekilas pada peri aksahi lalu berfokus lagi pada simbol diterompet itu.
"Peri,lihat." Alisa menunjuk bagian simbol dari terompet itu.
Peri aksahi mengernyit, memfokuskan penglihatannya pada bagian yang ditunjuk Alisa.
"Hah?? Itu kan__ "
"Iya peri, sangat persis dengan kalungku." Potong Alisa
Alisa bergegas, memasukkan kembali terompet dan lukisan itu pada peti.
"Aku harus pergi, kita harus memecahkan teka-teki ini." Alisa melompat, menyeburkan ekornya kedalam air.
"Alisa, apa yang akan kau lakukan!?" Tanya peri aksahi cemas dengan gerak cepat Alisa.
"Jangan khawatir peri, aku akan kembali. Aku ingin bertemu dengan ibu, setelah itu aku akan mengenalkan mu pada ibu." Alisa berbalik lalu menceburkan kepalanya dan menghentakkan ekornya cepat.
"Ta__tapi." Peri aksahi menatap kepergian Alisa.
Peri aksahi melirik sekilas merpati, lalu melebarkan matanya ketika menyadari kalung Alisa masih terlingkar disayap merpati.
"Alisa! Merpati, kalung Alisa!" Peri aksahi memejamkan mata bingung, rasa khawatirnya semakin meningkat.
"Jangan khawatir peri, energi itu sudah menyerap dalam dirinya. Kalung itu hanya perantara sekarang." Merpati berkata dengan tenang nya.
Peri aksahi mengkerut kan kening, menatap merpati dengan penuh tanya.
"Maksudmu!?" Peri aksahi menuntut jawaban
~~•~~
"Kemana kau nak," Riyyla mondar-mandir cemas menunggu Alisa pulang.
Pandangan riyyla tak menemukan seseorang yang ia cari. Kepalanya menoleh kesana-kemari. Benar-benar nihil, seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang.
Riyyla melihat kearah jendela, menampilkan pemandangan yang cukup gelap. Bisikan-bisikan aneh mulai bermunculan di hatinya. Riyyla segera mengenyahkan perasaan buruknya itu. Alisa akan segera pulang. Riyyla yakin itu.
Sedikit rasa bersalah terbesit dalam hati riyyla. Bagaimana tidak? Ia melarang Alisa untuk mendekati jalan anti kekerasan dengan menyembunyikan kekuatan murni dari seorang duyung. Rahasia besar lain yang belum terungkap riyyla berniat untuk memberitahu kan semuanya pada alisa. Ia tau Alisa marah saat ini, tapi kemarahan nya tidak seharusnya membuat dirinya pergi dari rumah selama ini.
"Tidak, aku harus mencarinya." Riyyla bergegas, menarik lampion yang menempel pada dinding kasar, karena hari sudah mulai gelap, penglihatan akan sedikit terganggu apalagi didalam air. Hentakan ekornya berlaju sangat lincah.