Tamparan

103 3 0
                                    

"BUNDA" Arra berteriak refleks saat bundanya terjatuh ke lantai akibat dorongan keras dari ayahnya.

Dengan segera Arra berlari untuk mendekati bundanya dan mendekapnya.

"ayah kenapa sih selalu buat bunda sedih, kalau udah di rumah. Ayah sayang gak sih sama bunda. Kenapa ayah selalu lakuin ini ke bunda. Ayah gak punya perasaan" emosi Arra memuncak, dadanya naik turun, jantungnya berdegup kencang.

Sebelumnya ia tak pernah melawan orang tuanya seperti ini, tapi Arra rasa hari ini ayahnya sudah melampaui batas.

"sekarang berani banget ya kamu, sudah bisa melawan!!!" bentak ayahnya.

"ayah sekarang berubah, dulu ayah sangat menyayangi kita. Kita keluarga bahagia sebelum tante itu datang. Apa karena ulah tante itu yang buat ayah berubah. Iya!!!" jawab Arra tak kalah kuat dari ayahnya.

PRAKK!!!

Satu tamparan melayang di pipi Arra. Ini kali pertama ayahnya mulai menamparnya.

"apa kamu bilang, jangan bawa-bawa Siska atas masalah ini" ayahnya semakin menjadi jadi.

"hiks ayah jahat" ucap Arra memegang pipinya.

"Rudi cukup, kamu boleh nyakiti saya tapi saya mohon jangan pernah sentuh Arra. Ini masalah kita Arra gak tau apa apa" Sasha berucap dengan suara lemah.

"oke kalau gitu. Sekarang kita udah gak ada hubungan apa lagi, saya ingin kita cerai dan kamu harus setuju itu" ujar Rudi penuh penekanan.

"BUNDA, ARRA" seseorang berteriak sambil berlari dari luar.

"ngapain anda ke sini ha!. Apa belum cukup luka yang anda berikan atau harta yang bunda saya kasih kurang banyak iya!!!" ucap Arsya terkejut melihat kejadian ini.

Arsya memang sering pulang malam seperti ini, kadang tidak pulang selama beberapa hari akibat mengurus kuliahnya yang mau hampir selesai.

"kalian memang tak bisa berterima kasih. Masih untung saya kasih tempat tinggal untuk kalian tempati" jawab Rudi.

"bapak Rudi terhormat. Asal bapak tau ini rumah bunda saya. Anda yang tak tau malu yang bisanya mengambil harta bunda, apa kurang banyak anda mau apalagi!!! butik yang di sedekahkan bunda saya untuk anda dan pelakor itu kurang banyak iya!!!" bentak Arsya dengan emosi nya yang tak bisa kendalikan sekarang.

"jangan pernah bilang Siska pelakor" jawab rudi memegang kemeja Arsya.

"sekarang saya minta anda pergi dari sini dan jangan pernah menampakkan diri anda di rumah ini apalagi dihadapan kami. Semoga anda bahagia dengan keluarga baru anda" ucap Arsya dan melepaskan tangan Rudi.

"saya juga mau pergi tanpa kamu minta" jawab Rudi kemudian pergi.

**

Arsya dan Arra kini sedang di taman belakang rumahnya setelah kejadian tadi.

"bang kenapa ayah bisa berubah ya?" tanya Arra sambil menatap langit.

"dia tak berhak di panggil itu" jawab Arsya.

"tapi bang dia tetap ayah kita walaupun dia--" ucapan Arra terpotong karena Arsya langsung menetap dengan tatapan mematikan.

"dia sudah menyakiti kita Rra. Dia bahkan menduakan bunda. Apa kamu masih sudi memanggilnya ayah setelah dia menampar kamu dengan tangan kotornya itu" Arsya menatap Arra dengan serius.

"tapi bang ayah gak seperti itu dulu. Kita keluarga bahagia sebelum tante itu datang" jawab Arra

"udah jangan bahas dia lagi. Abang lagi malas" Arsya menundukkan kepalanya.

"pipi Arra gimana masih sakit?" tanya Arsya sambil memegang pipi Arra.

Memang masih ada rasa panas di pipi Arra, tapi sakit itu tak kalah sakit dari pada ayahnya pergi dan melihat bundanya tersakiti.

"gak bang udah hilang kok" jawab arra.

"yaudah sekarang Arra masuk dan tidur. Udah malam" ucap Arsya mengingat hari telah semakin larut.

"abang juga tidur, selamat tidur abang" Arra beranjak dari tempat duduknya.

"selamat tidur juga Arra sayang" jawab abangnya.

**

Hallo guys apa kabar, semangat terus ya bacanya. Insyaallah aku akan update tiap hari. Kalian cukup komen dan vote. Komen sebanyak banyaknya.

Love you all

Cek @erramanisaputri_

FuckBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang