32. SYARAT

198 23 17
                                    

Udah siap baca kelanjutan SENIOR'S?

Langsung aja cuss, meluncur 🚀

Langsung aja cuss, meluncur 🚀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada banyak rintangan yang mencoba memisahkan, tapi semua itu tidak akan bisa karena sesuatu yang dipisahkan justru menjadi semakin dekat.

***

Fauzan baru saja pulang dari rumahnya, ia mengambil duduk di sofa ruang tamu. Tiba-tiba Ayahnya datang dengan wajah tidak mengenakan. Fauzan yang tadi bersandar di sofa, langsung menegakkan badannya. Ia tau, pasti Ayahnya ingin berbicara penting kepadanya.

"Iya, Yah?" tanya Fauzan buka suara karena Ayahnya hanya diam memperhatikannya.

"Habis kemana kamu?!" tanya Ayahnya dengan nada tinggi.

"Ke rumah Revan." bohong Fauzan, ia kembali bersandar di sofa.

"Jangan bohong kamu! Ayah udah tau semuanya!"

"Gak Yah, Fauzan gak bohong," elak Fauzan, sebenarnya memang dirinya berbohong. Tapi kenapa Ayahnya tau?

"Ayah liat kok, kamu jalan sama Kayla kan?!" ucap Ayahnya, "Jangan bohong sama Ayah, Ayah gak suka anak yang bohong!"

"Terus ada masalah apa, kalau aku jalan sama Kayla?" tanya Fauzan, ia menahan gejolak amarahnya agar dirinya tidak lepas kendali. Walau bagaimanapun, itu Ayahnya.

"Kamu tuh bego atau apa? Dia yang udah buat Ibu kamu kambuh, kamu lihat sekarang. Ibu kamu itu kumat lagi, kemarin malam Ibu kamu teriakin nama Daniel terus dan Ayah bingung. Akhirnya Ayah kunci Ibu di dalam kamar, Ayah bingung banget karena kamu lagi kemah." jelas Ayahnya membuat Fauzan tertegun, tapi ia tetap bukan menyalahkan Kayla. Kayla tidak tau apa-apa. Ini bukan salahnya, tapi salah dirinya. Coba saja Daniel tidak membantunya ketika perkelahian itu terjadi, pasti tidak seperti ini kejadiannya.

Fauzan memilih beranjak dari hadapan Ayahnya, ia memasuki kamar Ibunya yang tadi tengah di kunci Ayahnya. Untung saja ia punya cadangan kunci rumah.

"Fauzan! Kamu gak sopan bicara sama orang tua seperti itu! Dengarin dulu omongan Ayah!!" teriak Ayahnya dari ruang tamu, Fauzan abaikan. Ia menatap Ibunya teduh, Ibunya tengah berbaring di kasur yang hangat. Fauzan sangat Iba melihat kondisi Ibunya, Baju yang tidak terawat serta rambut yang acak-acakan. Walaupun Ibunya ada sedikit gangguan mental, harusnya Ayahnya menjaganya dan merawat Ibunya seperti manusia sehat.

Fauzan mengelus puncak kepala Ibunya, tiba-tiba mata Ibunya terbuka. Wanita paruh baya itu langsung memeluk Fauzan sangat erat seperti tidak mau kehilangan.

"Daniel, Ibu kangen sama kamu," ucap Ibunya terisak-isak memeluk Fauzan.

"Iya, Bu. Daniel juga kangen Ibu," jawab Fauzan tersenyum gentir, tak terasa ia meneteskan air mata. Terlalu berat menahan ini semua, Ibunya mengira dirinya Daniel sejak 1 tahun yang lalu. Padahal Fauzan sendiri ingin sekali dirinya dianggap Fauzan, bukan Daniel. Ia tau Ibunya lebih menyayangi saudara kembarnya itu dibandingkan dirinya.

SENIOR'S [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang