Satu yang kamu harus tahu. Tidak semua pasangan bisa menerima bayang-bayang mantan.
- kata Umi pada Iqbal -
***
Warning:
So sorry, ada jokes dewasa. Semoga nggak mengganggu yang belum cukup umur atau pemahaman yaaa.Buah tomat menggelinding
Selamat hari Jum'at & enjoy reading***
Terlalu lama di Bandung sepertinya membuat Luli menjadi malas untuk pulang. Apalagi masih harus mampir dan menginap beberapa hari lagi di Pemalang. Tetapi mau tetap tinggal pun tak memungkinkan. Ya gimana? Selain abah umi, keluarga Ican dan Acha pun semua turut serta.
Luli baru selesai mengemasi barang bawaan ketika terdengar pintu diketuk disusul umi masuk.
"Kok kamu yang packing, Neng. Jangan capek-capek lho."
Ya Rabb, cuma packing gini doang masa capek sih?
"Nggak apa-apa, Umi. Masa ada saya tapi Kak Iiq yang suruh packing. Nanti saya nggak ada manfaatnya dong buat Kak Iiq."
"Masya Allah, senangnya umi punya mantu kayak kamu, Neng. Kamu kalau sama Iiq tuh eman banget. Mengabdi dan melayani banget. Sabar. Makasih ya, Neng, sudah mendampingi anak kesayangan umi dengan baik. Umi sayang sama kamu."
"Belum, Mi. Saya belum sebaik itu. Masih suka bikin Kak Iiq kesel. Masih sering bikin Kak Iiq bingung ngadepin saya. Masih ---"
"Nggak apa-apa. Iiq itu, kamu mau dinikahi secepat ini aja dia sudah happy banget, Neng. Kalau ada yang kelihatannya agak mengganggu, ya itu biasa. Namanya rumah tangga, apalagi masih baru, ya wajar sekali kalau masih sering ketemu hal-hal baru yang bikin kaget, kadang bikin bingung, ngeselin, nyebelin, dan sebagainya. Yang penting tetap ikhlas dan bersyukur, karena yang indah-indahnya sudah pasti jauh lebih banyak."
"Kecuali yang indah-indah tapi digagalkan sama Umi. Nggak jadi indah deh."
Eh, ternyata ada yang menguping, lalu menyahut dengan sewot, sekaligus nyolot.
"Cieee ada yang nguping!" kata umi tak kalah sewot.
"Kamu itu memang minta dijewer kok, Dek. Udah dibilangin sabar sebentar, semua buat kebaikan. Malah tetep aja tutup mata. Untung umi datang dan mengingatkan. Kalau nggak apa nggak bablas coba? Kasian Neng Zulfa, kasian calon baby kalian. Nurut lah."
"Iya iya, Umi. Cuma becanda juga."
"Bercandamu umi nggak suka. Itu sesuatu yang serius, Dek. Ini tuh bukan sekadar umi nggak bolehin kalian gituan."
"Kita berangkat jam berapa nanti, Umi?" Luli berbasa-basi, menengahi ketegangan umi dengan sang suami. Sebenarnya dia sudah tahu kesepakatan keluarga ini.
"Jam delapan. Ya sudah, umi keluar dulu, takut ganggu kalian. Siapa tahu mau ada acara." Kalimat umi terdengar tak enak di telinga anak-anaknya.
Umi beranjak. Luli mengejar dan menghentikan ketika umi hampir mencapai pintu.
"Umi," panggil Luli pelan.
Umi berhenti dan membalikkan badan. Luli meraih salah satu tangan sang mertua dan menggenggamnya.
"Maafkan Kak Iiq ya, Umi. Dia cuma bercanda. Maafkan saya juga. Emm, k-kemarin saya yang meng-menggoda Kak Iiq. Maafkan kami, Umi," pinta Luli tulus.
Umi menarik Luli dalam pelukannya. Menangis terharu atas hal sepele yang dilakukan sang menantu.
"Nggak apa-apa, Neng. Nggak tahu kenapa, umi cuma lagi agak emosi saja sama suamimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Ipar
General Fiction(18+) Marriage Life. Nggak ada adegan berbahaya, tapi banyak jokes dewasa. ------- Spin-off dari "Mendadak Mama". Tapi kalian nggak harus baca MM dulu untuk paham cerita ini. ------- Iqbal Sya'bani (Iqbal). Dosen fakultas teknik yang brillian, tampa...