Adit berjalan beriringan bersama kedua sahabatnya. Mereka pergi menuju kelasnya XI MIPA 2 kelas Arra dan sahabatnya. Sepanjang koridor banyak para siswi yang menyapa mereka. Namun seperti biasa Adit dan Dian hanya senyum sedikit dan Ciko tebar pesona.
"jaga perasaan pacar" batin Dian
"harus jaga perasaan calon" batin Adit.
**
Adit, Dian dan Ciko telah memasuki kelas Arra. Di pojok kelas mereka melihat para cowok bermain kartu uno.
Dian dan Ciko sangat suka bermain kartu uno, pasalnya apabila kalah harus terima di dandanin dan harus memakai make up seperti bedak, lipstik, dan lainnya.
"Dit gue mau gabung main kartu uno dulu" ucap Ciko dengan menunjuk ke pojok kelas.
"gue juga, gak sabar mau pakain Ciko bedak biar laku" ejek Dian.
"terserah kalian, gue mau nemuin pacar, ehh calon maksudnya" ucap Adit.
"Dian kata lo mau nemuin Meli, kok tiba tiba main uno?" tanya Adit.
"nanti gue minta Meli nemanin gue main uno kan sama aja atuh" jawab Dian kemudian berjalan ke pojok kelas dan diikuti Ciko.
Adit berjalan mendekat ke arah Arra yang masih sibuk dengan bolpoin dan buku yang begitu banyak di hadapannya. Dan sepertinya Arra tidak sadar akan kedatangan Adit dan sahabat sahabatnya.
Adit duduk di kursi kosong samping Arra, sampai saat ini Arra masih belum menyadari kedatangan Adit.
"selamat siang calon pacar" bisik Adit di telinga kanan Arra yang langsung membuat Arra menoleh hingga hidung Arra dan Adit menyatu.
"kak Adit ngapain ke sini?" tanya Arra dan langsung menjauhkan wajahnya.
"Adit rindu" sahut Adit sambil menyentil hidung mancung Arra.
"ohh" jawab Arra datar.
"kok cuek sih?" ucap Adit dan mamajukan bibirnya.
"siapa cuek?" tanya Arra balik.
"Arra, Adit jauh jauh lo datang ke sini, harus melewati tangga turun ke lantai dua terus berjalan melewati para fans setelah itu baru sampai" celoteh Adit mengingat kelasnya di lantai tiga dan kelas Arra di lantai dua.
"Arra gak undang kak Adit ke kelas Arra" jawabnya dengan nada biasa.
"yaudah Adit pergi" ucap Adit dan berdiri.
"huuu ambekan, fuckboy ambekan" ejek Arra dengan menjulurkan lidahnya. Sehingga membuat Adit duduk ke posisi semula.
"fuckboy Adit udah hilang saat ketemu Arra" ucap Adit menatap Arra penuh arti.
"gombalin terus" ucap Arra dan melanjutkan kegiatan menulisnya.
"Rra kok gak ke kantin? Adit nungguinnya lama tadi" ucap Adit sambil meletakkan kepalanya di meja untuk melihat Arra lebih jelas.
"hah, siapa?" tanya Arra yang tadi tidak mendengarkan dengan fokus.
"Raditya Aldo Abiandra" jawab Adit.
"yang nanya?" tanya Arra lagi.
"Amirra Cantika Putri" Adit kesal dan langsung menarik hidung Arra, membuat Arra memukul lengan Adit supaya Adit melepaskannya.
"kak Adit jahat. Mau bunuh Arra?" ucap Arra kesal.
"gak tega Adit bunuh Arra" Adit mengusap kepala Arra.
Arra masih sibuk mengerjakan tugas tugasnya. Ia mencueki laki laki yang selalu menatapnya sehingga lama lama Arra menjadi risih.
"jangan tatap Arra mulu" keluh Arra.
"abis Adit di cuekin" manyun Adit.
"yaah kak Adit datang di waktu kurang tepat sih" ucap Arra yang masih fokus menatap tugasnya.
