Sebuah cerita tentang Luli dan Iqbal. Mahasiswi dengan dosennya. Seorang adik perempuan, dengan sahabat kakaknya.
***
"Saya tidak seperti kakak saya, Pak. Saya bukan termasuk mahasiswa pintar, bahkan biasa-biasa pun tidak. Kalau dirangking, bisa jadi saya masuk sepuluh besar dari bawah. Atau malah, lima besar. Menikahi saya hanya akan menjatuhkan reputasi Bapak."
"Ini tentang nilai?"
"Ya, salah satunya."
"Saya bisa bikin nilai kamu jauh lebih baik dari sekarang."
"Maaf, Pak, saya anti privilege. Lagipula, itu akan membuat teman-teman saya curiga."
"Zulfa, kamu lupa kalau saya dosen? Dan sebelum menjadi dosen, saya juga mahasiswa teknik sipil, sama seperti kamu. Insya Allah saya paham ilmunya, dan saya tau konsepnya. Saya bisa ajari kamu sampai paham, kapanpun kamu butuh diajari. Bukan menaikkan nilaimu secara cuma-cuma hanya karena kamu istri saya. Itu tidak sejalan dengan idealisme saya."
"Ehk, t-tapi kemampuan saya menerima penjelasan juga tidak sebaik kebanyakan orang, Pak."
"Insya Allah kesabaran saya memberi penjelasan lebih baik dari kebanyakan orang. Jadi, yang kamu bilang barusan itu nggak penting, cuma satu yang penting buat saya."
"Apa itu, Pak?"
"Kemampuan kamu untuk menerima saya sebagai suami kamu."
Krik krik krik.
***
Iqbal Sya'bani (Iqbal). Dosen fakultas teknik yang brillian, tampan, mapan, mendadak jatuh cinta pada adik perempuan sahabatnya. Salah satu mahasiswi, yang jauh dari kata istimewa.
Zulfa Nurulita (Luli). Sebenarnya dia istimewa. Dia hanya lemot. Eh bukan! Dia hanya tak istimewa dalam kemampuannya menguasai mata kuliah. Oh ya, satu lagi, wajahnya juga biasa saja.
Ah, ini sih akan mudah.
But, wait ..., mungkin saja kalian salah!***
"Jadi, apakah kamu menerima lamaran saya?"
"Maaf. Belum, Pak."
"Alhamdulillah."
"Kok Alhamdulillah?"
"Minimal jawabanmu 'belum', bukan 'tidak', jadi masih ada harapan buat saya."
***
Akankah harapan Iqbal menjadi nyata? Atau justru berakhir dengan tangan hampa?
***
Pecinta Fikar-Nara wajib baca!
-------
Hai, akhirnya ketemu lagi di spin off-nya Mendadak Mama. Jujur, sebenarnya saya bingung milih judulnya. Juga sedikit nggak pe-de pas mau up cerita. Kebiasaan sih kalau itu, sering kurang pe-de tiap mau tekan ikon publish. Hehe.
Blurb-nya dulu ya. Tapi nggak berani janji update cepat, karena selain masih banyak kerjaan rumah, masih punya PR pula buat selesaiin BMB dan KKdD.
Insya Allah nggak akan jauh beda sama Mendadak Mama, baik dari gaya bahasa maupun penceritaannya. Setting lokasi tak jauh dari situ-situ saja. Tokoh yang berseliweran pun masih itu-itu juga. Pesan-pesan diusahakan tetap ada.
Semoga bisa mengobati kerinduan teman-teman pada Fikar-Nara ya. Dan semoga kalian suka.
See you & thank you.
❤❤❤Semarang, 28062020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Ipar
General Fiction(18+) Marriage Life. Nggak ada adegan berbahaya, tapi banyak jokes dewasa. ------- Spin-off dari "Mendadak Mama". Tapi kalian nggak harus baca MM dulu untuk paham cerita ini. ------- Iqbal Sya'bani (Iqbal). Dosen fakultas teknik yang brillian, tampa...