41. PUPUS HARAPAN

171 16 1
                                    

Udah siap baca kelanjutan SENIOR'S?

Langsung aja cuss, meluncur 🚀

Langsung aja cuss, meluncur 🚀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah ini hanya ilusi tak bertepi, atau memang dirinya sedikit demi sedikit mempunyai makna yang tersirat.

***

Pagi-pagi sekali, Revan sudah bertengger di rumah Nayla. Ya, hari ini mereka akan menyelidiki kasus Ibunya Revan. Revan, selaku anak dari Ibu yang ditinggalkannya. Ini sangat bermanfaat. Baru kali ini ia menyelidiki kasus ini seorang diri, dulu dirinya masih kecil yang belum mengerti apa-apa. Apa itu hukum? Keadilan atau semacamnya, ia tak mengerti. Ia hanya mengerti tentang mainan robot yang dibelikan oleh Ayahnya ketika dirinya dibujuk tidak diperbolehkan menemui Ibunya. Sejak berumur 9 tahun.

Dulu, memang Revan kecil sangat merindukan Ibunya karena Ibunya pamit pergi namun tak kunjung pulang. Sampai bertahun-tahun, Revan beranjak dewasa. Ayahnya baru memberitahu bahwa ibunya telah meninggal. Pedih, hatinya sangat tergores mendengarnya. Ingin rasanya memarahi takdir, namun sama saja. Tak ada gunanya. Jiwa yang telah mati mana bisa hidup kembali.

"Yaudah, kami pamit ya, Bu," ucap Revan sopan, tak lupa ia bersalaman dengan Ibu Nayla. Kemudian disusul oleh Nayla.

Revan dan Nayla langsung bergegas ke rumah sakit Anggrek yang berada di Jl. Jati Negara, kenapa mereka ke sana? Karena ibu Nayla mengusulkannya, yang dimana terakhir kali Ibunya Revan mengabarinya. Setelah sampai, Revan langsung memasukinya. Tak lupa dengan Nayla yang mengekor di belakangnya. Wajah gadis itu sangat tegang, apalagi ini misi yang sangat penting, yang berhubungan dengan hukum.

"Kak, kita mau ngapain?" tanya Nayla bingung, karena ia hanya terus berjalan mengikuti Revan yang tak kunjung berhenti.

"Kita ke ruang cctv," balasnya, membuat Nayla ber oh ria. Ya, sekarang ia paham. Pantas saja Revan terlihat buru-buru.

Revan dan Nayla langsung saja memasuki ruangan cctv itu, Revan mengajak bicara salah satu karyawan yang bertugas mengamati cctv itu.

"Pak, bisa tolong tunjukin rekaman cctv yang ada di depan rumah sakit ini, saat 9 tahun lalu?" ucap Revan serius, orang itu mengangguk dan langsung mencari file rekaman itu.

Mereka semua mengamati rekaman itu, baik Revan juga Nayla sama-sama serius. Mereka rasanya tidak mau mengedipkan mata barang sedikitpun, mereka harus fokus menatap layar cctv itu. Helaan napas kecewa terdengar, ketika rekaman cctv itu tak menampakan  kejadian apa-apa. Mereka memang melihat Ibu Revan menaiki taksi, namun selepas itu mereka tidak tau terjadi apalagi karena cctv itu hanya berada di jarak depan rumah sakit saja. Selebihnya mereka tidak tau.

Dengan perasaan kecewa, mereka keluar Dari rumah sakit itu. Pupus sudah harapan Revan menyelidiki kasus Ibunya.

Revan mengambil motornya di parkiran, dengan sigap Nayla langsung membonceng. Ia mengerti perasaan Revan sekarang, pasti ia kecewa karena usahanya tidak membuahkan hasil. Perlahan Nayla mendekati tubuhnya dengan tubuh Revan dari belakang, lalu berbisik.

SENIOR'S [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang