Putri Ailia tau raja masih terpukul, terlihat dari pancaran matanya. Kesedihan masih pekat dalam hatinya.
Putri Ailia mengusap bahu raja pelan, menenangkan.
Raja mengangkat tangan nya, meraih tangan putri Ailia yang berada di bahunya, lalu digenggamnya erat.
"Ailia__" suara raja terdengar serak, menandakan dirinya terlalu banyak menangis.
Putri Ailia segera melingkarkan tangannya pada punggung raja, putri Ailia menyatukan kepalanya dengan kepala raja. Sakitnya begitu dalam, putri Ailia menangis menahan sakit.
"Tenanglah ayahanda, Ailia disini bersama ayahanda." Putri Ailia bersuara dengan sesenggukan.
"Ayahanda, kita lebih baik fokus pada bunda dan aukia. Mereka lebih membutuhkan kita."lanjut putri Ailia
Raja mengusap kasar air mata yang membekas di pipinya. Menatap putri Ailia penuh arti, memaksakan senyumnya agar terbentuk diwajahnya.
Raja bangkit dari ranjang tidur nya, menatap lekat kearah luar jendela.
"Leyka tidak akan membunuh bunda dan adikmu, ayah tau itu. leyka masih membutuhkan elemen air untuk melakukan itu karena kekuatan hitam leyka Tidak akan mampu melawan bola kristal kehidupan tanpa elemen air. yang ayah fikirkan bukan siapa elemen air. Tapi tentang Bundamu, ia akan lebih sakit jika mendengar anak-anak nya memutuskan ikatan dengan ku." Ungkap raja dengan tidak melepaskan pandangannya pada jendela.
"Ayah__ sebuah ikatan tidak bisa diputuskan dengan cara sepihak, jika masih ada ikatan lain yang tersisa masih ada waktu untuk menyambungnya lagi. Dan terlebih dari itu, ikatan ini adalah ikatan sebuah keluarga yang__"
"Tapi ikatan itu begitu rapuh Ailia, sehingga mereka tidak bisa membedakan antara kasih sayang dan keegoisan." Raja menimpali
Putri ailia terdiam, tidak sanggup menimpali. Ia terlalu kaget dengan kalimatnya yang dipotong raja.
***
Alisa membuka mata pelan, penglihatannya kabur ia mengerjapkan mata berulangkali untuk memperjelas penglihatannya. Alisa merasa sesuatu yang hangat mengalir di keningnya dengan disertai denyutan hebat. Sakit sekali. alisa menggerakkan tangan nya yang terasa berat, tertahan. Alisa segera melirik kearah tangannya, matanya melebar ketika akar liar melilit bulat tangannya. Alisa beralih pada ekornya, sama. Bahkan, lilitan akar liar itu lebih banyak pada bagian ekor hingga perutnya.
Iris mata biru bercampur dengan warna hijau milik Alisa membola sempurna, ketika matanya mengitari sekelilingnya. Tempat itu asing bagi Alisa.
Dimana aku!? Alisa berkata dalam hati
Iris mata Alisa menemukan seorang duyung diseberang sana yg juga terikat sepertinya. Tapi itu Ranta-rantai besi bukan akar-akar liar yang mengungkung nya. Alisa kembali memutar bolanya untuk mengitari sekelilingnya. Lagi. Ia menemukan seorang duyung yang tertidur pulas tak jauh dari duyung yang terkungkung itu.
Alisa kembali menatap ketangannya.
Ia memutar-mutar tangan nya berusaha akar liar itu terlepas."AAA" ringis Daan teriak Alisa ketika akar itu memanas karena putaran tangannya.
Sontak, ratu arena Terjaga dari tidurnya dengan terkaget, menatap arah Alisa dengan mengangkat kedua alisnya.
Sedikit asap memutar kecil dihadapan Alisa, lalu membesar dan semakin membesar dan membungbung tinggi menjadi pusaran angin yang memunculkan seorang duyung dari dalamnya. Leyka.
Dengan dada naik turun tak karuan Alisa menatap kaget kedatangan seorang duyung dihadapannya saat ini.
"Siapa kau....lepaskan aku!!" Suara Alisa meninggi menatap tajam leyka