Namanya juga jodoh, nggak akan ke mana. Mau dihindari sampai ke Kutub Utara juga tetap aja bakal ketemu. Mau bareng-bareng keliling dunia kalau nggak jodoh ya akhirnya akan pisah juga.
- Yeni, Teknik Sipil '17 -
***
Hari Rabu tiba. Kali ini bapak berangkat agak siang karena hendak langsung rapat di rektorat. Luli pun sama, ia tak harus berangkat pagi karena kelas suaminya kosong.
Punya kesempatan untuk berangkat ke kampus bersama bapak tentu tak disia-siakan oleh Luli. Kejadian kemarin sudah berusaha ia abaikan. Ia juga sudah berpesan pada suaminya untuk tak menelpon kecuali dia yang meminta. Tak lupa pula mengganti nama suami di kontak handphone dengan 'Kak Iiq'. Aman!
"Iqbal kasih tugas?"
"Iya, Pak."
"Kamu sudah selesai mengerjakannya?"
"Alhamdulillah udah, Pak. Tadi malam dibantu Kak Iiq via whatsapp."
"Itu ngerjakannya lima menit, kangen-kangenannya dua jam?" Bapak terkekeh.
"Bapak ngejek banget deh. Nggak lah, Pak. Kak Iiq mana bisa begitu. Kalo urusannya tugas, ya dia tegas. Paling jelasin step-stepnya aja, ngerjainnya ya tetep Luli sendiri."
Luli berusaha menyembunyikan kejadian semalam, di mana dia ngerjain sang suami yang sedang dilanda rindu padanya. Meski setelah itu dia sendiri menyesal.
"Mosok to, Nduk? Lha setipe Masmu berarti."
"Bangeeett." Bapak tertawa lagi.
"Alhamdulillah. Memang harus begitu, Nduk. Sekarang kamu dengan Iqbal bukan cuma dosen dengan mahasiswinya, tapi kamu juga sekaligus sebagai istri dosen. Hanya jadi mahasiswinya saja kamu harus selalu baik dan menghargai Iqbal sebagai dosenmu, apalagi ditambah status sebagai istrinya.
"Sekarang kamu punya kewajiban lebih, Nduk, yaitu menjaga nama baik suamimu. Dalam hal ini sebagai dosenmu. Jangan sampai yang lain mengumpulkan tugas tepat waktu, kamu malah molor-molor. Soal nilai juga begitu, tak harus sempurna, tapi usahakan baik, jangan kurang.
Caranya ya dengan menambah jam belajarmu."Kamu bisa mengukur sendiri kemampuanmu. Kalaupun berat, bisa dimulai dari mata kuliah yang diampu suamimu, nanti kalau sudah terbiasa, mata kuliah yang lain akan lebih mudah menyesuaikan. Apalagi sekarang ada Iqbal yang selalu siap ngajarin.
"Kalau bagimu berat menjalani status seperti ini, bagi Iqbal sebenarnya lebih berat lagi. Kalau nilaimu baik, kadang ada sebagian yang menyimpan prasangka tidak baik. Kalau nilaimu buruk, akan ada juga yang menganggap salah satu diantara kalian tidak baik.
"Dari sisi Iqbal, masih harus ditambah dengan menjaga profesionalisme. Itu berat lho, Nduk. Apalagi kalau sudah hati dan perasaan ikut bicara. Makanya Iqbal sebetulnya lebih senang kalau kalian tidak berlama-lama menyembunyikan status pernikahan kalian. Karena menyembunyikan sesuatu itu menambah berat beban yang sudah ada."
"Maksud bapak? Luli suruh membuka status sebagai istrinya Kak Iiq sekarang, gitu?"
"Duh, kenapa semua orang seperti menyudutkan aku sih? Kan Kak Iiq yang ngejar-ngejar buat cepet nikah. Bapak ibu juga punya andil. Kenapa sekarang pada ngeburu-buru aku untuk sesuatu yang aku belum mau, belum siap? Huh!"
"Ya bukan sekarang. Wong suamimu juga nggak maksa untuk secepat itu. Bersyukur saja, Iqbal memperhatikan sekali soal kenyamananmu. Maksud bapak, jangan karena Iqbal begitu, lalu kamu santai-santai nggak segera belajar dan menyesuaikan diri dengan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Ipar
General Fiction(18+) Marriage Life. Nggak ada adegan berbahaya, tapi banyak jokes dewasa. ------- Spin-off dari "Mendadak Mama". Tapi kalian nggak harus baca MM dulu untuk paham cerita ini. ------- Iqbal Sya'bani (Iqbal). Dosen fakultas teknik yang brillian, tampa...