"nulis apa sih Rra? Adit mau deh jadi tugas Arra biar di tatap dan di pikirin terus" gombal Adit.
"apaan sih kak, Arra aja udah benci liat tugas sekolah" ucap Arra.
"gak jadi, Adit gak mau jadi tugas sekolah Arra, gak mau di benci, mau di sayang kan Adit ganteng" ucapnya penuh percaya diri.
"terserah kak Adit deh" ucap Arra yang masih serius.
"tugas apaan sih? Sini Adit bantu" tawar Adit dan mengambil buku yang dari tadi Arra tulis.
"emang bisa, matematika loh kak" ucap Arra yang gak yakin kemampuan Adit.
"jangan kan minta di bantu kerjain matematika Rra, buat museum dalam satu malam bakal Adit buatin" ucap Adit.
"tapi sayangnya Arra mau kak Adit gak pergi setelah Arra jatuh cinta sedalam dalamnya" ucap Arra tak kalah menggombali Adit.
"udah bisa gombal ya, yaudah mana yang sulit?" tanya Adit memegang buku Arra.
"ini, ini terus ini" Arra menunjuk ke buku yang Adit pegang.
"soal tentang lingkaran ya?" tanya Adit melihat buku Arra.
"iya kak Arra kurang ngerti" jawab Arra dengan nada serius.
"nih Adit jelasin deh, lingkaran itu sama seperti cinta karena pada lingkaran simetri putarnya tidak terhingga seperti cinta Adit. Lingkaran memiliki satu sisi dan juga cinta Adit cuma satu untuk Arra. Satu lagi ini serius lingkaran di kenal untuk menutup lubang misalnya nih saluran air dan sebagainya sama seperti cinta Adit menutup kekurangan Arra dan Arra menutup kekurangan Adit" cerocos Adit panjang lebar.
"hoaamss, ngantuk Arra dengar dongeng lingkaran" ucap Arra sambil terkekeh.
Adit hanya tersenyum dan menyerahkan buku yang Arra kerjakan tadi.
"nih udah siap, gampang kok" ucapnya sombong.
Arra yang merasa senang dan lupa mengucapkan terimakasih langsung memasukan bukunya ke dalam tas.
"makasih kak Adit yang ganteng" sindir adit.
"hehe makasih kak Adit" ucap Arra cengengesan.
"bilang Adit sayang dulu" ucap Adit sedikit memaksa.
"sayang" Arra langsung mengalihkan pandangannya.
"gak ikhlas ulang ulang, harus bilang subjeknya dong" komentar Adit.
"kak Adit sayang" ucap Arra penuh penekanan.
Adit terkekeh melihat tingkah laku Arra, dan melihat jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 12.30.
"udah waktunya dzuhur, Arra solat ke mushola" titah Adit.
"tunggu Meli sama Nisa" ucap Arra.
"gak ada tunggu tunggu nanti mereka pasti nyusul" Adit bangkit dan langsung menarik tangan Arra mau tidak mau Arra harus ikut.
Tak lupa Adit mengajak Dian dan Ciko solat. Walaupun dia suka mainin hati cewek dulu tapi dia tak pernah meninggalkan solat. Mama dan papanya selalu mengajarkan untuk selalu solat dan dalam keadaan apapun.
"Arra harus solat berjamaah bareng calon imam" batin Adit.
"kak Adit ternyata taat agama" batin Arra.
**
Hallo para pembaca setia fuckboy. Bagaimana kabarnya? Gimana Adit sweett banget kan hehhe, aku aja nulis kebawa suasana.
Jangan lupa komen ya dan vote
Happy reading
Love you all
See youCek @erramanisaputri_
KAMU SEDANG MEMBACA
FuckBoy
JugendliteraturAmirra Cantika Putri Seorang gadis SMA yang lugu dan polos harus menerima kenyataan pahit ditinggal sang kekasih ketika hari ulang tahunnya ke 17 tahun. Berbagai cara dilakukannya untuk melupakan sang kekasih, hingga suatu ketika takdir menemukan me...