Part 13.

13.6K 1.4K 227
                                    

Tetap jadi anak baik ya, Nduk. Tetap ingat pesan dan nasehat bapak ibu. Walaupun nanti yang lebih utama bagimu adalah suamimu, bukan lagi bapak dan ibu.

- kata ibunya Luli -

--------

Belum kok, mereka belum menikah di part ini :)

***

[Assalamualaikum, Zulfa]

[Kamu nggak ada acara kan hari ini? Saya jemput buat fitting ya]

Pesan dari Iqbal diterima Luli. Hari masih pagi. Luli bahkan belum mandi.

[Waalaikumussalam pak]

[Kok mendadak. Udah ijin bapak ibu?]

[Belum. Penjahitnya umi ngabarinnya udah malam banget. Tadinya mau sm umi jg, tp mendadak hrs ke Kudus sm abah. Jd mungkin cm berdua. Maaf ya]

[Spt biasa, nanti saya yg ijin bapak ibu. Jam 9 saya jemput ya]

[Insya Allah]

-----

"Assalamualaikum."

Tepat jam sembilan, terdengar ucapan salam di teras rumah Luli. Jam-jam segitu memang ibu tak pernah menutup pintu.

"Waalaikumussalam," jawab ibu tak kalah lantang dari si pendatang.

"Eh ada Nak Iqbal. Nyari Luli atau bapak ini? Monggo, duduk dulu."

"Nggih, Bu. Maturnuwun." Iqbal duduk, sebelum mengungkapkan maksud kedatangannya.

"Jadi begini, Bu. Semalam penjahitnya umi mengabarkan kalau gamis yang mau dipakai Zulfa untuk akad nikah sudah siap. Tinggal fitting terakhir untuk memastikan semua sudah oke. Soalnya kemarin nggak sempat ngukur langsung, hanya pakai contoh gamis yang Zulfa punya. Kalau ada yang kurang atau Zulfa belum nyaman, biar bisa segera diperbaiki."

Keputusan soal hari pernikahan yang --bisa dibilang-- mendadak membuat keluarga Iqbal merasa bertanggungjawab atas segala persiapan, termasuk gaun yang akan dikenakan Luli saat akad nikah. Tadinya ibu keberatan, khawatir merepotkan. Pada akhirnya dicapai kesepakatan bahwa hanya baju yang akan dikenakan Luli saja yang diambil alih oleh keluarga Iqbal.

"Oh ya ya. Berarti nyari Luli ya?"

"Nggih, Bu. Leres. (Ya, Bu. Betul). Lha Bapak bukannya tenis ya, Bu?"

"Iya, Bapak tenis. Tadi Nak Iqbal sudah ijin bapak belum?"

"Belum, Bu. Zulfa juga belum. Soalnya bisa dibilang ini mendadak."

"Oh, baiklah. Saya panggilkan Luli dulu ya."

Ibu masuk, setelah lebih dulu mempersilakan calon mantunya untuk minum dan mengudap seadanya yang tersedia di atas meja.

Sampai di kamar Luli, terlihat anak gadisnya sudah siap dengan kostum untuk pergi. Bahkan slingbag yang selalu berisi handphone, tisu, dompet, suncare, dan lipbalm pun telah siap, meski masih tergeletak di atas kasur.

"Kok nggak bilang ibu kalo mau pergi?"

"Emm, iya, Bu. Maaf. Luli juga ragu-ragu ini. Pak Iqbal ngasih taunya juga mendadak."

"Lha kamu mengiyakan enggak tadi?"

"Luli jawab insya Allah. Dan Pak Iqbal bilang kalo dia yang mau ijin ke bapak sama Ibu."

Mendadak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang