Alisa memandang dirinya lewat pantulan air, menatap lekat wajahnya dan peri aksahi. Penuturan peri aksahi begitu membuat Alisa terguncang. Suatu kenyataan yang tidak pernah ia ingin ketahui.
"Bagaimana bisa, kau menyuruhku menyelidiki ibuku sendiri, peri.!" Alisa enggan menatap peri aksahi, ia hanya berfokus pada pantulan air.
Peri aksahi menurunkan wajahnya, melihat apa yang di tatap Alisa. Peri aksahi menyadari pantulan dirinya dan Alisa di air.
"Kalungmu juga bukan kalung biasa Alisa, kalung mu itu memiliki keterkaitan dengan kalungku, dan aku tidak mengerti dengan keterkaitan kita. Hanya ibumu Alisa. Hanya ibumu yang tau jawabannya!" Terang peri aksahi membalas tatapan Alisa dari pantulan air.
Alisa menoleh cepat. Hatinya menggebu panas. Terasa ditampar begitu keras.
"Berhenti!! Kau tidak perlu berkata lagi. Aku muak! Kau menuduh ibu yang bukan-bukan peri." Alisa melompat, menenggelamkan ekornya.
Peri aksahi meraih tangan Alisa cepat, mencegahnya untuk pergi.
"Kau__"
Alisa menepis tangan peri aksahi kasar. Menyebur tanpa menatap peri lagi.
Hati Alisa sakit. Ia tidak bisa menerima kenyataan peri aksahi.
"Alisa!! Tolong jangan seperti ini, kau sudah salah paham."
Peri aksahi terhenti. Tangannya sudah merasakan sentuhan tangannya dengan air. Ia terdiam, menarik nafas berat untuk bersiap menyebutkan kaki diiringi tubuhnya.
Sontak, merpati bergerak cepat, ia menahan peri aksahi dengan menariknya dengan mencengkram kuat punggung peri aksahi dengan kakinya.
Kini, seluruh tubuh peri aksahi sudah masuk kedalam air, peri aksahi Benar benar merasa kedinginan. Dengan perlahan, periaksahi mencoba menyelamkan sayapnya.
Tidak. Peri aksahi tidak bisa bergerak. Ia membeku, terpaku dalam diam. Air menggelembung mengelilingi sayap peri aksahi yang semakin dipaksa masuk kedalam air. Peri aksahi tidak bisa melihat jelas didalam air, hal itu memberatkan matanya untuk terus terbuka, peri aksahi sempat melihat Alisa mendekatinya sebelum ia benar-benar tidak sadarkan diri.
Alisa menoleh cepat, ketika gelembung air berhasil menghampiri gerakan cepatnya, gelembung itu begitu ringan hingga melalui Alisa dengan tenang nya. Alisa terkekeh, ada yang mengejarnya dari permukaan.
Peri aksahi.
Dengan gerakan cepat, Alisa meraih kedua bahu peri aksahi dan mengangkat peri aksahi kembali ke atas permukaan, lalu menyandarkan tubuhnya pada batu besar.
Tubuh peri aksahi gemetar hebat, wajahnya menyamai warna bajunya yang pucat seputih salju. sayap kasat matanya menhilang bersamaan dengan Alisa mengangkat peri aksahi kepermukaan.
"Peri!!" Merpati mendekat dengan wajah cemasnya.
Alisa menumpukan kedua tangannya diatas dada peri aksahi, lalu menekan kuat diatasnya. Alisa mengeluarkan air yang mungkin masuk kedalam rongga pernafasan peri aksahi.
Alisa melakukan nya berulangkali, menekan dada peri aksahi dengan mengerahkan seluruh tenaga nya. Nihil, peri aksahi masih dalam tidak sadarkan diri.
"Apa yang kau lakukan, peri!!" Raung Alisa ditengah kekhawatiran nya.
"Apa itu belum cukup untuk membuktikan bahwa peri aksahi tidak berbohong!?" Merpati menyambar, menatap Alisa dengan tatapan tidak bersahabat.
Alisa menatap merpati penuh tanya, iris mata keduanya terkunci. Tidak ada yang mengeluarkan kata, hening beberapa saat.